Naina, seorang gadis muda berbakat, adalah salah satu penghuni panti asuhan. Saat ia bersekolah di sekolah menengah elit, dia pintar dan cantik, dinaksir oleh banyak laki-laki, dan juga iri dari banyak gadis.
Tapi dia tidak peduli dengan semua itu, situasi ekonomi ibu panti semakin memburuk, bahkan dia mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri, dia harus melepaskannya, dia harus lulus secepatnya dan mencari pekerjaan yang stabil untuk membantu saudara-saudaranya di panti asuhan, dan juga untuk meringankan beban ibu panti.
Namun, tidak ada yang tahu, termasuk ibu panti, bahwa Naina adalah seorang hacker dan dikenal sebagai "UZZA", yang merupakan singkatan dari "Yang Terkuat", dan menghasilkan banyak uang dari bisnis lain.
"Naina, mengapa kamu masih bekerja jika kamu begitu kaya?"
"Aku tidak ingin ibu panti mengira aku mencuri uang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lina
'Ya Tuhan, terimakasih karena sudah mengirimkan malaikat tak bersayap untuk menolong ibuku.' ucap Satria dalam hati, ia menatap Naina penuh syukur. Ia sangat yakin, bila Naina bukanlah orang biasa.
Pesonanya benar-benar membuat Satria jatuh hati, namun ia sadar diri. Bila Naina bisa mendapatkan pria yang lebih baik darinya, akhirnya Satria memutuskan untuk menjadi seorang kakak yang selalu ada, dimana Naina membutuhkannya.
Ceklek
Satria langsung mendekati dokter yang menanganinya ibunya, di susul Naina di belakang.
"Bagaimana kondisi ibu saya dok?" tanya Satria
"Puji Tuhan, pasien sudah melewati masa kritisnya." jawab dokter tersebut
"Apa aku bisa masuk menemuinya?" tanya Satria dengan perasaan leganya.
"Tunggu sampai kondisinya stabil, kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat." jawabnya lagi
"Terimakasih dok" jawab Satria mengangguk
"Kalau begitu, kami pamit undur diri" ucap dokter tersebut seraya berpamitan pada Naina, Naina pun membalasnya dengan sedikit menunduk dan tersenyum.
.
.
.
"Alhamdulillah, sekali lagi terimakasih Nai. Aku benar-benar bersyukur Allah mempertemukan ku denganmu, saat ini aku hanya bisa membalasnya dengan mengucapkan terimakasih. Bila kelak kamu membutuhkan bantuan ku, katakan saja." ucap Satria, kini mereka sudah ada di kantin Rumah Sakit.
Setelah sang ibu di pindahkan ke ruang rawat dan dokter menyatakan bila pasien butuh istirahat, Naina pun mengajak Satria untuk makan terlebih dahulu. Karena Naina yakin, Satria juga belum makan dari kemarin sama dengan sang ibu. Satria lagi-lagi di buat terharu, saat Naina menempatkan sang ibu di ruangan VIP.
Saat ia meminta di pindahkan ke ruang biasa, Naina menjawab "Ibu membutuhkan waktu istirahat yang berkualitas, begitu juga dengan kakak agar lebih leluasa menjaganya. Bila di ruangan biasa, maka ibu akan terganggu oleh keluarga pasien lainnya."
Sebaik ini hati gadis yang baru ia temui, padahal ia belum tau bagaimana sifat Satria itu sendiri.
Satria berterimakasih sekali lagi dan mengucapkan kata terimakasih padanya, namun jawab Naina membuat Satria mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah bila begitu, Nai tidak akan segan lagi bila kelak membutuhkan bantuan kakak" jawab Naina.
"Oya kak, kalo kakak masih butuh pekerjaan, Aku ingin menawarkan, ini pun bila kakak mau. Bunda membutuhkan pengawas di panti asuhan, masalah gaji kakak tenang saja. Hal itu, sama dengan gaji pekerjaan di luaran sana. Bagaimana?" tawar Naina
"Tentu saja kakak mau, tapi apa bisa kakak mulai kerja bila kondisi ibu sudah lebih baik?" jawab Satria antusias dan bertanya balik
"Tentu saja, dahulukan ibu. Nai, nanti bilang sama bunda, kalau Nai sudah mendapatkan orang yang bisa membantu di panti." jawab Nai
"Nai, maaf mungkin pertanyaan kakak agak pribadi. Tapi, bila kamu bisa membayar kakak, kenapa kamu harus kerja di luar sana?" tanya Satria
"Saat waktunya tiba, kakak akan mengetahui jawabannya. Kalau begitu Nai pamit ya kak, ini sudah terlalu malam, untung tadi sempat shalat di sini terlebih dahulu." pamit Nai, saat waktu di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB.
"Apa tidak apa-apa pulang sendiri di jam segini? Biar kakak antar ya." tanya Satria khawatir
"Hhihi... kakak tenang saja, semuanya aman terkendali. Assalamu'alaikum" Naina pun pergi meninggalkan Satria yang masih di liputi rasa khawatir. Satria mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan.
'Bila sudah sampai Panti, kabari kakak.'
'Okidoki' jawab Naina
.
.
.
"Assalamu'alaikum" salam Naina yang baru saja sampai di panti
"Wa'alaikumsalam" jawab bunda dan Lina yang sedang menunggu Naina dengan cemas. Naina mencium punggung tangan bunda Ros dan Lina mencium punggung tangan Naina.
"Ya Allah Nai, kenapa baru sampai jam segini? Bunda khawatir nak." tanya bunda Ros, dengan nada suara agak keras karena khawatir
"Maaf bunda, ibu temen Nai tadi tidak sadarkan diri, saat Nai sampai sana, sehingga Nai membantunya terlebih dahulu." jawab Naina
"Innalillahi, lalu sekarang bagaimana?" tanya bunda
"Alhamdulillah, untung kita tidak terlambat membawanya ke rumah sakit, sehingga beliau masih bisa di selamatkan." jawab Nai lagi
"Alhamdulillah, kamu sudah makan?"
"Sudah, tadi di kantin rumah sakit bun."
"Shalat?"
"Sudah juga di mushala rumah sakit, bagaimana Yura bun? Apa dia rewel? " Naina balik bertanya
"Alhamdulillah, Yura sangat salehah hari ini, walau sempat mencari mu, tapi tidak sampai rewel. Ya sudah sekarang kamu masuk ke kamar dan bersihkan diri. Lalu tidur cepat, bukankah besok sudah mulai bekerja." titah bunda
"Siap bundaku yang cantik, ayo Lin." Naina dan Lina berlalu pergi meninggalkan bunda Ros, setelah mencium pipi bundanya. Bunda Ros tersenyum bahagia, melihat anak-anak asuhnya tumbuh sehat dan juga pintar, yang utama adalah saling menyayangi dan tak ada rasa iri pada sesama.
.
.
"Bagaimana kabar anak-anak di sana kak? Katanya tadi kakak kesana ya? Kenapa ga ajak-ajak Lina?" tanya Lina, saat melihat Naina selesai mandi.
"Nanya ya satu-satu Lin, ALhamdulillah anak-anak sehat. Tadi kan kakak kesananya juga tanpa rencana, melihat cukup waktu setelah selesai interview. Jadi kakak langsung ke sana mampir, untuk melihat keadaan di sana. Rencananya kakak akan ke sana lagi saat jadwal off kerja, kamu mau ikut?" jawab Naina
"Mau kak, ajak Yura ya, pasti dia seneng banget" ucap Lina senang
"Bagaimana sekolahmu?"
"Baik, walau selalu ada saja yang mengejek Lina "Gadis Panti". Tapi, Lina biarkan saja, karena memang kenyataannya kan, kalau Lina hanya gadis panti." jawab Lina dengan senyuman tulus, Lina sudah ikhlas dengan statusnya sebagai anak panti.
Semenjak kedua orangtuanya bangkrut dan meninggal dunia, 2 bulan sebelum Lina di temukan oleh Naina.
Oleh karena itu, Lina sangat berterimakasih pada Naina dan juga bunda. Karena mereka, dia jadi bisa merasakan kembali hangatnya di tengah-tengah keluarga. Ia berjanji akan menjadi anak baik, menurut dan juga pintar sehingga mendapatkan beasiswa di sekolahnya.
Awalnya memang sulit, karena Lina yang biasa mendapatkan apapun dengan mudah. Kini ia harus berusaha dan menabung terlebih dahulu, namun dengan hal tersebut. Lina jadi paham, bagaimana sulitnya mencari uang.
Lambat laun, senyuman yang sempat hilang, perlahan kembali. Ketika ia melihat senyuman saudaranya di panti tersebut, ia tak sendiri. Mereka saling memiliki satu sama lain.
"Masya Allah, pintarnya adik kakak, tidak kerasa sudah besar aja nih, udah punya pacar dong?" ucap Naina menggoda Lina
"Mana ada, ga ada pacar-pacaran kak. Lina ingin fokus belajar, karena Lina ingin membuktikan pada Bunda dan kakak. Kalau Lina bisa berdiri di atas kaki Lina sendiri seperti kakak, Lina akan membuat kalian bangga pada Lina. Dan kelak Lina akan mendengarkan bunda dan kakak berucap, 'Kami bangga padamu'" ucap Lina, Naina berhenti mengeringkan rambutnya karena mendengar ucapan Lina, ia menyimpan handuknya dan mendekati Lina.
Naina duduk di samping Lina dan menggenggam tangannya dengan erat.
"Kami selalu bangga padamu Lin, jadilah dirimu sendiri. Jalani hidupmu dengan perasaan bahagia, jalani perjalanan hidupmu seringan mungkin. Jangan jadikan beban, kami tidak menuntut mu untuk sekeras ini. Ingat, kamu adalah bagian dari keluarga Panti Asuhan. Bukan orang yang akan kami perah untuk menghidupi keluarga di sini, kami menyayangimu dan kami akan selalu mendukungmu. Apapun jalan yang akan kamu ambil, kami pasti akan ada di sampingmu. Raihlah cita-cita setinggi mungkin, jangan takut bila kakak tidak bisa membiayai mu. Tanpa kamu ketahui, kakak lebih dari mampu." jelas Naina lembut dan tersenyum
"Ingat!! Kami menyayangi mu tanpa syarat dan jadilah diri sendiri, berhenti membebani pikiranmu dengan hal itu."
...****************...
Maafkan tak ada double up, sibuk syekali dengan pesanan kue🙏🙏
...Happy Reading all💞💞💞...