Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Setahun
“SAH.”
Kania masih menunduk dengan kedua tangan terkepal di atas pangkuannya. Berusaha menahan suara isak tangisnya.
Mami Elvan melepaskan kain selendang yang menutupi kepala Elvan dan Kania, kemudian dia duduk di belakang tubuh Kania dan menenangkan wanita yang sudah menjadi menantunya. Momen ini menjadi perhatian Elvan, entah kenapa pria itu emosi melihat tangisan Kania.
“Sudah sayang,” ujar Nela sambil menghapus air mata Kania dengan tisu. “Mami tahu pasti berat, tapi ini sudah pilihan hidupmu. Ada berkas yang harus kalian tandatangani dan kegiatan ini harus dipublikasi, kalau kamu hanya terpuruk pengorbananmu akan sia-sia.”
Kania hanya mengangguk pelan, dia tidak membuka suaranya karena semua hanya pecuma. Ibu mertuanya benar, kalau ini sudah pilihan hidupnya dan sudah menjadi takdirnya. Paling tidak dia hanya perlu waktu dan pengertian kalau seharusnya dia melangsungkan pernikahan dengan seseorang yang saat ini sudah tiada.
Elvan dan Kania pun bergaya sesuai dengan arahan fotografer. Saat tangan Elvan berada di pinggang Kania, membuat gadis itu tidak nyaman. Elvan sengaja mendekatkan wajahnya lalu berbisik “Jangan kira aku senang melakukan ini, kamu terlalu percaya diri.”
“Kalian bisa kembali ke kamar dulu, sore nanti MUA akan datang untuk merubah make up dan penampilan Kania,” tutur Nela.
Kania pun di bawa ke kamar yang ternyata bukan kamarnya yang semalam dia tempati.
“Mbak ini nggak salah, semalam aku bukan tidur di sini,” ujar Kania protes. Apalagi kamar yang sekarang terlihat mewah seperti saat dia mengikuti foto prewed.
“Benar Nona, ini kamar Nona Kania dan Tuan Elvan.”
Kania pun melangkah masuk dan duduk di sofa. Bahkan tasnya termasuk ponselnya sudah ada di sana. Terdengar suara pintu terbuka dan masuklah Elvan. Mereka saling bertatapan, Kania menundukan wajah untuk memutus pandangan tersebut.
“Hei,” pekik Elvan.
Kania pun mengangkat wajahnya dan memandang Elvan yang berdiri menatap ke arahnya.
“Hentikan ekspresimu yang berlebihan seakan kamu tersakiti dan terhina dengan pernikahan ini. Perlu kamu ingat pernikahan ini terpaksa, aku pun tidak menghendaki. Jangan berharap aku akan berlaku sebagai suami atau kepala keluarga layaknya pernikahan pada umumnya, itu tidak akan terjadi. Satu tahun ... setelah itu kita akan berpisah,” tutur Elvan lalu melepas kasar dasi dan jasnya.
“Aku pun sama,” ujar Kania dan berhasil membuat Elvan menoleh.
“Jangan berharap aku akan berlaku seperti seorang istri pada umumnya. Karena aku pun tidak menghendaki pernikahan ini. Aku bersedia karena ingin memperbaiki … nama Bayu, jadi bukan hanya kamu yang terpaksa di sini. Satu lagi, seharusnya hari ini pernikahanku dengan Bayu tapi dia sudah tiada karena bertugas untuk keluargamu.”
Elvan tidak menjawab ucapan Kania, melihat wajah wanita itu sudah basah dengan air mata. Dia menuju balkon, memikirkan apa yang disampaikan Kania. Bayu memang meninggal saat bertugas apalagi jelas dia selamat karena Bayu.
...***...
“Oke, sempurna,” ujar MUA yang baru saja berhasil merubah penampilan Kania dari kebaya berganti gaun. “Duduk di sini,” ujar Mua tersebut membantu Kania duduk di sofa. “Nanti kecapekan, karena resepsinya pasti lama dan ramai.”
Sore tadi, Nela mendatangi kamar di mana Elvan dan Kania berada. Memastikan pasangan itu sudah makan lalu menunggu Mua datang dan mengeksekusi Kania. Elvan sendiri berada di kamar, mengganti pakaiannya.
“Memang ini pasangan serasi banget, yang cowok tampannya ampun-ampunan dan yang cewek cantik banget,” puji si MUA.
“Tuan, sudah waktunya,” seru seorang bodyguard pada Elvan. akhirnya Elvan dan Kania keluar dari kamar diikuti oleh dua orang bodyguard menuju ballroom acara. Benar saja, resepsi bergelar cukup mewah tapi Kania tidak mengenal para tamu. Dia diminta terus tersenyum seakan hari itu adalah hari kebahagiaan mereka.
Sejak proses akad nikah dan saat ini, Kania tidak melihat kehadiran orangtua Bayu. Walaupun yang dia lakukan adalah untuk mereka. Namun, Kania paham kalau mereka merasakan lebih sakit dari yang dia rasakan.
Kania kelelahan karena heels yang dia kenakan dan terus berdiri berdampingan bersama Elvan. Mami Elvan yang paham dengan kondisi Kania memintanya untuk melepaskan heelsnya, tapi Kania kesulitan karena gaunnya yang besar dan sulit untuk menunduk.
Elvan tiba-tiba berjongkok dan membantu Kania melepaskan heelsnya. Momen tersebut diabadikan oleh beberapa pencari berita yang memang mendapatkan izin meliput. Kania terkejut dengan ulah Elvan, bahkan dia refleks menyentuh pundak Elvan agar tidak terjerembab.
Jam sepuluh malam, suasana ballroom sudah tidak ramai seperti sebelumnya. Kania sudah diajak oleh Maminya kembali ke kamar. bahkan saat ini Kania sudah berhasil menghapus make up di wajahnya termasuk melepaskan tatanan rambutnya. Dahinya berkerut saat melihat pakaian ganti yang sudah disediakan adalah gaun tidur berbahan satin dengan tali spageti.
“Masa aku harus pakai ini, pendek sekali,” gumam Kania.
Karena tidak melihat pakaian ganti lainnya, mau tidak mau Kania pun akan mengenakan yang sudah disiapkan tapi masalah belum berakhir karena dia kesulitan membuka gaun pengantinnya. Elvan yang baru datang pun heran melihat Kania masih mengenakan gaunnya.
“Bisa tolong hubungi seseorang yang bisa membantuku melepaskan gaun,” pinta Kania karena dia belum memiliki kontak dari keluarga Elvan.
Elvan mendekat lalu meminta Kania berdiri.
“Ini sudah malam, tidak mungkin aku minta Mami ke sini.” Elvan pun berdiri di belakang tubuh Kania dan melepaskan kancing serta resleting gaun itu termasuk meloloskan dari tubuh Kania yang ternyata hanya mengenakan kain segitiga. Elvan berbalik dan memberikan kesempatan untuk Kania menuju toilet membawa gaun tidurnya.
Saat kania membersihkan dirinya, Elvan sudah melucuti pakaiannya dan hanya mengenakan boxer lalu berbaring di ranjang pengantin mereka. Tubuhnya sudah sangat lelah dan kepala yang pusing karena efek minuman keras yang dia konsumsi. Bahkan saat Kania keluar dari toilet, Elvan sudah tertidur.
“Tidak mungkin aku tidur di sampingnya,” gumam Kania.
Sadar akan statusnya, Kania mengambil bantal dan meletakan di sofa lalu membaringkan tubuhnya di sana. Berselimut bathrobe yang tadi dia kenakan, Kania pun terlelap. Takdirnya sebagai Istri Elvan Hadi Putra baru akan dimulai, hari-harinya bisa saja akan semakin berat dan menyedihkan.