NovelToon NovelToon
Istri Untuk Alan

Istri Untuk Alan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:85M
Nilai: 4.9
Nama Author: Red Lily

🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹

Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.

Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan

🌹VOTE🌹

"Bi, jangan pake bawang, Alan gak suka," kata Vanesa sambil bergelut di dapur.

Pantesan Alan suka sama Vanesa. Turunan asli Meksiko, rambutnya pirang, kulitnya kecoklatan eksotis. Wajahnya cantik, make up yang menempel pas banget di wajahnya.

Dan Inanti hanya bisa berdiri di ruang TV, melihatnya memerintah Bi Idah. Sejak datang, Vanesa hanya memperkenalkan diri lalu masuk tanpa dipersilahkan.

Inanti mendekat. "Kak Alan udah makan, Mbak."

Mata Vanesa menatapnya sesaat sebelum kembali mengaduk bubur.

"Dia bilang udah kenyang tadi."

"Kaldu di mana ya, Bi?"

Dan perkataan Inanti tidak dihiraukan, membuatnya cemberut tidak suka. 

"Bi, bisa tolong ambilkan tomat segar? Alan suka memakannya."

"Yang di kebun belakang, Non?"

"Iya, Bi."

"Biar Inan saja yang bawa."

"Ga usah, Bu." Bi Idah buru-buru mencopot apron. "Ibu duduk saja. Ibu mau tomat segar?"

"Engga, Bi, makasih."

"Istirahat aja ya, Bu."

Inanti melihat mata Bi Idah yang memperlihatkan keprihatinan. Bagaimana tidak, Vanesa mengendalikan semuanya. Dia datang seolah ini adalah rumahnya.

"Apa kau hanya akan berdiri di sana saja?"

Inanti bingung, menerka apa Vanesa bicara padaya.

"Iya, kau, kau akan berdiri di sana atau membantuku?"

"Kak Alan sudah makan, Mbak," kata Inanti lagi mencoba mengingatkan.

Vanesa membalikan badan, menatapnya seolah menahan kesal. "Alan hanya makan sebagian kan?"

"Kak Alan bilang kenyang."

"Dia kenyang makan bubur yang tidak enak." Dengan teganya dia bicara dengan datar. "Ambilkan piring dalam lemari kaca itu, Alan suka pakai mangkuk yang berbentuk apel."

"Baik."

Dan entah kenapa lidah Inanti terasa kelu, enggan membalas ataupun melawannya. Kalah jauh, dia lebih cantik, kaya, pinter. Inanti berada di bawahnya, kuliah tidak lulus, tidak punya kerjaan, tidak punya sisi yang bisa ditonjolkan. Dan karenanya Inanti merasa sakit, apakah Alan akan meninggalkannya? Menceraikannya seperti yang mereka katakan? Vanesa kembali, dia memaafkan Alan, dan apa yang akan terjadi padanya?

"Ya Allah!"

"Kamu gimana sih!" Vanesa melotot, dia mendekati Inanti dengan wajah penuh amarah. "Astaga, ini kan mangkuk kesayangan Alan. Ini dari Oma nya."

Inanti menunduk, menatap pecahan kaca di atas lantai. "Maaf, Mbak, tadi saya pusing jadi gak konsen."

"Bener kata Alan, kamu gak becus."

Kalimat yang langsung menusuk hati Inanti.

"Pantes aja Alan ga betah di rumah. Beresin cepat."

"Iya, Mbak."

Vanesa meninggalkan Inanti, dengan air mata menetes sambil memunguti pecahan kaca. 

"Ibu, Ibu ngapain? Biar saya aja, Bu."

Inanti mengusap air mata. "Mangkuk kesukaan Alan gak sengaja Inan pecahin, Bi. Gimana ini?"

"Ga papa, Bu. Ibu jangan nangis, Ibu mending istirahat aja. Mangkuknya masih ada lagi kok, Bibi simpan di lemari dapur."

Bi Idah memaksa Inanti berdiri, dan mengantarkannya ke kamar. "Ibu istirahat aja, jangan keluar tunggu aja. Bentar lagi kayaknya juga pergi kok, Ibu tunggu ya, mau Bibi buatkan apa?"

Inanti menggeleng. "Engga, Bi. Makasih."

"Yaudah, Ibu kalau mau apa apa beritahu Bibi. Bentar lagi dia juga pergi kok."

Namun, kenyataannya tidak begitu. Beberapa menit yang Inanti pikir Vanesa seharusnya sudah pergi, dan Inanti keluar untuk wudhu, nyatanya dia masih ada di sana.

"Hei, kamu," panggilnya pada Inanti.  "Sini kamu."

"Iya, Mbak? Kenapa?"

"Bantu saya bawain ini ke kamar Alan."

"Ya?"

"Bisa kan? Kali kali kamu tuh harus kerja yang bener, jangan bikin Alan malu aja."

🌹🌹🌹

Mereka bercanda, duduk berhadapan di atas ranjang. Alan dan Vanesa.

"Kak, udah ashar, sholat ashar dulu yu," ucapnya menghentikan tawa lebar Vanesa.

Inanti yang sedari tadi berdiri di ambang pintu, tidak diperbolehkan masuk oleh Vanesa. Dengan alasan, Vanesa mungkin membutuhkan sesuatu yang lain. Dan Alan membiarkannya melakukan apa saja.

"Kau boleh pergi," ucap Vanesa.

Inanti tidak mau meninggalkan suaminya dengan wanita lain, bisa bisa timbul fitnah.

"Apa kau tidak dengar? Kau pergi, ada hal yang harus dibicarakan dengan Alan."

"Inan ga bisa pergi, ninggalin kalian berdua….," ucapnya dengan suara pelan di akhir kalimat. "Lebih baik Mbak pulang, sebentar lagi mau hujan."

"Kamu gak berhak ngusir, rumah ini punya Alan."

"Mbak juga ga berhak duduk atau berdekatan sama suami orang lain. Daripada terjadi fitnah, lebih baik Mba pulang, apa kata orang jika tahu Kak Alan sama wanita lain di kamarnya?"

"Alan lebih mu--"

"Lebih baik kamu pulang dulu, Van."

"Al!"

"Pulang, Van, aku mau istirahat."

"Kamu serius? Nyuruh aku pulang?"

Dan lebih menyakitkan lagi, tangan Alan menyentuh bahu Vanesa. Entah mengapa itu membuat air mata Inanti mendobrak ingin keluar.

"Pulang, aku mau istirahat."

Mata Vanesa menatapnya kesal, apalagi saat melewati. Langkahnya menuruni tangga terdengar jelas, dia sangat marah. 

"Kamu mau berdiri di sana terus atau keluar dari kamar saya?"

"Ada yang Kakak butuhin?"

"Engga," ucapnya tanpa menatap, dia turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi. 

Inanti menghela napas, mendekati piring kotor dan segera membereskannya. Enak banget kayaknya tidur di situ, anget mana empuk lagi, kamar mandi di dalem, gak usah keluar malem malem. 

Mana mungkin tidur di sana, duduk saja Inanti mendapat tatapan tidak suka dari Alan. 

"Nanti malem pijet punggung saya. Pegel."

'Astagfirulloh, ini laki ga waras keluar kamar mandi pake anduk doang!'

"Denger kan?"

Inanti berdehem, segera menunduk membereskan kembali piring. "Kakak mandi? Kan masih demam."

Dia tidak bicara, malah memilih baju dari lemari.

Inanti berdiri pelan. "Abis Maghrib?"

"Abis Isya, biar langsung tidur."

"Iya, Kak."

🌹🌹🌹

Tbc

1
Bolo²Ubi
dsr kupret si alan
Lidya
Luar biasa
Nuryati Yati
ngiler aq thor 🤤🤤
Nancy Nurwezia
Luar biasa
Anonymous
keren
Nuryati Yati
wow itu duit apa daun 😆
Nuryati Yati
wis koplak kabeh 😁
Nuryati Yati
😂😂😂
Nuryati Yati
lama2 Alan sedeng 🤣🤣
Nuryati Yati
mau dong ma sabun nya 😄
Nuryati Yati
ciiee.. Inan mau anu 😆
Nuryati Yati
mendadak baik dan peduli
Nuryati Yati
lama2 aq ikutan gesrek kyk mereka🤣🤣
Nuryati Yati
siAlan jd gesrek 😂😂
Nuryati Yati
Inanti jd galak
Nuryati Yati
Vanessa di ruqyah aja Jud biar setan nya kabur😂😂
Nuryati Yati
dasar Vanesa pengennya wik wik aja
Nuryati Yati
semoga bapak nya Inan beneran tobat
Nuryati Yati
gk tau ny dia sendiri simpenan om2 dasar Vanesa
Nuryati Yati
😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!