Yu Ming sebagai putra Kaisar Langit yang memilki kekuatan setingkat Dewa Agung, karena kesalahannya yang hampir merusak keseimbangan tiga alam. Dia akhirnya menjalani takdir terlahir kembali di alam manusia yang penuh penderitaan dan cobaan hidup.
Bagaimana kelanjutan kisah kehidupan Yu Ming dan orang orang yang menyayangi dan mencintainya, semua akan hadir dalam cerita LEGENDA PUTRA KAISAR LANGIT 2.
Silahkan para pembaca mengikutinya di sini.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MING2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASALAH MULAI MUNCUL
Bersiap-siap menyambut serangan dari Meng Huo, yang kapan saja bisa tiba tiba datang, mengancam keselamatan nya.
Benar saja sesuai perkiraan Xiong Yi, Meng Huo begitu menemukan keberadaan Xiong Yi tepat di hadapannya.
"Wutttt..!"
Kapak di tangan kanannya, langsung dia lempar untuk menyerang Xiong Yi.
Setelah itu, dia segera berlari menyusul menggunakan tangan kanannya, yang kini sudah memegang sebatang tombak.
Bergerak cepat menyusul dengan tikaman tombak, kearah bagian depan tubuh Xiong Yi.
Xiong Yi yang melihat datangnya Kapak menyerang kearah kepalanya.
Dia segera menggunakan kapak di tangan nya, untuk menangkis sekaligus menyapok runtuh kapak, yang sedang terbang kearah kepalanya.
"Trangggg..!"
Kapak tersapok runtuh, tapi kedatangan Meng Huo yang berlari menyusul secara Zig Zag.
Berhasil mengecoh pandangan Xiong Yi.
"Wuttttttt...!"
Serangan kapak Xiong Yi menemui tempat kosong.
Di saat bersamaan Meng Huo datang menyerang Xiong Yi dengan tikaman tombaknya.
"Creebbbb..!"
Tombak Xiong Yi tepat menembus perut samping kiri Xiong Yi.
"Arggghhh..!"
Jerit Xiong Yi kesakitan, sambil mencoba menahan gagang tombak, agar tidak terus meluncur maju menusuk lukanya lebih dalam lagi.
Xiong Yi sambil menahan tusukan tombak Meng Huo dengan tangannya, dia juga melangkah mundur.
Mencoba melepaskan diri dari tusukan tombak Meng Huo.
Tapi Meng Huo terus bergerak maju, sehingga mereka berdua terus bergerak.
Meng Huo terus bergerak maju, sambil mendorong tombak nya sekuat tenaga.
Sedangkan Xiong Yi terus melangkah mundur, sambil coba menahan laju tombak Meng Huo, dengan tangan kirinya.
Pergerakan Xiong Yi akhirnya tertahan oleh sebatang pohon besar di belakangnya.
"Hyaaaaaat...!"
Meng Huo mencoba mendorong lebih kuat lagi, karena dia menang posisi.
Gagang tombak yang di pegang oleh tangan kiri Xiong Yi, juga berlumuran darah, sehingga menjadi licin.
Begitu Meng Huo menambah kekuatan tekanan nya.
Tombak tidak bisa lagi tertahankan.
Langsung menembus semakin dalam, hingga ujung mata tombak, menyembul dari punggung Xiong Yi, tertahan oleh pohon di belakang nya.
Pergerakan tombak baru terhenti di sana.
Xiong Yi sambil menahan rasa nyeri di perutnya, dia menatap kearah Meng Huo dengan penuh kebencian.
Tiba-tiba dia memaksakan diri bergerak maju, mendekati Meng Huo yang sedang tertawa gembira.
Dengan satu tebasan tak terduga, kapak di tangan kanannya menyambar cepat kearah leher Meng Huo.
Meng Huo yang tidak menyangka ada pergerakan seperti itu, dia hanya bisa terbelalak pucat, menyambut serangan kapak Xiong Yi
"Crokkkk...!"
Meng Huo merasa dunia serasa berputar-putar, sebelum kemudian berubah menjadi gelap gulita.
Kepala Meng Huo terbang berputar-putar di udara, sebelum kemudian jatuh menggelinding diatas tanah.
Setelah aksi heroiknya mengalahkan Meng Huo, pimpinan suku Nan Man itu.
Xiong Yi pun terkulai pingsan, tidak sadarkan diri, dengan tubuh masih tergantung di sana.
Melihat pimpinan mereka sudah tewas, para anggota Suku Nan Man itu segera kehilangan nafsu, untuk melanjutkan pertempuran.
Mereka masing masing segera melompat keatas punggung tunggangan mereka, dan mutuskan melarikan diri dari tempat tersebut.
Setelah mereka pergi, suasana duka cita, segera menyelimuti desa Dan Yang.
Meski mereka pada akhirnya menang, tapi harga yang harus mereka tebus, terlalu mahal.
Kepala suku mereka Xiong Ba, tewas mengenaskan, putra nya Xiong Yi, juga mengalami luka yang sangat parah.
Belum lagi para penduduk di desa itu, yang hampir setengahnya mengalami luka berat, bahkan kematian.
Keadaan ini membuat kehidupan Desa Dan Yang, yang selama ini aman tentram dan makmur.
Kini menjadi agak timpang, para perempuan dan anak anak, kini mereka terpaksa harus turun ke sawah dan ladang perkebunan, untuk menggantikan pekerjaan suami mereka.
Setelah kejadian ini, di mana Xiong Yi terluka parah, Siao Cui dan bibi Lan serta Yu Ming, terpaksa harus turun ke sawah dan ladang, untuk menggarap lahan mereka.
Xiong Yi yang terluka parah harus beristirahat panjang di atas ranjang.
Tidak mampu melakukan apapun, selain tiduran di atas ranjang.
Dia bahkan tidak bisa menjalankan tugasnya, menggantikan posisi ayahnya.
Sehingga jabatan tersebut, terpaksa di serahkan ke kerabatnya yang lain, untuk mengurusnya.
Dengan menurunnya tingkat taraf kehidupan mereka, di tambah dengan kehilangan jabatan, kekuasaan sebagai kepala suku.
Pamor keluarga Xiong pun mulai menurun, orang orang tidak se sungkan dan se hormat dulu lagi terhadap Xiong Yi, Siao Cui, terutama Yu Ming.
Nasib tragis mulai menghampiri Yu Ming, anak anak lain mulai berani membully nya.
Seperti saat ini, Yu Ming setelah membantu pekerjaan rumah, dan merawat ayah angkat nya, yang belum pulih dari lukanya.
Dia harus bergegas pergi ke sawah, untuk mengantar makan siang, buat Ibu angkatnya Siao Cui dan nenek nya bibi Lan.
Di tengah jalan, dia berpapasan dengan sekelompok anak anak seusianya, dan beberapa diantaranya, ada yang jauh lebih besar beberapa tahun dari nya.
Mereka sengaja berdiri menutupi jalan, yang harus di lewati oleh Yu Ming, saat dia ingin pergi ke ladang perkebunan jagung milik keluarga Xiong..
Yu Ming yang cerdas, segera menyadari masalah mulai akan datang menimpanya.
Sambil berusaha bersikap tenang, dia berkata dengan suara sopan,
"Kakak kakak sekalian, mohon kakak kakak sekalian sudi memberikan sedikit jalan.."
"Agar adik bisa lewat, adik mau antar makanan buat Ibu dan nenek ku, yang sedang bekerja di ladang sana.."
Salah satu dari anak anak itu, yang jauh lebih besar dari Yu Ming segera berkata,
"Mau kami mengalah itu tidak mungkin, kalau kamu mau lewat.."
"Kamu boleh ambil jalan sana, dari sana ataupun dari sana.."
Ucap anak yang berusia sekitar 12 tahun an itu, sambil menunjuk kearah kanan kiri jalan.
Di mana di sana adalah rawa rawa tempat tanah berlumpur dan sawah sawah berada.
Menyusuri jalan itu, sama saja menyuruh Yu Ming berkubang lumpur seperti seekor sapi pembajak sawah.
Seluruh pakaian Yu Ming akan menjadi kotor, bukan tidak mungkin bekal, yang dibawanya pun, akan ikut terbawa kotor .
Tapi berkeras, terhadap mereka juga tidak mungkin, Yu Ming sadar akan kemampuan bela dirinya.
Mundur membiarkan mereka lewat lebih dulu, Yu Ming juga tidak yakin, mereka ingin melewatkan nya begitu saja.
Selain itu, dia juga pasti akan terlambat mengantar makanan, ke ibu dan neneknya, yang tentu sudah haus dan lapar menanti makanan darinya.
Setelah berpikir sejenak, Yu Ming akhirnya memilih untuk mundur membiarkan mereka lewat.
Tapi seperti dugaan Yu Ming sebelumnya, sekelompok anak nakal itu.
Bukannya memilih melewatinya, mereka malah memilih bermain kelereng di jalan yang harus di lewatinya.
Setelah menunggu beberapa waktu, mereka juga tidak kunjung bubar.
Yu Ming akhirnya memutuskan untuk bergerak turun pelan pelan ke kanan jalan.
gunakan akal yang ada di otak kecilmu itu toooood
aish...otooood..otood
bukannya bbrp paragraf di atas sudah dijelaskan, kota an sudah dikuasai????
kok ditargetkan lagi
GUOBLOG nih otoodnya
knp ndk sekalian sama jenis batu pondasi arenanya juga????????
bagaimana dengan ketua sekte, kaisar dan para ahli lainnya???
mungkin, sekali bertarung menghabiskan 10 bab
terlalu LEBAY