NovelToon NovelToon
Kontrak Jiwa Putri Palsu Duke

Kontrak Jiwa Putri Palsu Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Anak Genius / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Akademi Sihir / Fantasi Wanita
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Celine Alexandra

Thalia La Sheridan adalah seorang putri dari Keluarga Duke Sheridan.

Alih-alih hidup dengan sendok berlian di mulutnya, hidupnya justru lebih buruk dari anjing jalanan sekalipun.

Akan tetapi...ada yang tidak biasa....



Dewi Alianora adalah seorang Dewi Perang haus darah yang dikutuk Surga.

Darah kering dan tangisan meronta-ronta selalu membasahi setiap jalan yang dilaluinya.

Akan tetapi...pada suatu saat, masa kejayaan yang berdarah itu harus pudar, dan Dewi Alianora pun jatuh tertidur dalam dunia bawah untuk selamanya...



Seribu tahun kemudian takdir keduanya akan bertemu. Apa yang akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celine Alexandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 8 : Dolores Part 2

Akan tetapi, Dolores masih tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. Baginya anak didepannya masih tetap bocah lemah dan tidak berdaya.

Benar dia pasti salah lihat.

Dolores kembali menyeringai lebar sambil berkata dengan sombong, "Ada apa? Apa kau mau semangkuk sup jagung basi itu lagi?"

Alianora tidak menjawab, dia hanya berdiri di tempatnya sambil menatap Dolores dan pelayan wanita di sampingnya yang bernama Nelly itu lurus-lurus.

Karena tidak menerima tanggapan apa-apa, Dolores menjadi kesal, dan mencengkeram dagu Alianora dengan kasar, memaksanya untuk mengangkat kepala.

Namun, entah sekuat apa dia mencoba, dia masih tidak bisa menggerakkan kepala Alianora. Dolores terkejut sekaligus tidak percaya, kenapa bocah lemah ini bisa tiba-tiba lebih kuat darinya?

Sedetik kemudian, tangan Alianora sudah mendarat di pipi Dolores.

PLAK!

Ditengah ruangan yang sepi, bunyi hantaman kulit dengan kulit itu terdengar kencang dan kasar sekali.

Ketiga orang itu terperangah, tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

Mary menyaksikan tangan mungil yang lembek dan halus itu, menampar wajah Dolores dengan kencang sampai membuatnya terhuyung kebelakang dan jatuh terduduk. Saking kerasnya, kuku-kuku pendek pada tangan itu sampai bisa membuat lima garis cakaran panjang berdarah yang melintang pada pipinya.

Postur tubuh Dolores tidak terlalu tinggi, hanya 160cm, paling pendek dari seluruh pelayan di kastil itu. Jika berdiri sejajar dengan Alianora, perbedaan tinggi keduanya hanya Berkisar 20cm, apalagi waktu itu dia agak menunduk, Alianora dapat dengan mudah menjangkaunya.

Didepan, seorang bocah berdiri tanpa bersuara, namun aura membunuh yang dikeluarkan begitu pekat. Hanya dengan melihat saja, segala rasa takut dibawah kulit mereka menyeruak tak terkendali, seakan mencekik mereka sampai sesak.

Perlahan, Alianora berjongkok mendekati Dolores, yang tanpa sadar mendorong bokongnya mundur.

Menyadari tingkahnya yang seakan takut pada bocah sepuluh tahun didepannya, Dolores kembali mendapat keberaniannya.

Walau masih dipenuhi rasa takut yang tidak bisa dijelaskan, dia menatap balik dengan marah dan berseru dengan suara tinggi, "K-kau! Beraninya, beraninya kau menamparku! Kau tahu siapa aku?! Aku kepala pelayan paling senior disini, dan kau gelandangan tak tahu berterima kasih, berani memperlakukanku seperti ini?! Cepat minta maaf!"

Seakan menemukan hal yang lucu, Alianora tertawa.

Dia tertawa cukup puas sembari berpura-pura menghapus air matanya yang tak nampak, lalu menatap Dolores seperti melihat sesuatu yang paling konyol di dunia.

"Tunggu, minta maaf? Itu seharusnya kalimatku kan? 'Kau tahu siapa aku?' Ha! Aku tahu kau siapa, pelayan rendahan. Kau bodoh atau apa? Kukira kau adalah kepala pelayan senior disini, tapi masih tidak tahu tempatmu?"

Alianora berbicara kata demi kata dengan santai, semakin kebelakang semakin penuh tekanan, dan semakin kebelakang senyum di bibirnya sepenuhnya menghilang digantikan oleh sengiran sinis.

"Katakan padaku, tangan mana yang kau gunakan untuk mendorong Mary? Tangan mana yang kau pakai untuk menumpahkan sup bau itu ke gaunku?"

Alianora menjulurkan salah satu tangannya ke depan, matanya yang memandang Dolores itu seperti sedang melihat serangga.

Dolores dipenuhi rasa jengkel yang luar biasa sampai ke ubun-ubun.

Dolores adalah seorang pelayan yang bukan berasal dari kaum rakyat biasa, melainkan putri dari sebuah keluarga count yang jatuh miskin. Karena kedisiplinannya dan pekerjaannya yang baik, dia dengan cepat menaiki posisi sebagai kepala pelayan keluarga Sheridan.

Hal ini membuatnya semakin sombong dan merasa dirinya beda dari pelayan lain. Selama 55 tahun hidupnya, dia tidak dipandang dan dipermalukan seperti ini oleh siapapun. Itu sebabnya dia merasa sangat tidak terima kalau seorang rakyat jelata melakukan semua hal ini padanya.

Apalagi orang itu adalah Thalia didepannya, gadis pungutan yang menjadi putri dalam semalam, sangat tidak pantas!

Dipenuhi rasa emosi yang meluap, mata Dolores menjadi gelap. Dia dengan cepat meraih pecahan mangkuk disamping, lalu melayangkannya ke arah Alianora.

Mary berteriak dan hendak melindungi Alianora tapi reaksinya masih lamban, dan Nelly disampingnya hanya melihat itu dengan mata yang hampir keluar.

Akan tetapi, Alianora sendiri tidak merasa terkejut, kedua sudut bibirnya malah menyungging membentuk seringai yang mengerikan, dan seperti sudah diantisipasi, Alianora menyingkir dari serangan Dolores lalu melayangkan tangan yang dari tadi selalu berada dibelakangnya, untuk menampilkan sebilah pisau kecil yang segera menyabet lengan dolores.

CRATTT!

Pisau menembus lengan bajunya, dan membuat luka menganga yang lumayan dalam pada lengannya. Darah seketika mengalir deras membasahi roknya, menyatu dengan cairan sup yang sudah dingin dibawahnya.

"AHHHHHHH!"

Teriakan Dolores yang pecah dan memekakkan telinga menggema di seluruh ruangan, mengagetkan kedua pengawal, serta membuat para pelayan berkumpul. Wajah mereka bingung sekaligus penasaran, tapi ragu-ragu mau mengintip atau tidak.

Di dalam, dengan bau darah yang tajam menusuk hidung, suasana jadi semakin mencekam.

Alianora menjambak rambut Dolores, mendorongnya hingga tersungkur. Tumpahan sup basi bercampur darah mengotori sebagian wajahnya, rambutnya, dan juga mulutnya, tapi seakan terbius oleh rasa sakit, dia tidak memusingkan itu dan langsung bangkit untuk melihat kondisi lengannya sambil tersengal.

Sambil berjalan ke tempat duduknya, Alianora menyapu percikan darah pada pipinya dengan jijik, mengibaskan cairan darah yang masih melekat di pisau, lalu duduk sambil memandangi Dolores yang masih menangis dan mengerang, dengan ekspresi tidak tertarik.

"Hei manusia hina, kau ini seperti hewan yang tidak mengerti bahasa manusia. Sudah kubilang aku ini majikanmu, dan kau hanya pelayan rendahan tapi kau masih saja tidak tahu diri huh?"

Sinar matahari pagi semakin meninggi, waktu sudah mendekati siang, beberapa menit telah berlalu sejak Dolores dan Nelly masuk dalam ruang makan.

Para pelayan yang berkumpul diluar sangat penasaran tentang apa yang terjadi didalam. Mendengar suara teriakan telah hilang, hanya menyisakan isak tangis, mereka memutuskan untuk membuka pintu itu sedikit.

Apa yang mereka lihat setelah itu membuat bulu kuduk mereka merinding, dan beberapa dari mereka ingin muntah karena mencium bau aneh yang tidak bisa dijelaskan.

Mata mereka tidak bisa berkedip, menyaksikan orang yang mereka hormati sekaligus takuti, kepala pelayan Dolores, sedang menangis tersedu-sedu diatas lantai yang penuh dengan darah bercampur cairan hijau aneh.

Wajahnya kotor dan berantakan, bajunya kusut dan penuh bercak darah. Dia memegang lengannya yang berlumuran darah itu sambil menangis sesekali berteriak.

Para pelayan yang melihat itu langsung lemas, mereka tidak tahu insiden apa yang tengah terjadi sampai membuat Dolores seperti itu, tapi yang mereka tahu, Alianora yang duduk di kursi makan sambil memegang pisau berdarah itu tampak seperti malaikat maut yang siap mencabut nyawa kapan saja.

----------------

Kembali ke waktu sekarang.

Alianora menyadari tatapan dari banyak pasang mata itu, tapi dia membiarkannya. Lebih banyak yang lihat lebih baik agar tidak ada yang berani macam-macam padanya dimasa depan.

Matanya beranjak melihat Nelly yang masih ditempatnya, menundukkan kepala dengan wajah yang seputih kertas, dan tubuh yang bergetar hebat sampai bisa terlihat dari tempat Alianora. Lalu Mary yang berdiri tak jauh darinya, melihatnya dengan pandangan ngeri, bibir yang gemetar hanya terbuka dan tertutup tanpa bisa melontarkan kata-kata.

Melihat Mary, Alianora teringat akan sesuatu, dan berkata pada Dolores dengan suara datar, "Oh ya posemu sudah pas, sekarang minta maaflah pada Mary."

"....'Maaf'?"

Dolores melirik Alianora dan Mary secara bergantian, dan berkata dengan suara serak. Tidak tahu perasaan apa yang ada dalam batinnya sekarang, entah itu ketakutan,  penghinaan, kebencian atau mungkin semuanya. Satu yang dia tahu bahwa dia tidak ingin melakukan apapun yang diperintahkan iblis didepannya.

"Tidak!" Dolores tiba-tiba berseru nyaring, "Aku tidak mau! Aku tidak mau! K-kau, kau iblis! Kau gila! Aku, aku kepala pelayan! Aku berkuasa disini! Aku tidak akan tunduk pada gembel seperti kalian!"

Dolores berteriak dengan sepenuh jiwanya, sambil menunjuk-nunjuk Alianora dan Mary. Dia terlihat seperti orang sinting yang berkoar-koar di jalanan.

Mary melihat Dolores yang seperti itu dan merasa sedikit kasihan dan takut, lalu berkata pada Alianora dengan terbata-bata, "N-nona, tidak apa-apa, t-tidak apa-apa nona. Saya, saya baik, tidak usah seperti in-"

Belum selesai Mary bicara, tangan Alianora sudah menampar Dolores dengan kencang, membuatnya terdorong kesamping dan bersandar pada kaki kursi makan. Belum selesai sampai disitu, Alianora menarik rambutnya dan menekannya ke lantai. Wajah Dolores menyentuh lantai dengan bunyi 'duk! 'kencang.

Alianora menghembuskan napas panjang, dan berjongkok tepat didepan Dolores. Senyumnya hilang, dan dia menancapkan pisau itu tepat disebelah wajah Dolores sambil menatapnya dengan tatapan dingin.

"Hei, kalau kubilang minta maaf, minta maaflah. Kau mengerti?"

Dolores yang melihat mata biru perak itu seakan menikamnya, dia tidak bisa untuk tidak bergidik. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi.

Tidak lagi sempat bagi Dolores untuk berpikir jernih, perhatiannya sepenuhnya tertuju pada bagaimana dia bisa lolos dengan selamat dari iblis didepannya.

Sebab itu, Dolores hanya mengikuti instingnya, dan segera mengangguk.

"Hii! Hiyaa! Iya, maaf, maafkan aku! Maaf Mary, maaf, uhuk, uhuk!"

Dolores batuk-batuk untuk sesaat karena cairan sup yang masuk ke hidungnya, tapi dia masih belum berhenti mengucapkan kata maaf.

Mary, "...."

Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan saat itu.

Di sisi lain, Alianora akhirnya tersenyum puas, "Ya, bagus. Anak pintar. Sekarang aku ingin meluruskan masalahmu denganku."

Alianora melirik ke arah Mary disampingnya, dan mengisyaratkannya untuk maju.

Mary melihat itu dengan bingung, tapi dia tetap melangkah mendekati Alianora.

"Y-ya nona? Apa yang bisa saya lakukan?"

Alianora balik memandangi Dolores dengan jijik, dan dia berkata dengan pelan, "Mary, coba kau katakan padaku, apa saja menu sarapan yang disiapkan oleh kepala pelayan Dolores, selaku yang bertanggung jawab terhadap urusan dapur, untukku selama seminggu ini. Sebutkan dengan jelas, jangan sampai ada yang kelewatan."

Mary terkejut menatap Alianora, membuka dan menutup mulutnya tanpa ada suara yang keluar.

"Dan kau," Alianora menunjuk Nelly, yang langsung kaget ketika mendengar namanya dipanggil. Melihat Dolores yang mengenaskan di lantai, Nelly jadi spontan bersikap formal "I-iya, N-nona? Apa yang bisa saya bantu?"

Alianora melihatnya dari atas kebawah.

"Kau...Nelly ya? Pelayan yang selalu membuntuti sampah ini seperti anak bebek. Kau pergi siapkan semua yang Mary sebutkan nanti, dan bawa itu kesini. Aku dengar tempat sampah basah kita lagi penuh ya? Bawa semua itu juga. Ingat, semuanya, tanpa terkecuali. Jika ada satu yang kurang, kau tahu sendiri. Mengerti?"

1
Karlina Lia
Thorr, itu mereka ngapain ada crot, crat nya, kasih penjelasan dongg, jadi penasaran 😭
Karlina Lia
gilaaa, keren banget tata bahasanya 😍
Amelia
pasti panas sekali 😕😕
1vhy
keren thor pengenalan di sini sangat ringan, gasken
1vhy
fighting, tulisanmu sangat bersinar


don't forget to feedback ❤❤❤✨
PRIYN_027
ceritanya menarik sekali thor😆

mampir juga di karyaku ya thor
Syiffitria
kaaa aku mampir nih /Smile/ mampir juga yuk di karya aku :))
angel
udah mampir nih.. ke aku juga
Arvilia_Agustin
Sudah mampir ni ka, Mampir juga ya di karyaku "Wanita Tangguh"
1vhy
feedback ya thor, makasih
Ai
sudah mampir.
mampir di karyaku juga
Amelia
semangat terus ❤️❤️❤️
Amelia
❤️❤️❤️👍👍😊
Amelia
semangat terus ❤️❤️❤️😊
Amelia
semangat ❤️❤️❤️❤️
Amelia
❤️❤️❤️❤️❤️👍👍👍
Amelia
❤️❤️❤️❤️👍
Ryaici Saristi
semngat
Lala tsu
thor mau lapor like dan comend Uda parkir,kalau ada waktu yuk saling dukung.
Dan Jak
World building, karakter 0 to hero, ini bakal menarik nih.

Gas terus Thor!

Jangan lupa berkunjung juga ke naskah saya. Saling dukung kita!
Pena Fantasy: haloo, mencari novel serupa dengan Mc zero to hero? di sini juga ada, silahkan mampir:)🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!