Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Mentemen hari ini aku update satu bab dulu ya, karena aku baru anter terapi anakku. Besok insyaallah aku crazy up,.yuk bisa yuk kasih penyemangat dengan komen dan like sebanyak-banyaknya.
"Sayang, ada apa?" tanya Joseph ketika masuk kedalam kamar dan dia melihat Kayra seperti orang yang gelisah dan ketika mendengar suara Joseph, Kayra secara refleks langsung menjatuhka ponsel yang dia pegang.
"Sayang!" panggil Joseph lagi, dengan cepat Kayra mengambil ponsel miliknya dan berbalik.
''Oh tidak, aku hanya terkejut ternyata aku sudah telat dua hari," dusta Kayra, dia hanya refleks mengatakan itu.
"Hah, kau telat dua hari?" Joseph terpekik senang ketika mendengar itu, raut wajah lelaki itu langsung berubah menjadi sangat antusias, dan tentu saja Kayra menyadari perubahan wajah Joseph, wanita cantik itu menggigit bibirnya.
Bagaimana jika dia masih belum berhasil mengandung, tapi Joseph sudah mengetahui tentang anak Jena yang tidak mengalami down syndome, bahkan wajah anak Jena di mata Kayra sangat cantik dan sangat mirip dengan Joseph.
Sekarang bukan hanya Joseph saja yang Kaira takutkan, bagaimana jika keluarga suaminya tahu terutama kedua mertuanya tahu tentang Jena dan anaknya, apalagi bisa di bilang anak Jena adalah cucu pertama dari keluarga suaminya.
“Sayang, Kenapa Kau tampak tidak senang?” tanya Josep menyadarkan Kayra dari lamunannya.
“Aku takut hanya telat biasa, bukan hamil," jawab Kaira, dia merubah wajahnya menjadi ekspresi sedih, hingga Joseph langsung mengelus rambut istrinya.
“Tidak apa-apa, mungkin Tuhan belum percaya," jawab Joseph, walaupun sempat senang mendengar ucapan Kaira yang telat. Tapi Joseph tetap menenangkan istrinya, karena tahu Kaira sedang risau.
“Kau pasti kecewa padaku karena aku belum memberikanmu anak," kata Kaira, hingga Josep terkekeh.
“Aku mencintaimu, ada anak atau tidak,
Tidak akan merubah perasaanku, toh jika pun kita tidak memiliki anak, kita masih bisa mengadopsi bukan," jawab Joseph, terkadang dia memang ingin Kayra segera mengandung, tapi Joseph juga sadar, dia tidak bisa memaksakan kehendak Tuhan.
Senyuman samar terlihat dari wajah cantik Kayra, dia sungguh tidak ingin mengadopsi anak karena tidak bisa memperkuat posisinya. Dan Kayra yakin, jika Joseph tau tantang anak Jena yang tidak mengalami down syndrome, mungkin perkataan Joseph akan lain lagi.
“Sudah, ayo tidur, jangan mengkhawatirkan apapun.” Joseph menarik lembut tangan Kaira untuk berjalan ke ranjang.
Setelah mereka berbaring, seperti biasa, Joseph langsung memeluk Kayra dari belakang. Kaira berusaha untuk memejamkan matanya, tapi tidak bisa dia merasa gelisah. terlebih lagi dia takut bahwa sebentar lagi adik iparnya akan mengandung, dan jika Gueen yang tak lain adik Joseph mengandung, posisinya mungkin bisa terancam.
Kayra menghela nafas berkali-kali, mencoba menenangkan dirinya, dia yakin Joseph dan keluarganya tidak akan mengetahui tentang Jena dan Haura.
Dan setelah berusaha tenang, akhirnya Kaira pun kembali memejamkan mata, dan berusaha terlelap.
Beberapa jam kemudian
Kayra langsung membuka matanya, nafasnya terengah. Rupanya, barusan Kaira bermimpi bahwa Joseph pergi untuk menghampiri Jena dan Haura, lalu mengusirnya.
Kayra melihat ke arah samping, ternyata Joseph Sudah terlelap dan berbaring membelakanginya, dengan pelan Kayra langsung bangkit dari berbaringnya kemudian dia turun dari ranjang dengan perlahan.
Lalu setelah itu dia mengambil ponselnya dan berjalan ke arah balkon, dia harus memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk mencegah Haura Jenna bertemu dengan Joseph.
Setelah berada di balkon, Kaira langsung mengutak-atik ponselnya, yang pertama dilakukan adalah menghapus semua foto yang dikirimkan oleh anak buahnya.
Setelah menghapus semua foto di galeri ponselnya, tatapan wanita itu menatap lurus ke depan, Kaira sejatinya adalah wanita yang tamak, tanpa Josep tahu, Kaira juga adalah wanita yang manipulatif dan bisa mengendalikan suasa dengan sikapnya.
Dulu, memang dia sengaja menjauhi Josep ketika Josep mengejarnya, agar Josep semakin tergila-gila padanya, hingga pada akhirnya Joseph berada di dalam genggamannya dan sekarang dia tidak akan terima Joseph bertemu dengan Haura dan Jenna.
“ Bagaimana caranya agar mereka pergi dari negara ini," lirih Kayra, dia harus memikirkan cara agar Jena mau pergi dengan sukarela. Sebab jika dia memaksa Jana untuk pergi secara terang-terangan, ataupun mengganggu secara terang-terangan bisa saja Jena berbalik mengancamnya dan malah akan mendatangi Joseph dan kedua mertuanya
Beberapa saat kemudian
Tidak ada satupun ide yang masuk ke dalam otak Kaira, dia mengacak rambut frustasi karena tidak bisa memikirkan langkah apa yang akan diambil. “Aku akan memikirkannya besok,” ucap ucap Kaira, karena malam ini otaknya benar-benar buntu dan pada akhirnya dia langsung berjalan meninggalkan balkon untuk kembali ke ranjang dan kembali tidur.
Waktu menunjukkan pukul 02.00 malam
Jena menarik selimut Haura, kemudian dia bangkit dari berbaringnya, seperti biasa setiap pukul 2 malam Jena terbangun dari tidurnya wanita cantik itu langsung berjalan ke kamar mandi dan setelah itu, dia mengambil lilin kecil dan juga sebuah patung lalu meletakkannya di dekat jendela.
Jena membuka sedikit jendela, hingga angin malam langsung masuk, wanita itu memejamkan matanya karena merasakan segar. Dan tak lama, Jena langsung menyalakan lilin, dia menyatukan kedua tangannya, lalu mengepalkannya dan menyimpannya di bawah dagu, kemudian memejamkan matanya.
Jena bersenandung seraya tersenyum, dan setelah itu wanita itu pun mulai kembali membuka mata dan, memulai beroda, hingga setengah jam kemudian pada akhirnya Jena pun selesai dengan aktivitasnya.
Dia langsung menyimpan lilin dan patung yang tadi dia ambil, kemudian langsung berbalik lalu berjalan kembali ke arah ranjang. Namun, ketika dia kembali ke arah ranjang, Jena membulatkan matanya ketika Haura tidak ada di ranjang, sepertinya saat Jana fokus berdoa Haura keluar dari kamar dan dengan cepat jeena pun langsung berlari ke arah luar.
“Haura!” Jena berteriak ketika melihat Haura berbaring di lantai dengan posisi kejang, dengan panik, Jena langsung berlari ke arah Haura, kemudian menggendong tubuh putrinya.
“Susu!” lirih Jena, rupanya Haura meminum susu bekas Jena, hingga sekarang kondisi Haura seperti ini, karena Haura alergi susu dan ketika Haura tidak sengaja memasukkan makanan atau minuman yang mengandung susu Haura akan kejang.
Dengan rasa panik yang luar biasa, Jena langsung bangkit sambil menggendong Haura, lalu berlari ke arah luar, dia berencana untuk membawa Haura ke rumah sakit karena takut kondisi Haura semakin parah.
Hari sudah sudah sangat larut. Tidak ada taksi satupun, di jalanan juga sangat sepi sedangkan Jena sama sekali tidak mempunyai mobil, dia berusaha meminta tolong berteriak tapi tidak ada yang mendengar.