Di Ujung Jalan

Masih yang kemarin

Jam menunjukkan pukul sebelas siang.Arin terbangun dari tidurnya, dia tidur sudah cukup lama .Karena pengaruh minum obat dan lelah juga. Kebetulan pas jam kunjung dokter dan Dr Bara yang bertugas mengunjungi kamar Arin. "Emmmm. .dimana ini...jam berapa ya.."

"Sudah bangun nona ,bagaimana keadaannya? apa yang dirasakan, sekarang udah jam sebelas siang . Kamu tidur cukup lama.Semoga sudah semakin membaik.Suhu tubuh sudah menurun.Apa masih sakit kepalanya." Dr Bara bertanya sambil memeriksa tubuh Arin.Dia bersimpati dengan apa yang dialami Arin.Muncul rasa lain melihat keadaan Arin." Sudah siang sudah saatnya makan dan minum obat lagi "

"Dokter tapi saya harus segera pergi.Haduh bagaimana keadaan ayah ya .Bunda dan kak Nia pasti khawatir.'' Arin teringat ayahnya yang masih dirawat." Dokter ayah saya sakit dan dirawat di rumah sakit ini juga. Saya harus mencari uang untuk membayar biaya perawatan ayah. Aduh biaya saya juga bagaimana ini .saya malah menambah biaya dengan dirawat .Ijinkan saya pulang ya.Biaya perawatan saya akan saya bayar nanti .Boleh ya dok..boleh ya ...duuhhh Ini bagaimana. " Arin kebingungan membayangkan semua uang yang harus dikeluarkan untuk biaya perawatannya dan ayahnya.Dia bangun dari tempat tidur dan akan mencabut infus tapi tangannya dipegang oleh sang Dokter.

"Mau kemana tidak usah terburu-buru. Anda istirahat dulu nona ..nama anda siapa? sampai lupa belum kenalan ."

"Arin dokter."Arin menjawab dengan gelisah."Tapi saya harus segera pergi dokter..nanti bunda mencari saya .Pasti bunda khawatir.Saya harus mencari uang buat biaya rumah sakit ayah dan saya juga dok." Arin tetap memaksa .Dia bangun lagi , mau mencabut infus lagi.

" Nona Arin..!!! Dengarkan saya. Saya akan membantu pelunasan biaya rumah sakit kamu dan ayah kamu .Tapi kamu harus menuruti perkataan saya .kamu sembuh dulu.!!!"Dokter berkata sedikit keras karena merasa gemas dengan Arin yang tidak mau menuruti perkataan nya .Dia genggam pergelangan tangan Arin.

Arin terkejut dengan perkataan dan perlakuan sang dokter.Dia tarik tangan dokter yang memegang tangannya ."Dok tangan saya sakit . Lepaskan dok....Dokter tidak perlu membantu saya, saya bisa mencari sendiri ,saya tidak mau merepotkan dokter atau siapapun."

Arin menolak tawaran sang dokter.Tentu saja dia merasa sungkan, karena merepotkan orang lain. Dia tidak mau punya hutang budi kepada siapapun.

"Baiklah..baiklah bagaimana kalo dianggap sebagai hutang saja.Jadi suatu saat anda punya uang bisa mengembalikan kepada saya. Bagaimana anda setuju kan.?" Sang dokter terus memaksa Arin agar menerima tawarannya.Dia merasa Arin anak yang istimewa dan merasa kasian juga karena melihat semua luka yang ada ditubuh Arin ,makanya sang dokter bersikeras membantu .Arin berpikir sejenak apakah boleh begitu ya .Baru saja kenal sudah merepotkan. Apakah tidak salah .Tapi mungkin ini jalan terbaik.Mungkin ini jalan yang harus dilaluinya.

"Baiklah dokter saya menerima tawaran dokter. Tapi bagaimana cara saya mengembalikannya sedangkan saya belum bekerja saya masih sekolah. Dan satu lagi dok ,bolehkan nanti sore saya ke ruangan ayah saya .Takut bunda khawatir dan mencari saya.."

"Tentu boleh.sekarang dimakan makanannya dan minum obat ,semoga nanti sore sudah normal suhu tubuhnya .Lagian kalau kamu sakit orang tua kamu pasti khawatir juga..hm maaf ya aku panggil kamu aja biar ga begitu formal."

"Betul juga ya dok... baiklah saya menuruti apa kata dokter,saya akan makan dan minum obat.Dan pastinya istirahat juga. Sehat harus sehat gitu kan dok.Terima kasih ya Pak dokter sudah mau membantu saya." Arin menjabat tangan sang dokter sambil tersenyum bahagia sekaligus bingung. Bagaimana cara dia mengembalikan uang sang dokter.Pikirkan nanti aja .Yang penting sekarang sembuh dulu dan bisa keluar dari rumah sakit.Pasti nanti bisa menemukan caranya.Arin habiskan makanan yang disediakan rumah sakit .tak lupa minum obatnya .Dia harus sembuh pikirnya.Sehabis minum obat Arin tertidur kembali.Sedangkan dokter Bara meneruskan tugasnya mengunjungi pasien."

Sementara Fian sepulang sekolah langsung ke rumah sakit bersama Nando.Dia khawatir karena Arin tidak ada kabar .Perasaan dia juga tidak enak. Fian menuju ke ruangan ayah Arin dirawat. Tapi dia tidak melihat Arin. "Assalamu'alaikum .."

" Wa'alaikumsalam...eeeh Fian dan Nando masuk sini ..kok bisa masuk memang sudah jam bezuk ya. Kalian berdua saja .Arin mana ..?tidak bareng kalian kah." Bunda bertanya karena tidak melihat Arin .Ayah hanya diam saja.Sebenarnya Ayah tidak suka dibesuk Fian karena takut mendapat masalah baru."Fian ..kenapa kemari ..apa tidak menjadi masalah jika kamu nengok ayah ke sini . Apa mama kamu tidak marah ,!!???"Akhirnya ayah bertanya juga dengan nada yang agak ketus . Sebenarnya ayah tidak membenci Fian dan keluarga mereka walaupun mereka selalu mencari - cari kesalahan keluarganya. Ayah tetap bersikap baik kepada keluarga Fian ,karena prinsip ayah akan selalu berbuat baik kepada siapapun.Lebih baik menghindari jika secara tidak sengaja bertemu di jalan ,bukan membenci hanya meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Bagaimana keadaan ayah,apa susah membaik, semoga segera sembuh yah..Arin mana bund , kok ga keliatan.Apa masih dirumah ya." Fian melihat ke segala arah mencari Arin.

"Alhamdulillah ayah sudah semakin sehat...Arin pulang tadi pagi katanya mau sekolah ..Apa tadi ga bertemu di sekolah."

"Ga bund...makanya kita berdua menyusul kemari, siapa tau Arin sudah ke sini duluan ." Nando menjawab sedikit berbohong agar ayah dan bunda tidak khawatir.

"Ya udah bund, kita ga bisa lama-lama , mau pulang dulu, biar ga terlambat sampai rumah.'

"Iya Fian .. makasih ya sudah mau menengok ayah . Besok lagi ga usah kesini ,bukan bunda melarang dan ga mau dijenguk tapi kamu tau sendiri kan bagaimana keadaannya."

"Baik bund,maafin mama ya .Fian akan berusaha memberi pengertian pada mama tentang yang terjadi sebenarnya.Kita pamit dulu bunda,ayah . Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam ..ati-ati pulangnya ya nak." Bunda mengantar Fian dan Nando sampai pintu dan menutup nya.Bunda kepikiran juga tentang Arin .Tadi pagi pas pamitan suhu badan Arin sedikit panas .

Sesampainya diluar Fian merasa ada sesuatu yang mengganjal.Terus di mana Arin kalo di rumah sakit ga ada ,di sekolah ga ada." Ndo di mana Arin ya kok ga ada di rumah sakit. Apa masih di rumah ya."

"Ayo pulang ,kita cari di rumah .Siapa tau memang istirahat di rumah .Daripada cuma dipikirin ."

Fian dan Nando pulang ke rumah .Ingin segera mencari Arin di rumah .Mereka sengaja mampir dulu ke rumah Arin untuk memastikan di mana Arin."Arin...Arin .Arin.." Dia panggil berkali-kali tidak ada yang menjawab.Tiba-tiba dari belakang terdengar suara Rama.

"Kak Arin belum pulang dari pagi bang . ...ga mungkin kalau langsung ke sekolah.kan bajunya di rumah.' jawab Rama .diapun bingung.Kemana kakaknya itu.

"Ke mana Arin ya....kita udah mencari kemana- mana tidak ketemu juga.Semoga Arin tidak kenapa- kenapa.Kita juga dari rumah sakit tapi kakak kamu ga ada juga. Di mana dia."

"Mending abang berdua pulang dulu deh, masih pakai seragam,ntar mama abang nyariin .Malah tambah runyam urusannya."

"Benar juga ..ya udah Ram ,kita pulang ya.Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam...." Rama masuk rumah .Dia pun baru pulang sekolah.Rama baru kelas delapan umurnya beda empat tahun sama Arin.Rama sangat menyayangi kedua kakaknya ,tapi lebih dekat ke Arin dari pada Nia.Rama khawatir juga . tidak ada kabar tentang Arin .Dia bergegas makan dan sholat .Dia akan menyusul bunda ke rumah sakit.Rama mau mencari di mana kakaknya berada saat ini.