Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.
Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.
“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.
“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Dejavu
Mada menyapa Arya dan Sarah saat tiba di rumah. Pasangan itu berada di ruang keluarga, berbincang sambil minum teh. Gita tidak terlihat, sepertinya sudah naik ke kamarnya.
“Sudah makan?” tanya Sarah.
“Belum mah,” jawab Mada setelah menghempaskan tubuhnya di sofa.
“Ck, gimana sih, jam segini belum makan. Sibuk ya sibuk, tapi jangan telat makan,” seru Sarah. “Bik,” panggilnya. “Siapkan makan untuk Mada dong.”
“Aku aja ke dapur. Mama jangan kemana-mana dulu, aku ada kabar baik,” ujar Mada sudah berdiri. “Jangan mau diajak papa ke kamar, ini informasi penting.”
Arya berdecak. “Lah, papa memang tunggu kamu kok. Bisa-bisanya bkin masalah terus kabur.”
“Demi masa depan,” sahut Mada berlalu menuju dapur.
“Masa depan apa? Kalian bahas apa sih?” Sarah menatap heran suaminya.
“Nanti juga tahu.”
Selesai dengan makan malam yang terlambat bahkan Mada makan di meja dapur ditemani asisten rumah tangga.
“Mas Mada mau kopi?”
“Nggak bik, nanti saya nggak bisa tidur. Air es aja,” ujarnya sambil mencuci tangan di wastafel. “Bik, besok pagi buatkan bekal untuk sarapan ya. Jam setengah tujuh saya mau berangkat. Yang gampang dimakan di mobil aja.”
“Bekal?” tanya bibi memberikan gelas berisi air es.
“Hm.”
Mada meneguk air sampai tandas dan melatakan gelas di atas meja.
“Ingat, setengah tujuh.”
“Mas Mada nggak sarapan di rumah?”
“Nggak, porsinya agak banyakan ya. Orange juice nya juga, jangan lupa loh.” Mada berencana menjemput Rindu dan membawakan sarapan untuk gadis itu.
“Beres mas.”
Kembali ke ruang tengah, posisi Sarah dan Arya belum berubah. Duduk bersisian dengan Arya merangkul Sarah yang menyandarkan kepala di bahu suaminya.
“Yaelah, kebiasaan. Suka mesra di depan anak. Bikin iri aja.”
“Suruh siapa masih jomblo,” ejek Sarah. “Mau mama kenalin sama cewek nggak. Ada nih temen mama putrinya cantik dan--”
“Nggak mah, nggak usah. Sudah tidak perlu,” jawab Mada.
Sarah mencibir penolakan Mada. “Eh, iya, katanya ada kabar baik. Kabar apa?” tanya Sarah sudah menegakkan tubuhnya, siap bicara serius dengan sang putra.
“Kabar baik setelah buat masalah, di mana baiknya.”
“Yaelah Pah, masalah apa sih.”
“Iya sayang, memang Mada buat masalah apa?” tanya Sarah penasaran, sejak tadi suaminya itu bicara tidak jelas.
“Mada buat keributan, di parkiran pameran,” ungkap Arya.
“Hah, kamu berkelahi. Ada yang luka, udah ke dokter belum? Kamu gimana sih, kenapa nggak bilang dari tadi.” Sebagai seorang ibu, tentu saja Sarah khawatir dengan kondisi putranya.
“Apanya yang luka, Mada ditemani Anton juga anak buahnya. Aman lah dia, lihat aja mukanya masih ganteng dan sekarang senyum-senyum nggak jelas begitu, mirip orang stress," ejek Arya.
“Apaan sih pah, kayak nggak pernah muda aja. Aku tahu loh kisah lengkap kalian waktu muda.”
“Sudah, nggak usah debat. Jadi, Mada buat masalah apa?” Sarah menepuk paha suaminya, agar berhenti berdebat.
“Ayo, jelaskan ke mama kamu,” titah Arya.
“Jadi gini Mah ….”
Saat mendengar penjelasan Mada mengenai Rindu, ekspresi Sarah kadang mengangguk lalu mengernyitkan dahi dan menghela nafas.
“Jadi, gadis ini yang kamu ajak ke ruang VIP di pestanya Gilang?
“Iya, mah,” jawab Mada.
“Yang nyanyi bahkan Dewa request lagu?” tanya Sarah lagi.
“Iya,” jawab Mada.
“Dia SPG di pameran?”
“Iya, sayang.” Kali ini Arya yang menjawab. “Ini gadis yang sama. Kayaknya anakmu lagi jatuh cinta, berasa nggak banyak bunga-bunga di sini.”
Mendapati Sarah terdiam dengan raut wajah tidak terbaca membuat Mada resah dan memberikan kode dengan lirikan matanya pada Arya.
“Sayang, kamu nggak suka Mada dekat dengan gadis itu?”
“Kamu sudah cari tahu latar belakangnya … siapa nama gadis itu?” tanya Sarah.
“Rindu, Rindu Anjani," jawab Mada.
“Ah iya, kamu sudah cari tahu latar belakangnya? Dia gadis baik-baik ‘kan?” cecar Sarah menatap Mada dan suaminya bergantian.
“Yang tidak baik itu keluarganya mah, bisa-bisanya ia dimanfaatkan. Coba kalau orangnya Anton tidak aku minta awasi Rindu, entah apa jadinya sekarang,” tutur Mada lalu menghela nafas.
“Sekarang dia dimana, masa balik ke rumah bibinya. Kalau ketemu lagi sama preman itu, gimana?”
“Aman lah, tadi aku antar cari kosan. Gimana Mah, setuju aku sama Rindu.”
“Setuju apanya, memang kamu sama Rindu mau ngapain? Kalian baru kenal, pastikan dulu perasaan kamu. Mama nggak masalah mau dia SPG, penyanyi atau kasir minimarket. Yang penting dia gadis baik-baik dan bisa mendampingi kamu. Ingat Mada, kamu akan gantikan Papa di Bimantara Property.”
“Tenang saja sayang, kita akan awasi mereka berdua,” usul Arya. “Jadi apa rencanamu dengan Rindu?” tanya Arya.
“Nah, ini yang penting.” Mada menggeser duduknya mendekat ke meja sofa bahkan sudah menegakkan tubuh karena akan bicara serius dan penting. “Nggak mungkin dong aku biarkan Rindu kerja jadi SPG dan kerjaan lain ke sana kemari. Aku ingin kenal dia lebih jauh juga mengajarkan dia seberat apa tugasku nanti dan sehebat apa calon suaminya ini. Bahkan ketampanan dan wibawaku membuat perempuan-perempuan di luar sana klepek-klepek.”
“Kelamaan,” cetus Arya melempar bantal sofa ke tubuh Mada yang berhasil di tangkap lalu tertawa.
“Romannya papa nggak seneng banget mengakui aku lebih tampan dari papa.”
“Udah ah, ribut aja kalian. Bapak sama anak kok ngaconya sama.”
“Jadi Mah, pah,” seru Mada.”Aku mau jadikan Rindu asistenku. Sama seperti Mama yang menjadikan Papa asisten sebelum kalian menikah.”
“Apa?” tanya Sarah dan Arya serempak.
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬
dan author nya bikin nya terlalu polos
ku laporin ke pihak mangga toon mampus kau