"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.
Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.
"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.
Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.
Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?
Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Penyesalan Praja Wijaya
Praja Wijaya merasakan seluruh tubuhnya sakit saat bangun pagi itu. Tertidur di sofa semalaman dengan tidak bebas membuatnya kembali merasakan penyesalan yang tidak ada habisnya pada Ardina.
"Aaaaaaa ya Allah, terbuat dari apa hatiku sampai sangat kejam seperti itu pada istri sendiri," ujarnya pelan seraya meraup wajahnya dengan telapak tangannya.
Pria itu pun bangun dengan perasaan yang sangat tidak nyaman pada tubuhnya. Rasanya ia ingin dipijat karena seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Belum lagi kepalanya yang terasa sangat berat.
Pria itu memijit bahunya sendiri sembari berjalan ke arah kamar mandi.
"Semoga kalau aku mandi air hangat, tubuhku bisa lebih baik," ujarnya seraya menghidupkan keran air hangat.
Sholat kesiangan ia lakukan tanpa lupa untuk berdoa agar Ardina bisa ia temukan secepatnya. Bangun dari duduknya ia pun merasa pusing dan juga mual.
"Ueeek Hmmmpt!"
Pria itu berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh makanan yang ada di dalam perutnya. Ada apa dengan dirinya? Ia jadi bertanya-tanya sendiri. Kenapa kepalanya begitu sangat pusing dan juga sangat mual.
"Ueeek Ueeek!"
Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya belum lagi rasa lemas yang ia rasakan. Ia pun keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang masih sangat tak nyaman. Mungkin dengan beristirahat sejenak, ia bisa mengembalikan kondisi tubuhnya kembali fit seperti semula.
"Kak Praja, sudah mandi ya? Pakaiannya sudah aku siapkan," sambut Ardina dengan senyum diwajahnya. Praja terkesiap untuk beberapa detik. Ia tak menyangka kalau Ardina yang sedang dirindukannya itu ada di sana.
"Kak, kemarilah," panggil perempuan cantik itu dengan senyum yang masih melekat diwajahnya. Praja Wijaya tak mau kalah, ia pun tersenyum seraya menghampiri Ardina yang sedang duduk di pinggir ranjang seperti kebiasaannya selama ini.
"Kamu ada disini Din? Oh, aku senang sekali sayang," balas pria itu dengan hati yang sangat merindu. Ia pun ikut duduk di samping Ardina, sang istri.
"Aku juga senang kak," jawab Ardina dengan tatapan yang berhasil membuat Praja merasa terbang dan merasakan sebuah perasaan yang sangat indah.
Pria itu pun mengarahkan tangannya ke arah wajah perempuan cantik itu dan mengelusnya. Ia menutup matanya sendiri merasakan kelembutan kulit pipi sang istri.
"Din, maafkan aku sayang, kamu tahu gak kalau aku sangat merindukanmu," ucapnya seraya mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan cantik itu.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Praja Wijaya tersentak kaget dengan bunyi panggilan telepon yang sangat nyaring dari arah meja kerjanya. Ia pun membuka matanya dengan cepat dan tidak mendapati istrinya berada di tempat itu.
"Astaghfirullah, Ardina kamu ternyata tidak berada di sini," ucapnya kecewa. Rupanya ia hanya berhalusinasi tadi. Dengan perasaan kesal dan marah ia meraup wajahnya kasar. Ia pun segera menuju ke arah meja itu dan menerima panggilan dari seseorang yang sedang berbisnis dengannya. Setelah berbasa-basi sedikit ia pun menutup panggilan itu dengan perasaan yang sangat kecewa kembali.
"Sial! Gara-gara telepon tidak jelas itu, bayangan Ardina pun menghilang," gerutunya kesal. Ia pun memandang ke sekeliling ruangan berharap ketiadaan Ardina adalah hanya mimpi buruk semata.
"Astaghfirullah, kamu sekarang bisa-bisa membuatku gila Din!" Praja berteriak keras karena sangat marah pada keadaan.
"Tega kamu Din! Kenapa secepat itu kamu menyerah ha?!" Kembali ia berteriak keras seraya melempar semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya itu dan berhasil membuat keributan.
"Ada apa sayang? Kenapa ini ya Allah! Kamar mu Praja!" Dewinta yang mendengar suara ribut dari dalam kamar itu langsung berlari ke dalam untuk melihat apa yang telah terjadi.
Perempuan paruh itu memandangi keadaan sekeliling ruangan dengan begitu kaget.
"Ada apa nak? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya?!" tanyanya lagi dengan wajah khawatir.
"Aku akan mencari Ardina ma," ucapnya kemudian segera berpakaian. Setelah itu ia pun pergi meninggalkan mamanya yang masih terbengong-bengong dengan apa yang telah terjadi. Semakin lama ia berada di dalam kamar itu maka kewarasannya bisa-bisa dipertaruhkan. Ia bisa gila kalau bayangan Ardina terus menghantuinya.
🌹🌹🌹
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?
Nikmati alurnya dan happy reading 😊