Cerita ini berpusat pada perjalanan Anita, seorang wanita yang dikhianati, dan bahkan dibunuh secara semu oleh suaminya Hendric dan sahabatnya Reina-semua karena hasrat akan harta dan kekayaan. Malam yang mengubah segalanya terjadi di Jakarta, ketika Anita menyaksikan perselingkuhan keduanya dan mendengar rencana mereka untuk mengorbankannya. Dalam kepanikan, dia melarikan diri tapi terjebak di tepi tebing, kemudian dilemparkan ke lautan. Namun, takdir mempertemukannya kembali.
ima tahun kemudian, dia muncul sebagai Natasya, kuat dan penuh tekad untuk membalas dendam dan membongkar kebenaran. Di tengah semua itu, ada Ryujin-seseorang yang mencintainya dengan tulus dan selalu ada di sisinya, menjadi pijakan emosional dan kekuatan dalam perjuangannya menuju keadilan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3.Langkah Pertama
Malam itu, setelah acara fashion show berakhir, Hendric dan Reina kembali ke rumah mewah yang dulunya milik Anita. Ruangan tamu yang dihiasi furnitur mahal terasa sepi meskipun keduanya ada di sana. Reina duduk di sofa, matanya tetap menatap Hendric yang sedang membuka minuman keras. Akhirnya, dia mengeluarkan kata-kata yang sudah lama tertekan di hatinya.
"Sayang, apa yang terjadi tadi? Mengapa wanita itu bersamamu?" suaranya lembut tapi penuh curiga, mata memandang Hendric dengan tatapan yang tidak mau kalah.
Hendric menundukkan kepala, lalu melihatnya dengan wajah yang seolah tidak mengerti. "Natasya? Dia cuma tidak sengaja menabrakku di koridor. Barang-barangnya jatuh, jadi aku cuma membantunya mengambilnya. Itu aja, sayang. Jangan terlalu curiga."
Tapi Reina tidak puas. Ada sesuatu di wajah Natasya yang membuatnya merasa tidak nyaman — seolah-olah wanita itu punya rencana tersembunyi, sesuatu yang akan merusak semua yang sudah dia bangun bersama Hendric selama lima tahun. Dia berdiri, berjalan mendekati Hendric, dan memeluknya dari belakang. Badannya bergetar sedikit, dan suaranya menjadi lembut lagi. "Maaf ya, sayang... Aku cuma takut kehilanganmu. Setelah semua yang kita lalui, aku tidak mau ada yang mengganggunya."
Hendric berbalik, menggenggam bahu Reina dengan lembut. Matanya penuh dengan kehangatan yang Reina selalu cari. "Jangan khawatir. Hanya kamu yang aku cintai, Reina. Cuma kamu yang ada di hatiku. Tidak ada orang lain yang bisa menggantikanmu."
Kata-kata itu membuat Reina rileks. Dia mendekat, mencium bibir Hendric dengan lembut, lalu semakin dalam. Malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama, saling memeluk dan menegaskan cinta yang mereka miliki — meskipun di dalam hati Reina, keraguan itu masih tetap ada. "Apun yang terjadi," bisiknya perlahan saat Hendric tidur, mengelus wajahnya yang tenang, "kamu harus menjadi milikku. Sekarang dan selamanya. Aku akan melakukan apa saja untuk itu."
Pagi harinya, matahari menyinari kamar tidur. Reina bangun lebih awal, melihat Hendric yang masih tidur. Dia melihat wajah suaminya yang akan datang, dan hati dia penuh dengan ambisi — ambisi untuk menjadi istri CEO BNF, ambisi untuk memiliki semua kekayaan dan kemuliaan yang ada. Dia akan melakukan segala cara, bahkan jika itu berarti harus menghancurkan orang lain.
Sementara itu, di apartemennya, Natasya sudah bangun sejak pagi. Dia duduk di meja kerja, memeriksa jadwalnya di ponsel. Tiba-tiba, layarnya menyala: pesan dari sekretaris Hendric, memberitahu bahwa dia diundang ke kantor BNF hari itu untuk membahas kerja sama. Natasya tersenyum. Rencana pertamanya — untuk masuk ke dalam perusahaan yang dulunya miliknya — sudah berhasil. "Langkah pertama baru saja dimulai," bisiknya, matanya memancarkan cahaya yang tegas.
Siang hari, Natasya berangkat ke gedung BNF. Dia mengenakan gaun biru muda yang elegan, dengan potongan yang sempurna yang menonjolkan bentuk badannya. Rambutnya terikat rapi dengan ikat rambut berwarna emas, dan wajahnya dihiasi riasan yang sederhana namun membuatnya terlihat lebih cantik. Saat dia memasuki gedung, semua pegawai yang lewat memandangnya dengan tatapan kagum. Beberapa berbisik-bisik tentang kecantikannya yang memukau, dan bagaimana dia adalah desainer terbaik yang baru memenangkan penghargaan besar.
Natasya melangkah ke lantai atas, di mana ruangan CEO berada. Hendric sedang dalam rapat, jadi sekretarisnya memintanya menunggu di ruangan CEO. Natasya memasuki ruangan itu dengan langkah yang tenang. Ruangan itu sangat megah: lantai kayu, meja kerja yang besar dari kayu jati, dan kaca tembok yang menghadap ke pemandangan kota Jakarta yang indah. Dia berjalan perlahan, memperhatikan setiap detail — mulai dari bunga segar di meja, hingga buku-buku yang disusun rapi di rak.
Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah lukisan yang tergantung di dinding. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita yang duduk di tepi pantai, melihat matahari terbenam. Wanita itu mengenakan gaun putih, dan rambutnya terbang terbawa angin. Natasya mengenalnya langsung: itu adalah lukisan yang dia lukis sendiri lima tahun yang lalu, sebelum semua peristiwa buruk terjadi. Hatinya terasa sakit, tapi dia menahan emosinya. Dia membungkuk, ingin menyentuh kanvasnya, ketika pintu tiba-tiba terbuka.
"Itu adalah lukisan yang dibuat oleh mendiang istri saya lima tahun yang lalu, sebelum dia meninggal."
Suara Hendric membuat Natasya berbalik. Dia melihat Hendric berdiri di pintu, mata menatap lukisan dengan tatapan yang seolah-olah sedih. Natasya segera berdiri tegak, dengan wajah yang tetap tenang. "Maafkan saya, Pak Hendric. Saya tidak bermaksud lancang melihat dan ingin menyentuh lukisan itu. Saya hanya terpesona dengan keindahannya."
Hendric masuk ke ruangan, mengangguk. "Tidak apa-apa. Seharusnya saya yang minta maaf karena membuatmu menunggu lama. Rapatnya terlama dari yang direncanakan."
"Tidak masalah, Pak. Saya tidak sibuk hari ini," jawab Natasya dengan senyum yang lembut.
Hendric duduk di kursinya, lalu melihat Natasya dengan tatapan yang formal. Tanpa banyak basa-basi, dia langsung ke tujuan. "Kamu tahu apa alasan saya mengundang Nona Natasya ke perusahaan saya?"
Natasya mengangguk. "Ya, saya tahu. Anda ingin mengusulkan kerja sama agar saya menjadi desainer di perusahaan ini. Lalu, apa tawaran yang ingin Anda berikan kepada saya untuk berkerja sama dengan perusahaan yang sangat besar ini?"
Hendric membuka laci meja, mengeluarkan sebuah surat kontrak yang tebal. Dia mendekatkannya ke Natasya. "Ini kontraknya. Saya menjanjikan bahwa kontrak ini akan memuaskanmu — gaji yang bagus, fasilitas yang lengkap, dan kesempatan untuk menampilkan karyamu di panggung-panggung internasional bersama BNF."
Natasya mengambil kontrak, membacanya dengan cermat. Setiap poinnya terlihat bagus — tapi dia punya rencana sendiri. Dia menutup kontrak, melihat Hendric dengan mata yang tegas. "Saya setuju dengan semua poin di kontrak ini, Pak Hendric. Tapi saya punya satu syarat."
Hendric sedikit terkejut, tapi dia tidak menunjukkan itu. Dia sudah menyangka bahwa desainer berbakat seperti Natasya akan memiliki syarat sendiri. "Syarat apa yang ingin kamu minta?"
"Saya minta agar penghasilan yang diperoleh dari setiap desain yang saya buat, saya mendapatkan 70% bagiannya. Sisanya bisa masuk ke perusahaan. Bagaimana? Apa Anda setuju dengan persyaratan ini?" kata Natasya, tanpa tanda-tanda ragu.
Hendric terdiam sebentar, memikirkan. Dia tahu bahwa Natasya adalah desainer terbaik selama tiga tahun berturut-turut di Eropa, meskipun dia masih baru di industri Indonesia. Dia sudah membuat seluruh dunia tahu nama Natasya dengan karya-karyanya yang luar biasa — dan dengan kehadirannya, BNF akan menjadi lebih terkenal dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. 70% memang banyak, tapi itu sepadan dengan nilai yang dia berikan.
"Baik," katanya akhirnya, mengangguk. "Saya setuju. Mulai minggu depan, kamu bisa berkerja di sini."
Mereka berdiri, saling menggenggam tangan. Natasya menandatangani kontrak, lalu Hendric melakukannya juga, kemudian mereka bertukar stempel sebagai tanda bahwa perjanjian itu sah. Saat tangan mereka bersentuhan, Natasya merasakan getaran di jari-jari — getaran dendam yang masih terpendam. Dia tersenyum, tapi di dalam hati dia tahu: ini hanya awal. Dia sudah masuk ke dalam istana musuhnya, dan segera, mereka akan tahu apa yang sebenarnya dia inginkan.
Setelah itu, Natasya keluar dari ruangan CEO. Di koridor, dia melihat Reina yang sedang menatapnya dari jauh. Reina punya tatapan yang marah dan curiga, tapi Natasya hanya tersenyum padanya. "Segera saja," bisiknya perlahan,
"kamu akan tahu apa yang kamu dapatkan karena mengkhianati aku."dalam hatinya.
Masih eps 1😭😭