bahagia ketika mendapatkan Uang banyak, pura-pura polos dan menyamar menjadi manusia biasa, tinggal di jalan yang sangat sepi di bawah kaki gunung.
namun siapa sangka di balik semua itu ternyata semuanya hanyalah Acting semata yang sedang di lakukannya karena dia merasa gabut, sebab berdiri sendiri di puncak kekuatan tanpa adanya musuh yang bisa menandinginya. semua yang dia lakukan hanyalah Acting.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
wijoyo
Semua orang menganggukan kepalanya.
"Sial bodohnya kita tidak bisa mengenali beliau!" Ucap Niken dengan nada frustasi.
"Tidak hanya tidak mengenali beliau, bahkan kita juga telah mengusir beliau!" Ucap sunarto dengan senyum getir.
Sujono kemudian duduk bersila di tanah sambil memejamkan matanya mencoba untuk melacak keberadaan tuan sakti itu.
Kemudian sujono membuka matanya.
Nampak Nikan dan sunarto yang langsung menunggu jawaban sujono.
Sujono menghela nafas secara perlahan, "seperti yang aku duga, aku tidak bisa melacaknya dengan kekuatanku, tuan itu sepertinya tidak ingin aku ikuti." Ketiganya langsung tersenyum getir, mereka merasa malu karena telah menyombongkan diri di hadapan ahli tersembunyi.
Hanya ada rasa penyesalan di hati ketiga orang ini, mereka menyesal karena tidak menyadari sang ahli dan sepasang taring babi yang di bawanya.
***
Sementara itu Arjuna sudah tiba di tokonya, tiba tiba Arjuna melihat seorang pria paruh baya duduk di depan tokonya.
"Loh? Pak bambang! Anda datang?" Tanya Arjuna dengan terkejut ketika melihat kenalannya datang.
"Ah, pak Arjuna!" Ucap pak bambang yang bahagia ketika melihat Arjuna datang.
"Apakah anda sudah menunggu lama?" Tanya Arjuna kepada bambang.
Bambang segera menggelengkan kepalanya, "tidak pak, saya baru saja datang, kok." Ucap Bambang padahal dia sudah menunggu sejak pagi buta.
"Mati masuk.." ucap Arjuna sambil membuka pintu tokonya.
Dengan cepat dia mempersilahkan Bambang duduk di sofa yang berada di dalam toko barang antik itu.
Arjuna kemudian menggantung kembali busur dan tabung berisi anak panahnya di tembok, kemudian menghampiri Bambang dan ikut duduk di sofa.
"Pak bambang, apakah anda percaya dengan siluman?" Tanya Arjuna kepada Bambang.
Bambang sedikit kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Arjuna, mengapa tiba tiba bertanya tentang siluman? Oleh karena itu Bambang balik bertanya, "memangnya kenapa pak arjuna?"
"Tadi aku bertemu dengan trio aneh, mereka mengatakan ada siluman babi kuat yang hampir menjadi raja siluman babi... namun anehnya aku sama sekali tidak berjumpa dengan siluman babi itu, aku hanya bertemu dengan babi hutan yang lemah!" Ucap Arjuna sambil menggantung sepasang taring babi yang dia dapatkan dari babi hutan lemah itu.
Bambang langsung menghirup udara dingin, melihat taring babi yang ukurannya sedikit tidak normal itu, dari cerita singkat Arjuna tentang siluman babi ini, bambang bisa langsung menyimpulkan sebuah kesimpulan.
Bambang tersenyum getir, "ya mungkin bagi kebanyakan orang lain siluman babi itu sangat berbahaya, namun tentu saja di depan anda babi itu hanya babi yang lemah!" Namun tentu saja bambang tidak berani mengungkapkannya secara langsung, karena dia tahu pak Arjuna ini adalah sosok sakti yang ingin menyamar menjadi manusia biasa.
Bambang hanya bisa menjawab, "mungkin mereka orang orang strees? Menganggap babi hutan adalah semacam siluman babi."
Arjuna terdiam pada saat ini, "hmm, benar juga ya, ah lupakan.." ucap Arjuna yang memilih melupakan hal ini.
Akhirnya mereka berdua mengobrol santai.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, pada saat ini Niken, sunarto, dan sujono tiba di sebuah rumah joglo yang memilik halaman yang cukup luas.
Tidak hanya luas, namun juga cantik karena di penuhi dengan bunga bunga indah yang mekar di halaman rumah itu.
Di halaman rumah itu terdapat seorang kakek tua yang sedang menyirami bunga bunga itu. Wajah kakek itu terlihat sangat bersahaja dengan sebuah kumis tebal di atas bibirnya.
Ketiga orang ini langsung berlutut di belakang kakek tua itu, sambil membawa sebuah telinga siluman babi yang telah mereka potong.
"Sepertinya kalian berdua sudah membunuh siluman babi itu dengan sangat baik, bahkan kalian sama sekali tidak terluka... bagus, aku bangga dengan kalian!" Ucap kakek tua itu.
"Guru wijoyo bukan kami yang membunuh siluman babi itu.." ucap Niken dengan senyuman getir.
Wijoyo langsung membalikan badannya memandangi ketiga muridnya dengan tatapan kaget.
"Apa?! Bukan kalian yang membunuh siluman babi ini? Bukankah aku sudah mengajari kalian ajian noto geni untuk bisa mengatasi siluman babi itu?" Tanya wijoyo kepads ketiga muridnya.
Sunarto kemudian berucap, "sayang sekali guru, namun siluman babi itu mati bukan karena Ajian noto geni ajaran guru, namun siluman babi itu mati di tangan seorang ahli yang sangat kuat! Bahkan saking kuatnya kami tidak bisa melihT seberapa tinggi ilmu kesaktiannya!"
Wajah keriput wijoyo terlihat membeku beberapa saat, wijoyo mengetahui ketiga muridnya bukanlah orang yang lemah, ketiga muridnya ini sudah mengikutinya selama puluhan tahun dan sudah menjadi ahli yang sangat kuat. Apabila ketiga muridnya mengatakan ada orang yang sangat sakti wijoyo tidak bisa untuk tidak penasaran tentang siapa orang itu.
"Apakah dia lebih sakti dari pada aku?" Tanya wijoyo.
Ketiga muridnya saling memandang satu sama lain, kemudian mereka bertiga menggelengkan kepalanya secara serempak.
"Maaf guru, kami tidak bisa menjawab karena kami tidak bisa mengukur kekuatan ahli itu, di mata kami ahli itu hanyalah seorang manusia biasa. Namun ternyata bisa mengalahkan siluman babi dengan sangat mudah dan mengambil sepasang taringnya.." ucap sunarto.
Wijoyo terlihat tersenyum cerah ketika mendengar muridnya mengatakan bahwa ada orang yang sangat sakti.
"Sudah sejak kapan?" Ucap wijoyo dengan lirih, dia mulai mengingat ingat kapan terakhir dia kalah dalam bertarung.
Niken, sunarto, dan sujono kaget ketika melihat guru mereka yang sudah Tua ini tersenyum kembali, niken segera berbisik kepada sujono yang ada di sampingnya.
"Jangan jangan guru ingin menantang kesaktian Tuan itu?" Bisik niken.
"Bisa jadi! Kita sendiri tahu selama kita menjadi muridnya selama puluhan tahun lalu, hingga sekarang kita tidak pernah melihat guru kalah! Apakah pada saat ini guru ingin menantang Tuan itu?" Ucap sujono.
Sunarto menyahut, "bagaimana ini, aku tidak bisa membayangkan apabila guru dan tuan itu bertarung!"
Tiba tiba wijoyo berucap, "sunarto, bawa aku ke pemukiman terdekat dari tempat kamu bertemu dengan ahli itu... kebetulan sekali sudah puluhan tahun tubuhku tidak olahraga!" Ucap wijoyo sambil memelintir kumisnya.
"Ba.. ba... baik guru!" Sunarto hanya bisa mengiyakan permintaan gurunya.
***
Hari esok telah tiba dengan sangat cepat, seperti biasa hanya ada Arjuna yang berada di konternya, karena kemarin Bambang tidak menginap, Arjuna menguap secara perlahan kemudian menuju ke arah tempat sampah. Sudah waktunya dia membuang sampah di pagi hari ini.
Sambil menenteng plastik hitam berisi sampah, Arjuna berjalan menuju ke tempat sampah yang ada di depan toko.
Apa yang tidak di ketahui oleh Arjuna, ada dua orang yang menontonnya dari kejauhan, dua orang itu tentu saja sunarto dan wijoyo.
"Oh, jadi itu tuan ahli sakti yang kemarin kamu bicarakan itu?" Tanya wijoyo sambil memelintir kumisnya.
"Semoga dia bisa mengimbangiku dalam meregangkan otot-ototku!" Imbuhnya dengan sedikit sombong