Dimanja Suami SMA
“Pagi, Neng Qila!” sapa seorang OB yang baru saja selesai membersihkan ruangan.
“Pagi, Pak.”
Qila duduk dan meletakkan tasnya di meja. Hal pertama yang ia lakukan adalah menyalakan komputer dan melihat email masuk. Setelah memastikan tidak ada email urgent, ia berdiri dan bersiap mengikuti safety breafing yang rutin dilakukan sebelum memulai pekerjaan.
Mazaya Aqeela, seorang perempuan lulusan manajemen yang saat ini berumur 26 tahun, bekerja sebagai admin di sebuah Perusahaan rental alat berat. Walaupun banyak yang mengejarnya, perempuan yang akrab di sapa Qila itu tetap sendiri karena belum ada keinginan untuk menikah.
Ia menikmati kehidupannya dan menghabiskan waktunya untuk bekerja dan melakukan apa yang ia suka. Akan tetapi, hal itu menjadi kekhawatiran kedua orang tuanya yang hanya memiliki anak Tunggal. Mereka merasa perlu melakukan sesuatu agar anak mereka mau membina rumah tangga.
Sayangnya, setiap kali mereka mengenalkan laki-laki kepada Qila, semuanya berakhir dengan kegagalan karena alasan anak mereka yang tidak cocok dengan laki-laki tersebut. Mereka akhirnya menyerah dan memberikan batas umur 27 tahun untuk Qila.
Jika sampai di umur 27 tahunnya Qila masih tidak menikah, mereka akan menjodohkannya. Mau tidak mau, Qila harus menerimanya. Qila setuju saja dengan kedua orang tuanya karena menurutnya, umur 27 masih satu tahun lagi.
“Hey! Ada anak baru di bagian mekanik.” Kata Kiki, teman Qila yang sama-sama admin.
“Jangan bilang kamu naksir!” sergah Qila yang hafal dengan sifat Kiki.
“Kali ini tidak! sepertinya laki-laki itu lebih cocok denganmu.”
“Kenapa aku kamu bawa-bawa?”
“Iya. Anak baru itu sifatnya sama seperti kamu, irit bicara. Siapa tahu kalian berjodoh!”
“Dasar!” Qila mengabaikan Kiki dan kembali fokus dengan pekerjaannya.
Saat mendekati jam makan siang, Qila di panggil ke ruangan HRD. Di sana ia diberitahukan jika cabang di Daerah Timur, sedang membutuhkan admin karena admin yang sebelumnya resign.
“Kenapa tidak menaikkan anggota di sana untuk jadi admin, Pak?” tanya Qila.
“Tidak ada yang mampu, La. Kamu ke sana dan kamu akan memantau anak magang secara langsung. Jika ada yang cocok menjadi admin, kamu bisa kembali nanti.” Kata Henri, selaku pelaksana HRD.
Tentu saja kata-kata itu tidak mempan untuk Qila karena ia sudah hafal dengan trik perusahaannya. Qila tidak hanya dipinjamkan, melainkan di mutasi ke sana. Untuk kembali lagi ke pusat, akan sangat sulit karena harus ada lowongan kosong.
Tetapi ia juga tidak bisa menolak karena di kontrak kerjanya, tertulis dengan jelas bahwa ia bersedia di tempatkan di manapun. Qila hanya bisa menghembuskan nafas dalam. Mungkin sudah waktunya ia berganti lingkungan.
Sebenarnya bisa saja ia menolak, tetapi konsekuensinya adalah pemecatan sepihak. Bukan karena akan susah mendapatkan pekerjaan, hanya saja Perusahaannya saat ini memberikan keuntungan karyawan yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Keputusan sudah ditetapkan, Qila harus berangkat ke sana minggu depan. Kabar ini tentu membuat kedua orang tua Qila semakin khawatir. Mereka tidak tega melepaskan Qila sendirian di sana.
“Bukankah Ayah memiliki teman di sana?” tanya Ana.
“Benar juga! Dia juga memiliki anak laki-laki!” Mukhsin kembali bersemangat dan segera menghubungi temannya.
Mereka akhirnya bersiasat untuk menjodohkan anak mereka. Mereka sepakat akan mendekatkan keduanya lebih dulu sebelum memberikan gebrakan.
“Apa tidak apa-apa, Yah? Zayyan masih SMA.” Tanya Ana khawatir.
“Lebih baik anak SMA yang sudah tahu kualitasnya daripada sama-sama dewasa tapi tidak tahu kualitasnya!”
“Ayah yakin?”
“Tentu saja! Kami sudah berteman lama dan Zayyan sejak dulu adalah anak yang bisa diandalkan. Siapa tahu dengan menikah dengan Zayyan, kehidupan anak kita bisa lebih berwarna.” Ana tersenyum mendengarnya.
Anak mereka memang terlalu monoton. Mungkin tidak ada salahnya jika perjodohan ini berhasil.
Sementara itu, Qila yang tidak tahu maksud kedua orang tuanya berangkat ke Daerah Timur dengan travel yang disediakan oleh Perusahaan. Perjalanan darat selama 10 jam lamanya, membuat Qila mabuk karena banyaknya jalan berlubang selama perjalanan. Perutnya sudah seperti diaduk-aduk di dalam mobil.
Begitu sampai, Qila tinggal sementara di hotel karena mess karyawan saat ini tidak menampung karyawan perempuan.
+62811xxxx: Assalamu’alakum Kak Qila, ini Zayyan anak dari Pak Bagus. Saya disuruh Ayah untuk menjemput Kakak. Kak Qila tinggal dimana?
Qila yang sudah tahu jika sang ayah memiliki teman Bernama Bagus di Daerah Timur. Meskipun merasa Lelah dengan perjalanan, ia tetap membalas pesan tersebut.
Qila: Wa’alaikumsalam… Hotel Awa.
+62811xxxx: Oke!
Beberapa saat kemudian, Qila mendapatkan panggilan dari nomor tersebut yang mengatakan jika dirinya sudah ada di depan hotel. Qila yang baru saja selesai mandi, memintanya untuk menunggu.
“Kak!” Zayyan melambaikan tangannya saat Qila baru saja keluar dari hotel.
“Zayyan?” tanya Qila memastikan.
“Iya, Kak! Ayo, Ayah dan Ibu sudah menunggu!” Qila mengangguk dan membonceng Zayyan.
10 menit kemudian, mereka sampai di rumah Bagus. Di teras, Bagus dan Rumi menyambut kedatangan Qila dan segera mengajaknya untuk makan malam. Mereka sengaja menunda makan malam, menunggu kedatangan Qila.
“Di sini kamu bisa mengandalkan Om dan Tante. Kamu juga bisa memanfaatkan Zayyan kalau kamu mau ke mana-mana. Kami sudah janji untuk menjagamu selama di sini.” Kata Bagus setelah mereka selesai makan.
“Terima kasih, Om, Tante.”
“Zayyan ini anak pertama kami. Maklum susah dapatnya, jadi usianya masih muda dibandingkan kamu padahal kami menikahnya hanya beda 3 bulan dengan Ayahmu. Tapi aku lebih beruntung karena setelah melahirkan Zayyan, kami dikarunia 2 anak lagi.” Qila hanya menganggukkan kepalanya.
Entah mengapa setelah kelahiran Qila, sang ibu tidak lagi bisa hamil. Setiap kali hamil, kalau tidak keguguran pasti hamil anggur sehingga mereka pasrah dan hanya memiliki Qila seorang.
“Sepertinya Qila sudah mengantuk, Yah.” Kata Rumi menghentikan suaminya yang masih ingin mengobrol.
“Oh! Kamu pasti kelelahan. Kamu bisa menginap di sini malam ini. Nanti pagi biar Zayyan yang antar kamu kembali ke hotel. Ini sudah malam.”
“Tidak apa-apa, Om. Saya kembali ke hotel saja. Besok saya harus berangkat pukul 6.”
“Tidak masalah! Zayyan akan mengantar kamu setelah subuh besok.”
Qila tidak nyaman untuk menolak, sehingga ia tetap tinggal untuk menginap. Ia tidur di kamar Zayyan sedangkanpemilik kamar tidur di sofa ruang tamu. Tidak butuh waktu lama, Qila langsung terlelap saat merasakan bantal yang memiliki aroma maskulin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Rian Moontero
qu mampir kak mey🖐🤩🤸🤸
2025-05-24
1
Susanti
mampir thor
2025-05-24
1