MENIKAHI TUAN MUDA ARROGANT

Dalam kamar apartemen, Rissa tengah bergelut bersama seorang pria. Pria itu terengah-engah mengatur napasnya saat sudah mencapai puncak. Rissa tersenyum puas atas permainan pria itu.

"Kamu sungguh hot, Daniel," ujar Rissa.

"Aku yang terbaik, sayang," ucap Daniel.

Daniel memeluk Rissa lalu mencium punggungnya yang polos. " Rissa... kamu yakin akan menikah dengan Sean?"

Rissa bangun dari ranjang tempat tidur. "Aku harus menikahi dia, kita hidup mewah selama ini karena uang Sean."

"Apa uang, yang hanya ada di pikiranmu?" tanya Daniel.

"Daniel... aku tidak ingin membahas ini. Jika kamu ingin terus bersamaku, maka turuti saja permainanku. Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa tanpa kemewahan," tutur Rissa.

Rissa selama ini menikmati kemewahan dari uang Sean. Daniel juga ikut kecipratan hasil Rissa mengunakan uang Sean. Daniel bahkan bisa membuka usaha kecil-kecilan.

Rissa memakai uang Sean untuk bersenang-senang. Sean tidak punya waktu untuk menemani dirinya. Sean hanya memberi Rissa uang dan kemewahan. Rissa kadang berlibur bersama Daniel dengan uang Sean.

Sean memang tidak peduli Rissa mau memakai uangnya. Bagi Sean, uang yang di habiskan Rissa tidaklah seberapa. Selama dua tahun Rissa hidup dalam gemilaunya uang Sean.

Rissa menjalin hubungan bersama Daniel selama 4 tahun. Daniel pria sederhana, tidak seperti Sean yang kaya. Daniel sangat mencintai Rissa, tapi Daniel juga yang memberi saran agar Rissa berpacaran dengan Sean.

Sean bertemu Rissa saat wanita itu mengisi acara di sebuah acara. Rissa adalah model yang tidak terlalu terkenal. Sean jatuh hati pada Rissa karena kecantikannya. Saat tahu Sean mengejar Rissa, Daniel pun tidak menyia-yiakan kesempatan.

"Rissa... aku memang mengizinkan kamu berpacaran dengan Sean. Tetapi untuk menikah aku tidak rela. Sean akan menyentuh kamu. Aku tidak rela berbagi dengannya," tutur Daniel.

Rissa menghela. "Hah... Daniel, sudah beberapa kali aku menolak menikah dengan Sean. Jika kali ini aku menolak lagi, Sean akan curiga padaku."

Rissa mengambil handuk lalu menuju kamar mandi. Daniel menghentikan langkah kaki Rissa. Daniel memeluk Rissa dengan begitu erat. Dia mencium sekilas bibir itu, Rissa juga ikut membalasnya.

"Besok... kamu akan menikah. Aku ingin hari ini, kamu melayaniku sepuasnya," ucap Daniel.

Rissa mengangguk. "Seperti yang kamu inginkan, sayang!"

Jadilah mereka seharian itu bersama. Saling berbagi napas, sentuhan dan saling memuaskan.

*****

Sean termenung di dalam kamarnya sendiri. Seharusnya dia bahagia, karena besok adalah hari pernikahannya. Semua persiapan sudah rampung seratus persen. Hanya tinggal calon mempelai saja yang akan mengucapkan janji suci.

Acara Sean akan di langsungkan di sebuah hotel mewah. Sebagian pelayan rumah juga sudah berada di hotel untuk mempersiapkan hal lainya.

Sean tidak bisa terus seperti ini. Dia teringat terus akan Ziva. Entah apa yang terjadi padanya. Sean harus memastikan perasaan Ziva yang sebenarnya.

Sean tahu jika mereka memang baru saja bertemu. Tetapi ada satu ketertarikan sendiri saat Sean melihat Ziva. Sean merasa ingin sekali dekat dengan Ziva.

Sean keluar dari kamar menuruni anak tangga. Suasana rumah terlihat sepi. Ini memang bukan larut malam, tetapi karena para pelayan ada di hotel jadi terlihat sepi.

Sean menuju ke arah kamar pelayan. Sean mencari-cari di mana kamar Ziva berada. "Yang mana kamar Ziva."

Ada banyak sekali kamar pelayan yang berjejer. Sean terlihat bingung sendiri. Kalau dia bertanya pada pelayan yang ada, apa kata mereka nanti.

"Kenapa aku jadi bodoh, aku bisa meminta pelayan lain memanggil Ziva, kan," gumam Sean.

Sean mencari pelayan lain untuk memanggil Ziva. Pucuk di cinta ulam pun tiba, begitu kata pepatah. Ziva ternyata sedang duduk termenung di bangku taman.

"Ternyata... dia duduk di sini. Aku malah mencarinya ke kamar. Pikiranku malah masuk kamar terus," ujar Sean.

Sean menghampiri Ziva yang duduk melamun. "Ziva...."

Ziva kaget, Sean datang menghampiri dirinya. "Tuan... apa Tuan perlu sesuatu?"

"Iya... aku perlu sesuatu," ucap Sean.

"Apa?" tanya Ziva.

"Aku ingin kamu, aku ingin kamu melayani diriku," ucap Sean.

Ziva mendelik akan ucapan Sean. "Apa maksud Tuan?"

Sean menarik tangan Ziva dan membawanya ke lantai atas. Ziva berusaha untuk melepas tangannya. Ziva bahkan memukul tangan Sean. Karena risih dengan Ziva, akhirnya Sean memanggul Ziva di pundaknya.

Ziva masih memukul-mukul punggung belakang Sean. Pukulan itu tidak berasa sama sekali bagi Sean. Tubuh Ziva di lempar di atas ranjang tempat tidur.

Sean segera mengunci pintu agar Ziva tidak bisa keluar. Ziva bangkit berlari menuju pintu. Sean memeluk Ziva erat dari belakang.

"Ziva... aku bisa membatalkan pernikahanku," lirih Sean.

"Apa maksudmu?" tanya Ziva.

"Aku ingin bersamamu, ku mohon...."

Ziva hanya diam mendengar ucapan dari Sean. Dia juga ingin bersama Sean. Tetapi Ziva tidak boleh egois. Bagaimana dengan Rissa, apa yang akan terjadi jika Sean meninggalkan dirinya.

Sean membalikan tubuh Ziva. Sean membawa Ziva ke dalam kamar mandi. Dia menghidupkan kran air di wastafel. Ziva mundur saat Sean mengambil handuk kecil.

"A-ap yang ingin kamu lakukan?" tanya Ziva.

Sean meraih tangan Ziva supaya mendekat padanya. Sean menghapus bubuk hitam di wajah cantik Ziva. Sean tersenyum saat melihat wajah asli Ziva. Perasaanya tidak pernah bohong.

Ziva adalah wanita yang ada di pestanya. Dia adalah wanita yang berciuman dengannya. Ziva memalingkan wajahnya dari Sean.

"Aku tahu itu kamu, aku bisa mencium aroma tubuhmu. Wajah wanita itu memang cantik, tetapi aroma tubuhnya seperti kamu," tutur Sean.

Sean memeluk Ziva. "Ku mohon... aku ingin bersama kamu."

Ziva melepas pelukan Sean. "Kenapa kamu ingin bersama denganku?"

"Aku tidak tahu kenapa. Aku selalu ingin bersamamu," ujar Sean.

"Kamu pasti hanya tertarik pada wajahku saja," ucap Ziva.

Sean mengeleng. "Tidak... apa kamu tidak merasakan, saat pertama kali kita bersentuhan. Jantungku berdegup dengan kencang. Aku selalu memikirkan kamu."

"Cukup... jangan ucapkan apa-apa lagi. Aku ingin keluar," ucap Ziva.

Sean tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia membiarkan Ziva keluar dari kamarnya. Sean mengepal geram pada Ziva. Wanita itu sungguh sangat sulit untuk di taklukan.

"S**l... berani sekali dia menolakku, kamu sudah menampar pipiku. Aku akan membalasnya dengan sangat kejam," gumam Sean.

Sean berbohong akan perasaannya pada Ziva. Sean memang penasaran akan wanita di pesta itu. Dia sangat tertarik pada wanita cantik yang mengaku kekasih Ken.

Saat melihat Ziva, Sean sangat ingin menyentuhnya. Sean lalu menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Ken. Awalnya Sean kaget saat melihat foto-foto yang di kirim oleh anak buahnya.

Ziva masuk ke dalam mobil Ken dalam keadaan yang cantik. Lalu pada saat Ziva keluar, wajahnya sudah menjadi hitam. Sean menjadi curiga dan kecurigaanya ternyata benar.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.