Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan
Caca duduk di bangkunya lemas, akhirnya dengan susah payah dia berhasil menaiki tangga dan kini duduk termenung di bangkunya menatap nyalang ke luar jendela.
Evan cukup menyadari ada yg tak beres dengan temannya yg satu ini. Keceriaan di wajah Caca yg sedari tadi nampak telah hilang entah kemana. Tinggallah wajah menahan beban pikiran yg sepertinya bakalan tidak diceritakan.
Akhirnya Pak Dosen selesai memberikan materi perkuliahan pagi itu. Jam masih pukul setengah sepuluh. Caca membereskan peralatan menulisnya masuk ke dalam tas dengan malas.
“Kenapa Ca? Kesambet setan wc?” goda Evan sambil mencolek dagu Caca.
Merasa sudah kehabisan tenaga Caca malas menanggapi Evan. Dirinya memilih diam dan memasang wajah muram.
Bukan Evan namanya klo tak peduli dengan Caca. Meskipun tadi dia sempat mengacuhkan Caca namun tetap tak bisa cuek jika melihat wajah Caca sudah bermuram durja.
Justru ini yg membuat Caca menarik di matanya, saat sedang cemberut Caca malah tampak semakin menggemaskan. Sasaran empuk Evan untuk menggodanya.
“Sengaja yaa.. dibete-betein cari perhatian…” sahut Evan lagi yg kini sudah mengekori Caca keluar kelas diikuti Dodo dan Dustin.
“Maap atuh… kan tadi cuma besyanda… besyanda…” Evan kini sedikit bernyanyi.
“Kunaon si Caca?” Dodo mulai kepo.
“Gara-gara lu tah tadi ajakin cuekin si Caca ayeuna ngambek beneran!” jawab Evan.
“Gw ga ikutan yaa Ca!” Dustin mengangkat kedua tangannya tak ingin dimusuhi Caca.
Sampailah mereka di lantai bawah gedung dan kini menuju teras yg sudah dipenuhi para mahasiswa dari berbagai angkatan dan kelas.
“Elzi..!” Caca memanggil seseorang yg selalu ada untuknya.
Setidaknya kali ini dia menemukan sedikit tempat untuk mengurangi kegalauannya. Dan semoga Elzi benar-benar bisa mengurangi bukan malah menambahkan.
“Itu muka… kenapa lu?” bisik Elzi.
Kali ini Caca tak bisa menyembunyikannya. Terlalu banyak kekesalan yg ia dapat di pagi yg sial baginya.
Padahal tadinya dia sudah sangat ingin melewati hari ini dengan penuh semangat. Beginilah jadinya jika eskpektasi tak sesuai realita.
“Temenin gw yuk.. ngopi!”
“Kemana?”
“Kantin ajalah… soalnya kan abis ini masih ada kelas lagi.. sebel lah pokonya!”
Elzi mengangguk setuju, dia lalu berbicara pada Dustin yg sedang bersenda gurau disana dengan teman yg lainnya termasuk Dodo dan Evan.
“Yank aku ke kantin dulu yaa temenin Caca ngopi.”
“Ikut yank..” Dustin mengiba, cowo bucin itu emang tak pernah mau jauh dengan Elzi kecuali dipisahkan jarak, waktu dan kelas kuliah.
“Ga! Jangan ikut.. kali-kali kenapa sih ga barengan?” sewot Caca. “Nempel muluk! lanjutnya lagi.
“Idih Caca sirik…! Mangkanya cari pacar yg beneran biar bisa nemenin lu daripada sama pacar orang muluk…” cibir Dustin.
“Sebelum jadi pacar lu juga jadi temen sekamar gw dulu! Klo bukan sama gw dikenalin juga belum tentu kalian bisa kaya sekarang! Caca mulai naik pitam.
“Bukan ayank gw.. tapi noh si Evan, dia kan pacar orang coba klo dia pacar lu beneran ga bakal ganggu ayank gw kan..!” jelas Dustin.
Caca mendengus kesal, dirinya memilih ngeluyur pergi daripada menimpali.
“Mu kemana si Caca?” tanya Evan pada Dustin.
“Kantin…!”
“Tumben lu ga ikut?” tanya Evan lagi.
“Lu ga denger tadi? Ga boleh ikut sama si Caca! Bete tuh dia..” jawab Dustin sedikit kesal.
“Ga denger lah makanya gw nanya…! Gegara apa sih jadi bete gtuh? Emang tadi kita keterlaluan gtuh nyuekinnya?” Evan masih penasaran, Dustin hanya mengedikkan bahunya.
“PMS kali jadi sensi!” celetuk Dodo yg sedari tadi hanya menyimak teman-temannya.
Disaat teman-temannya sedang sibuk membicarakan kemarahan Caca, Caca sudah melangkah jauh meninggalkan mereka menuju kantin.
“Wajah lu… asem banget!” celetuk Elzi di tengah perjalanan mereka.
“Hmm..” Caca menjawab malas.
“Kenapa? Gegara si Dodo? Evan? Ga mungkin pacar gw kan..?”
Caca memutar bola matanya semakin malas menjawab pertanyaannya.
Saat dia menghadapkan pandangannya ke arah depan dimana teras kantin tempat biasa dia nongkrong bersama geng geje sudah terlihat, tampak Barra duduk disana tengah memainkan ponselnya.
Yg buat Caca tambah malas lagi, di sebelahnya Monica memegang lengan Barra dan bersender di bahunya manja.
“Lu liat deh tuh ke depan.. Tapi sekilas aja, jangan sampai ketauan..” bisik Caca.
Elzi mengerutkan dahinya sambil menyapu pandangannya kearah depan menengok ke kiri kanan.
“Lhaa… sapa tuh?” Elzi pun ikut berbisik. “Cewenya? kini Elzi menatap Caca penuh selidik.
“Mungkin!” singkat Caca sambil mengedikkan bahunya.
Wajah Caca semakin meredum, kadung berjalan ke arah kantin mereka mempercepat langkah saat sampai teras kantin dan bergegas menuju dalam untuk memesan kopi.
“Ngopi di dalem aja deh!” sahut Caca.
“Dia tadi liat lu ga?” tanya Elzi, mereka kini sudah berada di dalam kantin depan kasir pembayaran.
“Emang apa urusannya?” ketus Caca. “Tadi pas sebelum bubar kelas aja papasan kaya yg ga kenal, apalagi sekarang duduk jauh disono!” seloroh Caca sambil menunjuk ke arah Barra dengan menoleh ke arahnya.
Ternyata Barra pun tengah memandanginya dengan tatapan yg sulit diartikan. Kedua mata mereka beradu, namun tak lama Caca mendelik kepadanya.
Setelah memesan kopinya Caca pun menuju tempat duduk di dalam kantin bersama Elzi. Kebetulan siang itu kantin tampak lengang. Caca memilih tempat yg tak terlihat oleh Barra dari teras kantin.
“Aslinya Ca si Barra so’ so’ an ga kenal lagi kaya kemarin-kemarin?”
“Hmm..” Caca menjawab malas.
“Bisa-bisanya kemarin anterin lu ketawa-tawa bareng sekarang diem-dieman! Mana ada cewe lain lagi di sebelahnya… Masa iya sih seleranya cewe gatel kaya gtuh!?”
“Makanya gw bilang apa? Dia tuh cuma manfaatin gw buat club basketnya…”
“Lebih parah dari Evan dong! Dia banyak cewe jg tapi ga pernah manfaatin..”
“Namanya juga playboy cap…” Caca menjeda omongannya sekejap sambil menarik nafas berat “isi sendiri deh cap apaan!?” sinisnya.
“Yee.. gw kira mu bilang apaan.. dasar cap..cay!” Elzi ikut-ikutan geje, mereka pun kini tertawa geli dengan candaannya sendiri.
Dari jauh Barra sesekali mencuri pandang ke arah Caca meskipun pasti Caca tak tahu karna dia memilih duduk membelakangi Barra. Ada hati yg gundah gulana disana walau raut wajah tampak dingin. Dia sangat pintar menyembunyikan semuanya.
...****************...
Haiii.. semua…
Terimakasih untuk yg sudah membaca karyaku ini, mohon maap author masih kurang banyak berinteraksi sama kalian soalnya belum paham betul sama cara pakai aplikasinya🙏🏻🙏🏻
Masih banyak belajar dan mohon dukungannya selalu yaa…'
Absen like nya ato komennya dong yg suka sama cerita ini… biar author semangat update nih… makasih semuanyaaa….
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘