Pelecehan yang dilakukan oleh pria terpandang dan terhormat yang menjadi tamu dihotel tempatnya bekerja, membuat Annisa Zavina harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya hamil diluar nikah.
Wisnu Kurniawan, seorang pengusaha muda sukses yang pada malam itu berada dalam pengaruh alkohol, hingga tanpa sadar merenggut paksa mahkota gadis malang itu.
Tidak ingin membunuh darah dagingnya, dan tidak ingin juga mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan cara menikahi gadis yang tidak dia cintai serta memiliki status sosial yang sangat jauh dibawahnya, Wisnu pun memaksa Annisa untuk menerima perjanjian bahwa dia hanya akan bertanggung jawab terhadap anaknya, dan Annisa harus pergi meninggalkan darah dagingnya begitu lahir.
Hingga pertemuannya dengan Rayhan Prasetyo, seorang duda kaya satu anak yang memberikan kehidupan baru untuk Annisa yang nelangsa setelah dilecehkan dan dipisahkan dari putrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8- Hanya Anakku!
HAPPY READING
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Wisnu pun tiba dirumah sakit. Dia pun langsung menuju kamar VVIP, dimana Annisa dan para abdi setianya berada dan sedang menunggunya.
Ketiga bodyguard yang berjaga didepan pintu langsung membungkukkan badan mereka dengan hormat, begitu melihat kedatangan tuan muda mereka.
"Tuan" Bu Laksmi yang sedang duduk dikursi disamping ranjang tempat Annisa berbaring dan sedang berbincang-bincang dengan wanita itu, langsung berdiri menyambut kedatangan tuannya dengan hormat.
"Bagaimana keadaanmu? Apa semuanya baik-baik saja?" Wisnu bertanya pada Annisa dengan dingin tanpa mempedulikan sapaan Bu Laksmi, karena dia hanya mengkhawatirkan kondisi calon bayinya saja.
Annisa yang sudah memalingkan wajahnya sejak melihat Wisnu masuk kedalam kamarnya tidak menjawab apapun. Sikap wanita itupun tak kalah dinginnya dengan Wisnu. Karena Annisa masih diliputi rasa trauma dan marah, pada pria yang telah menghancurkan masa depannya itu.
"Alhamdulillah Tuan, pendarahannya tidak terlalu parah. Janinnya masih bisa diselamatkan. Hanya saja, dokter menyarankan supaya Nona Annisa diopname disini, selama dua atau tiga hari, supaya dokter bisa terus memantau kondisinya" Jawab Bu Laksmi pada akhirnya mewakili Annisa yang tak kunjung buka suara perihal kondisinya sendiri.
"Bagaimana kamu bisa terjatuh? Kamu tidak ada niat untuk, mencelakai bayi itukan, supaya dia keguguran?" Tuduh Wisnu dengan tatapan menyelidik curiga.
Perkataannya membuat mata Annisa terbelalak gusar mendapat tuduhan tak beralasan itu, hingga dia langsung melirik Wisnu dengan tajam.
"Jaga bicaramu Tuan Wisnu Kurniawan. Kamu pikir aku sekejam itu, hingga akan mencelakai anakku sendiri?" Ucapnya penuh penekanan.
"Anakku. Jangan lupa Nona Annisa Zavina. Kita sudah menanda tangani perjanjian, hitam diatas putih. Jadi anak itu, hanya akan menjadi anakku saja" Wisnu mengingatkan.
"Tentu saja aku akan selalu ingat, pada apapun yang berhubungan denganmu Tuan yang terhormat. Bagaimana anda menghancurkan masa depan dan psikisku. Jadi aku akan selalu ingat, untuk menyerahkan anak ini ketanganmu. Tenang saja" Ucap Annisa yang membuat Wisnu terdiam dan gusar, karena kata-kata yang dilontarkan wanita itu secara tidak langsung, merujuk pada insiden pem*rk*saan yang dilakukannya tujuh bulan yang lalu.
Padahal dia melakukan semua itu dalam keadaan tidak sadar. Dan dia juga sudah mengganti rugi dengan uang kompensasi.
Tapi wanita ini terus saja menjadikan insiden itu sebagai senjata untuk memojokkannya.
Kalau bukan demi calon anaknya, dia tidak akan mau berurusan dengan perempuan seperti ini. Namun dia masih harus menunggu dua bulan lagi, sampai anak itu lahir.
💐💐💐💐💐
"Tante! Tante!" Teriak Agnes saat memasuki kediaman mewah Kurniawan seperti memasuki rumahnya sendiri. Dengan gelisah dia terus berteriak memanggil-manggil ibunya Wisnu, seperti memanggil mamanya sendiri.
"Nes?" Seorang wanita cantik berusia tiga puluh satu tahun dengan pembawaannya yang anggun, lembut dan santun muncul menghampiri Agnes.
Wanita itu adalah Chintya Kurniawan. Kakak perempuan Wisnu. Wanita itu menyapa Agnes dengan risih dan heran melihat kekasih adiknya yang datang kerumah orang tuanya, sembari berteriak-teriak dengan ekspresi yang terlihat cemas.
"Ehh, Kak Chintya? Kakak sedang disini juga?" Dengan senyum ramah yang dibuat-buat Agnes membalas sapaan calon kakak iparnya itu, sembari memeluknya dengan akrab.
Chintya membalas pelukan Agnes ala kadarnya. Jujur dia kurang respect terhadap wanita yang sudah lima tahun menjalin hubungan asmara dengan adiknya itu.
Menurut penilaiannya, Agnes adalah seorang gadis yang kurang sopan dan drama queen. Namun dia bisa apa? Adiknya mencintai wanita itu. Begitupun dengan ibunya yang sangat membanggakan Agnes, dan ingin menjadikan wanita itu sebagai menantunya.
Karena Agnes adalah wanita terpelajar dan berasal dari keluarga terpandang. Karena bagi mamanya bibit, bebet dan bobot menantu adalah hal terpenting. Dan Agnes sudah memenuhi kriteria menantu idaman dimatanya.
"Iya. Rangga ingin bertemu Omanya dan Ambar. Dan aku juga sedang merindukan Mama. Jadi kami mampir kesini" Chintya tersenyum kecut.
"Agnes" Sebuah suara lembut dan terdengar ceria membuyarkan percakapan kedua wanita itu. Sontak keduanya pun menoleh, dan bertatapan dengan dua orang wanita beda generasi yang berjalan dengan anggun dan gemulai mendekati mereka.
Kedua wanita itu adalah Deani Kurniawan dan Debby Purinda. Ibu dari Chintya dan Wisnu, serta kakak lelaki mereka yang bernama Nicholas Kurniawan. Sedangkan Debby adalah istri dari kakak tertua mereka itu.
Wisnu adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya sudah menikah, dan memiliki anak dari hasil pernikahan mereka masing-masing.
Hanya Wisnu saja yang masih melajang. Namun dia sudah merencanakan pernikahannya dengan Agnes tahun depan.
"Hai Tante, Kak Debby" Seru Agnes yang berlari menghampiri calon ibu mertuanya dan langsung memeluknya. Kedua wanita itu berpelukan layaknya ibu dan anak, karena memang mereka sudah sangat akrab.
"Ayo masuk. Kita ngobrol-ngobrol diruang tamu" Deani merangkul Agnes dan menarik tangannya dengan lembut.
"Tante" Agnes menahan Deani hingga wanita paruh baya itu berhenti dan menatap calon menantunya itu. Begitu juga dengan Chintya dan Debby yang menatap Agnes dengan penasaran.
"Aku ingin bicara dengan Tante"
"Berdua saja?" Tanya Deani melirik putri dan menantunya. Lalu dia kembali menatap Agnes dengan serius dan penasaran.
"Apa ada masalah yang sangat penting? Ada masalah antara kamu dan Wisnu?"
"Iya Tante. Ini masalah yang sangat penting sekali. Makanya, aku harus cerita sama Tante. Tante bisa kan?"
Deani mengangguk. "Baiklah, ayo" Deani mengajak Agnes ketaman belakang.
"Apa?! A.... Agnes, ka-kamu serius?" Seru Deani yang terkejut bukan main hingga terbata-bata, mendengar cerita Agnes tentang putra bungsunya yang telah menghamili wanita lain.
"Aku serius Tante. Untuk apa aku berbohong? Wisnu sudah mengkhianatiku. Dia sudah menghamili wanita lain" Jawab Agnes dengan cepat sembari terisak.
Berusaha menarik simpati dari calon mertuanya agar mendukungnya. Mendengar kenyataan bahwa Wisnu sudah menghamili wanita lain, membuatnya jadi takut kalau pria itu akan menikahi wanita itu dan meninggalkannya.
Jika itu sampai terjadi, bisa-bisa dia akan kehilangan tambang emasnya. Tidak ada lagi yang akan menyokong kehidupannya. Keluarganya sudah membuangnya, karena malu mengetahui kelakuannya yang suka melakukan hubungan intim dengan banyak pria. Wisnu juga sudah berani mengkhianatinya dengan membuat wanita lain hamil anaknya.
Jadi sekarang dia harus bisa membuat mamanya Wisnu berada dipihaknya, dan memaksa anak bungsunya untuk tetap menikahinya dan membuang wanita jalang itu! Perempuan tidak jelas asal-usulnya, yang sudah berani merebut posisinya untuk memberikan Wisnu keturunan!
"Tapi tunggu dulu. Kamu dengar berita ini darimana?" Tanya Deani penasaran dengan alis bertaut.
"Aku mendengarnya sendiri, dari mulut Wisnu langsung Tante, saat dia bicara dengan pelayan dan bodyguardnya"
BERSAMBUNG