Malam tragis, telah merenggut masa depan Zoya. Menyisakan trauma mendalam, yang memisahkannya dari keluarga dan cinta.
Zoya, mengasingkan diri yang kembali dengan dua anak kembarnya, anak rahasia yang belum terungkap siapa ayahnya. Namun, siapa sangka mereka di pertemukan dengan sosok pria yang di yakini ayah mereka?
Siapakah ayah mereka?
Akankah pria itu mengakuinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu, dengan Masa Lalu
"Mama, Mama, bangun. Ini sudah subuh." Zayden, membangunkan Zoya yang tertidur di atas meja makan.
Hampir semalaman, Zoya, mengurus beberapa dokumen penting untuk perpindahannya, dari mulai data diri, sekolah si kembar dan hal lainnya. Zoya, juga harus melamar pekerjaan tapi tidak di RSUD yang sama. Zoya, tidak ingin kembali ke rumah sakit tempat Radit praktek. Berharap, mereka tidak bertemu lagi. Namun, tidak ada pilihan lain karena rumah sakit yang lain sedang tidak membutuhkan dokter baru.
"Jam berepa ini, sayang?"
"Jam lima, Ma."
"Kamu sudah salat?"
"Sudah, Ma. Aku dan Zayda, sudah salat tadi dan sekarang Zayda sedang mandi."
Zayda dan Zayden, sudah diajarkan mandiri dari kecil. Bahkan perihal bangun pagi sebelum adzan subuh mereka selalu melakukannya. Zoya, langsung pergi ke kamarnya sedangkan Zayden, membereskan beberapa dokumen penting milik ibunya. Bocah, itu masih kecil tapi sudah bisa menjadi pelindung bagi sang ibu.
"Zayden, aku lapar," ujar Zayda yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ini masih pagi, Mama belum masak apapun."
"Biasanya suka ada roti, kan?"
"Bereskan dulu tempat tidur, baru aku akan menyiapkan sarapan."
"Huh," gumam Zayda, kesal tapi melengos ke dalam kamar.
***
"Zayden, Zayda, kemarilah!" panggil Zoya, seketika dua anak kembarnya langsung menghampiri.
"Iya, Mama?" tanya Zayda.
"Pakai ini, seragam sekolah kalian." Si kembar tercengang, mereka tersenyum lebar melihat seragam sekolah barunya yang keren.
"Kalian masuk sekolah hari ini," sambung Zoya.
"Waw, keren!"
Mereka begitu semangat yang langsung memakainya. Selagi menunggu anak-anak Zoya, juga bersiap, setelah itu Zoya pergi mengantar mereka ke sekolah barunya.
"Anak-anak, jangan nakal di sekolah, ya? Kalian belajarlah yang benar, nanti saat jam pulang Mama, akan jemput kalian lagi."
"Baik, Mama. Serahkan semuanya kepada kami, kami tidak akan nakal kecuali ...."
"Ada yang nakal pada kami," sambung Zayda.
Mereka turun dari taksi, tanpa didampingi Zoya. Zayden dan Zayda langsung masuk ke dalam, setelah itu Zoya kembali pergi dengan taksinya.
Tidak berselang lama, sebuah mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Pintu mobil terbuka, memperlihatkan seorang gadis kecil berambut coklat, dengan gaya centilnya memakai jepit pada sisi poninya.
"Alea, sudah sampai."
"Sebentar, Mami. Alea, harus terlihat cantik karena hari ini akan ada murid baru dari timur tengah. Kali saja, dia cowok ganteng," katanya dengan gaya centil.
"Anak, Mami ...." Mika, mencubit pipi Alea yang begitu cubby dan terdapat lesung pipi seperti papinya Radit Agatha Wijaya.
Kembali ke masa lalu, Radit sudah membatalkan pernikahannya tetapi tidak dengan keluarganya. Menjadi seorang pejabat kota, Omar tidak bisa membatalkan pernikahan putrinya. Sebab, akan ada skandal besar yang tersebar nanti yang bisa merusak karirnya. Oleh sebab itu, Omar meminta Radit menikahi Mikayla, putri keduanya. Radit, pun tidak bisa menolak karena semua demi nama baik keluarganya.
"Alea, masuk dulu, ya Mami. Love you," ucap Alea, yang mencium pipi Mika lalu turun dari mobil.
Alea, melambaikan tangan pada Mika, yang semakin menjauh. Kedudukan martabat keluarganya menjadikan Alea, orang yang paling disegani. Selain anak dokter hebat, Alea juga cucu seorang mentri.
Mika, menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala. Wanita, itu tersenyum sambil melirik ke arah billboard sebuah layar raksasa yang terdapat di sudut bangunan tinggi pinggir jalanan kota.
Billboard itu memutar iklan seorang dokter muda yang berdiri di atas rooftop rumah sakit, mengenakan jas putih, tersenyum percaya diri. Dokter muda itu adalah dirinya, yang menjadi ambassador rumah sakit terpilih. Kini Mika, menggapai semua mimpinya, menjadi dokter hebat tanpa ada yang menyainginya.
Billboard itu juga mengalihkan pandangan, Zoya. Adik tirinya ternyata menjadi dokter hebat, padahal dulu dia seorang perawat yang tidak berkompeten. Tapi kini semua berubah, setelah kepergiannya.
Zoya, tersenyum sinis. Dia juga membayangkan ayahnya, mereka pasti baik-baik saja.
Lampu hijau menyala, masing-masing mobil meninggalkan area lampu merah yang berangkat ke tempat tujuannya masing-masing. Mika, memutar mobilnya memasuki area rumah sakit Aurora Medicasentra . Sementara Zoya, dia menghentikan taksinya di depan gerbang, lalu turun yang melangkah memasuki gedung itu.
"Zoya," panggil seorang perawat dialah Anggi, teman lamanya dulu. Anggi berlari ke arah Zoya, yang senang hingga memeluk temannya itu.
"Zoya, aku senang banget akhirnya kamu kembali." Peluk Anggi, Zoya melepas pelukan itu lalu tersenyum yang membalas perkataan Anggi.
"Apa kabar, Gi?"
"Aku, baik. Bagaimana kabarmu?" Anggi mengusap lembut tangan Zoya, terlihat jelas kerinduan dari wanita itu.
"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat. Aku terlihat baik, kan."
"Kamu sekarang cantik, dengan memakai jilbab."
Dulu, Zoya, memang tidak berhijab. Namun, setelah kejadian itu_saat dirinya hendak bunuh diri seseorang menyadarkannya.
"Tidak ada artinya menyesali perbuatan di masa lalu, bunuh diri bukanlah hal yang disukai Allah, semua orang punya masa lalu. Bertobat, lah, maka Allah akan mengampunimu"
Zoya, menangis sekerasnya. Liodra, datang membenahi kehidupannya yang hancur. Dengan sabar, dan telaten ia membimbing Zoya, berhijrah ke jalan yang benar. Selain, itu ada alasan sendiri kenapa Zoya, memutuskan untuk berhijab, selain demi nyawa yang ada dalam perutnya, Zoya, memutuskan berhijab karena dia tidak ingin orang-orang mengenalinya terutama keluarganya. Kepergiannya, ke timur tengah pun tidak ada yang mengetahui.
"Ayo, kita ngobrol di kantin saja. Kebetulan aku belum sarapan."
Anggi membawa Zoya, ke kantin rumah sakit yang terdapat di dalam gedung. Zoya dan Anggi menyusuri setiap lorong, koridor, dan ruangan pasien. Hingga, mereka tiba di depan ruang UGD, langkah Zoya, terhenti ketika melihat Radit yang keluar dari ruangan itu bersama dokter dan perawat lain.
Radit, tidak berfokus pada Zoya, karena Zoya dia langsung memalingkan wajahnya sebelum bertemu pandang dengan pria yang sudah meninggalkannya waktu itu. Tanpa ucap, dan tanpa mendengar penjelasannya lebih dulu Radit memutuskan pernikahan begitu saja. Masih, ada rasa sakit di hati Zoya ketika melihat Radit.
"Zoya," panggil Anggi. "Kenapa?" tanyanya lagi.
"Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus segera pergi. Kita ngobrol lain kali saja, ya."
"Loh, Zoya!"
Anggi tidak dapat menghentikan Zoya, yang pergi meninggalkan dirinya. Langkahnya yang terburu-buru membuatnya tidak melihat jalan dengan benar sehingga langkahnya harus menabrak tubuh seseorang.
"Eh, maaf."
Zoya, tercengang matanya membola melihat siapa yang baru saja ditabraknya. Mikayla, yang terlihat sangat marah wajahnya berubah menjadi terkejut, setelah melihat sang kakak yang sudah lama pergi dari hidupnya.
"Zoya," lirih Mika. Dia menatap tidak percaya, Zoya yang dia kenal sangat berbeda.
"Permisi."
Zoya, segera pergi, sebelum Mika, mengingat dirinya. Mika, berbalik menatap punggung Zoya, yang semakin menjauh sambil berpikir apakah itu benar-benar Zoya. Seketika Mika terbelalak, ia mengejar Zoya setelah sadar akan ketakutannya. Mika, tidak ingin Zoya bertemu Radit apalagi sampai suaminya melihat.
Ya Allah, semoga kembar gak akan kenapa-napa...
up LG nnti thor
Pak Letnan, yang pintar kenapa sih gak liat itu anak-anak ada kemiripan gak sama dia, dan tas DNA. Apalagi punya rumah sakit sendiri... Gereget aku...