Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Patah hati.
"Kita pakai pendekatan secara halus." Kata Bang Rinto.
"Papa pasti nyakitin Om. Dinar nggak mau."
"Tidak akan terjadi apapun, saya pasti baik-baik saja..!!"
***
Dinar terbangun dan melihat Bang Rinto masih tertidur pulas. Wajah itu terlihat tenang namun sarat akan kegelisahan tak terungkapkan.
"Maaf, maaf ya Om. Dinar nggak bisa lihat Om Black di sakiti Papa." Gumam Dinar lalu perlahan mencampur sesuatu dalam minuman Bang Rinto. Setelah mengaduknya, ia mengambilnya dengan sendok lalu meminumkannya perlahan pada Bang Rinto.
...
Papa Herca mencengkeram erat tangan Dinar. Ingin bertanya secara gamblang tapi beliau menyadari putrinya sangatlah polos.
"Di apakan saja kamu sana Si Black??"
"Nggak ada, Pa. Hanya kesana lalu tidur." Jawab Dinar terbata.
Banyak pertimbangan dari setiap pertanyaan Papa Herca tapi melihat Dinar tanpa ekspresi wajah ketakutan atau bahkan trauma sedikitnya membuat perasaan beliau tenang.
"Benar????? Dia tidak buat macam-macam sama kamu???" Tanya Papa Herca kembali memastikan.
Dinar menggeleng karena merasa Bang Rinto tidak 'menyakitinya'.
Batin Papa Herca mengucap ribuan kali rasa syukur karena belum terlambat menyelamatkan putrinya.
//
Rasa frustasi melihat Dinar tidak ada lagi di sampingnya, membuat rasa marah Bang Rinto tak dapat di kendalikan saat melihat ada sisa obat yang membuatnya tidur lumayan lama.
Bang Rinto merasa di permainkan dan di khianati. Bukan gampang dirinya menembus pagar pertahanan yang telah di buat Pak Herca. Ia pun sampai menemui Pak Danar sebagai pemecah permasalahan hatinya yang belum juga tersampaikan.
"Teganya kamu berbuat seperti ini. Aku akan membuatmu mencariku, karena statusmu masih berada di tanganku." Ucap geram Bang Rinto.
...
"Dinar sudah kembali, jangan sakiti Om Black lagi..!!" Pinta Dinar merengek pada Papa Herca.
Ancaman dari Papa Herca sungguh membuatnya ketakutan. Ia tidak ingin pria yang selama ini menjadi terluka karenanya. Ia memilih untuk mengalah agar Papa Herca tidak lagi menyentuhnya.
"Papa tidak ingin Dinar nyanyi, kan?? Dinar akan berhenti menyanyi, Papa ingin Dinar bertunangan dengan Bang Mahesa, Dinar juga akan menerimanya." Jawab Dinar.
"Betul?? Kamu mau dengan Mahesa?" Tanya Papa Herca.
Dinar mengangguk. Asal Bang Rinto selamat, apapun akan di lakukannya.
\=\=\=
Bang Rinto sudah berada pada kompi Timur. Penampilannya berantakan, sama sekali tidak menunjukkan aura pimpinan.
"Astaghfirullah hal adzim, Blaaaacckk..!! Kenapa kamu seperti ini" Bang Rakit sampai syok melihat keadaan Bang Rinto sudah seperti orang gila. "Kamu tidak datang sama Dinar? Dimana Dinar?????"
"Dia mengkhianatiku, aku melihatnya bersama pria lain." Ucapnya dengan langkah lemas.
Kening Bang Rakit berkerut. Entah kenapa bisa terjadi kekisruhan seperti ini sedangkan tidak ada kabar apapun yang di dengarnya.
"Ceritakan pelan-pelan..!! Sebenarnya ada apa disana??? Lihat keadaanmu sekarang..!! Berantakan sekali." Tegur Bang Rakit kemudian memberi minum pada sahabatnya."
:
"Jadi kau mencoba menemui Pak Herca lagi tapi beliau menghajarmu. Kau tidak bilang kalau sudah menikahi Dinar???" Tanya Bang Rakit.
"Aku sudah jelaskan. Beliau tidak percaya dan menghajarku habis-habisan. Aku juga melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau Dindra memilih bertunangan dengan Mahesa." Jawab Bang Rinto.
"Tunggu.. aku tidak paham. Kalau Dinar istrimu, bagaimana dia bisa menerima pinangan orang lain??????? Seharusnya Dinar tau kalau kalian sudah menikah." Bang Rakit sampai pusing menerka kasus yang membelit sahabatnya.
Bang Rinto menangis meraung-raung, dadanya sesak menguatkan hati menjawab seluruh pertanyaan Bang Rakit.
"Kau pasti mengenal keluarga Pak Herca dengan baik, kau pun pasti paham bagaimana watak anak-anak Pak Herca. Kau pikir dengan tingkah dan tindak tanduk Dinar sudah bisa menjamin kalau dia pintar???" Kata Bang Rinto menata perasaannya. "Baginya menikah harus ada pedang pora. Aku sakit hati saat dia katakan kita hanya latihan menikah dan selebihnya kutinggalkan dia bersama lelaki pilihannya."
Bang Rakit mengurut dada. Tak paham lagi bagaimana menyelesaikan perkara tersebut yang jelas cinta memang bisa membuat seseorang tidak berfikir jernih. Seperti saat ini, biasanya sahabatnya itu lebih bisa berpikir jernih dan detail untuk menyelesaikan persoalan. Tapi kenyataannya pria di hadapannya ini bisa seperti remaja yang baru saja kasmaran.
"Apa mabuk-mabukan seperti ini bisa menyelesaikan masalahmu?? Dulu itu yang kau katakan saat aku kehilangan Ayu." Jawab Bang Rakit.
.
.
.
.