Azzura: The Fight Of The Tough Lady

Beberapa jam yang lalu di bar Nightstar, seorang gadis mendekati laki-laki yang lebih dewasa darinya.

"Bos!"

Damian menoleh. Namun saat melihat siapa yang memanggilnya, Damian langsung memalingkan wajah, Damian bukan tidak suka kepada Azzura, hanya saja Azzura ini merupakan sosok yang sangat tertutup. Damian pernah menyatakan cinta pada Azzura namun ditolaknya mentah-mentah. Setelah kejadian itu, Damian mulai membatasi diri untuk tidak sering bertemu dengan Azzura. Jikapun bertemu pasti hanya seperlunya saja.

"Bos!"

"Apa?" jawab Damian ketus.

"Dih, sensi amat."

Damian mendengus saat mendengar Azzura menggerutu. "Ada apa, jangan membuang-buang waktu!"

Azzura tersenyum sumringah. "Bos tahu gak, hari ini aku mendengar ramalan kalau akan ada hal buruk yang terjadi di Bar ini."

Damian yang kala itu sedang fokus pada layar laptop langsung mendongak ke arah Azzura. Wanita itu mengangguk mengisyaratkan jika apa yang dia katakan itu adalah sebuah kebenaran.

"Jangan ngada-ngada kamu. Sekali lagi kamu ngomong begitu, besok kamu gak akan bisa kerja di sini lagi."

Azzura menghembuskan napas kasar. "Aku serius Bos. Kalau bos gak percaya, bos bisa pasang CCTV di KTV yang ada di pojok itu!" Azzura menunjuk pada sebuah KTV dengan nomor pintu 303.

Damian memincingkan mata menatap Azzura tidak percaya. Oh ayolah, siapa yang akan percaya pada gadis ingusan seperti Azzura. "Sudahlah jangan membuat kehebohan Azzura, sudah cukup kau membuatku repot karena harus membuatkan mu identitas palsu. Kau itu masih di bawah umur jika bekerja di tempat seperti ini Ara!"

Azzura memejamkan mata sembari menghembuskan napas kasar beberapa kali. "Oke gini aja Bos, kalau Bos gak percaya sama aku, dan jika hari ini tidak ada kerusuhan seperti apa yang aku ceritakan, besok aku akan berhenti. Aku tidak akan bekerja di sini lagi."

Damian kembali menatap Azzura ragu. Namun setelah di pikir-pikir, Azzura benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, tidak mungkin dia membuat alasan hanya untuk membuat dirinya di pecat.

"Baiklah, aku akan ikuti permintaan mu."

"Yes!" Azzura mengepalkan kedua tangan dan meninju udara. "Kita pasti bisa Rubby!"

****

Azzura menatap pria di sampingnya tidak percaya. Dia melotot saat mengingat bagaimana Azzura menyebut suaminya tua bangka.

"Tuan!"

Azzura mencoba untuk mencairkan suasana, hari ini adalah hari yang sangat luar biasa. Pertama, Azzura membuat Gardenia bersimpuh di atas kakinya meskipun dengan bantuan dari Aaron. Dan yang lebih mencengangkan adalah, Azzura baru saja mengetahui jika laki-laki yang ada di sampingnya ini adalah suaminya sendiri.

"Tuan!"

"Kenapa? Kau menyesal bersuamikan orang buta sepertiku?" Aaron bertanya tanpa menoleh sama sekali.

Azzura buru-buru mengibaskan tangan. "Tidak, bukan seperti itu, aku tidak masalah jika Tuan buta atau tidak bisa berjalan."

"Ck, jangan asal bicara kamu. Mana ada orang normal yang mau menikah dengan orang cacat."

"Aku, jika aku termasuk orang normal, maka ada yang menyukaimu. Cacat tidak bisa menjadi alasan untuk menjauhi orang lain. Aku mungkin pernah menghindar dan kabur dari resepsi pernikahan, tapi aku tidak bermaksud seperti itu. Aku saat itu kalut dan juga takut jika orang yang akan dinikahkan dengan ku adalah seorang kakek-kakek."

Bert dan Back menahan senyum mendengar kata-kata Azzura yang menurut mereka sangat berani. Sebenarnya baru kali ini mereka melihat Aaron berinteraksi degan orang lain namun terlihat lebih kalem dan lebih santai.

"Dasar aneh!"

Aaron tidak ingin memperpanjang pembahasaan tentang kaburnya Azzura dari pernikahan mereka kemarin.

"Tuan, kenapa Tuan gak bilang kalau Tuan sudah tahu jika aku adalah istrimu?"

Aaron bergeming. "Percaya diri sekali kau ini. Aku tidak pernah mengatakan kalau kau adalah istriku."

"Hah, terus tadi di Bar itu apa?"

Aaron tertawa hambar. "Itu hanya akting, aku sengaja melakukannya agar kakak tirimu itu menyesal karena telah mencampakkan ku seperti ini."

"Mungkin dia sedang patah hati Tuan. Jangan di hiraukan. Tapi dia tidak menyukai Gardenia kok"

Azzura mengangguk mengerti. Dia menggeser tubuhnya mendekati Aaron. Mengintip wajah tampan itu dari bawah sembari menutupi kedua melon besarnya menggunakan coat milik Aaron.

Dengan santainya Azzura menatap wajah Aaron dari dekat. Back dan Bert melotot, mereka saling tatap lalu kembali fokus ke jalanan.

"Apa kau benar-benar buta Tuan?" tanya Azzura dengan santainya.

"Kau pikir, kenapa orang harus membuat hidupnya menjadi sulit jika bisa di permudah?"

Azzura mengangguk paham. Aaron mendorong kepala Azzura agar wanita itu bisa kembali duduk dengan benar.

"Tuan, jadi kan sekarang aku sudah tahu kalau kau adalah suamiku. Tuan tidak akan mengusir ku kan?"

Azzura menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Karena kebodohannya yang tidak tahu siapa Aaron sampai dia kabur dari resepsi pernikahan tersebut. Azzura menyesal, sangat menyesal. Azzura tidak pernah berpikir kalau laki-laki yang di buang Gardenia adalah laki-laki segagah dan setampan Aaron.

"Berhenti kerja di Bar dan kau boleh tinggal di rumahku sebagai pelayan."

"Hahh?"

Azzura melongo. Namun Rubby malah terkikik. Rasanya benar-benar menyenangkan bisa melihat Azzura di perbudak oleh suaminya sendiri. Siapa suruh kabur dari pernikahan. Kalau sudah begini kan Azzura sendiri yang repot.

"Tuan tapi aku tidak bisa berhenti kerja dari sana. Itu adalah satu-satunya sumber penghasilan ku. Kalau aku berhenti, aku mau makan pakai apa!"

"Kau pikir aku miskin sampai aku tidak bisa memberi marmut kecil seperti mu makan hah? Jangan menghinaku Azzura!"

Ketegangan semakin terjadi di antara suami istri itu. Azzura maupun Aaron sama-sama tidak ingin mengalah. Mereka berdua sama-sama memiliki keinginan yang berbeda.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan berhenti bekerja di bar itu. Kalau masalah jadi pelayan, Tuan tenang saja. Aku bisa berbagi waktu. Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan berat. Kau tidak usah khawatir."

Aaron mengepalkan kedua tangan. Sungguh, saat ini dia benar-benar ingin marah. Wanita yang ada di depannya ini begitu keras kepala. Haruskah Aaron merebus otaknya terlebih dahulu agar Azzura bisa sedikit melunak.

"Tuan!"

Azzura menggoyangkan lengan Aaron sembari memasang wajah memelas. Aaron menghela napas berat.

"Terserah kau saja Azzura. Lain kali, jika ada masalah seperti ini lagi, aku tidak akan pernah membantumu. Kita menikah hanya di atas kertas. Tidak usah mencampuri urusan pribadiku."

Azzura memutar bola mata, yang memberikan peringatan siapa, yang melanggar siapa. Bukankah sejak tadi Aaron yang mencampuri urusan pribadinya.

"Jika aku tidak salah, kau adalah orang baik Tuan. Tapi kenapa kau bersikap cuek dan dingin padaku. Bagimu, mungkin aku hanya istri di atas kertas, namun bagiku, kau tetap suamiku dan aku akan tetap menghormati mu."