NovelToon NovelToon
Pesona Ayra Khairunnisa

Pesona Ayra Khairunnisa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / CEO / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:51.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sebutir Debu

Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.

Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?

Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?

Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Istri Bramantyo Pradipta

Ayra diantar oleh Bu Lukis ke kamar Bram. Kamar yang bernuansa modern namun lebih banyak warna hitam pada perabot yang berada di kamar itu. Ayra baru masuk ke dalam kamar itu sudah terlihat sebuah foto lelaki yang menggunakan kemeja hitam dengan bagian dada yang sedikit terbuka, sehingga terlihat jelas ada belahan segi empat di bagian dada lelaki itu.

Menandakan sang pemilik tubuh begitu rajin berolahraga. Mata Ayra memotret gambar lelaki yang ada pada bingkai besar berwarna hitam itu. Ketampanan terlihat jelas dari wajah lelaki tersebut. Keangkuhan pun jelas terlihat dari raut wajah lelaki yang memiliki rambut-rambutnya halus pada dagu dan pipinya. Ayra memastikan jika foto tersebut adalah foto Bram.

"Masyaallah. Jadi dia Mas Bram. Semoga aku tidak menuntut lebih untuk akhlak mu mas,agar setampan wajah mu mas. Biarkan Allah mengatur rezeki untuk hambanya. Aku hanya akan berusaha menerima setiap kelebihan dan kekurangan mu Mas."

Bu Lukis sadar jika Ayra tertegun karena melihat ketampanan suaminya. Ia pun mencoba membuyarkan pikiran sang menantu.

"Bram lelaki yang berhati baik Ay. Hanya saja, dia memang sedikit sombong dan gengsi. Emosi nya juga sering meledak kalau sedang begitu banyak yang ia pikirkan. Mama harap kamu bersabarlah selama mengenal Bram. Mama yang melahirkan dan membesarkan dia. 3 anak Mama, namun hanya Bram yang paling mengerti dan perhatian sama mama."

Bu Lukis membuka sebuah pintu hitam dan membimbing Ayra ke ruangan itu. Terdapat beberapa lemari yang terbuat dari kaca. Disebelah kiri tampak beragam kemeja dan Jas digantung begitu rapi, di sebelah kanan terdapat lemari yang tertutup oleh pintu yang terbuat dari kayu kering.

Dihadapan Ayra terdapat meja. Ternyata di dalam lapisan kaca terdapat hampir puluhan ikat pinggang dan jam tangan.

Kedua netra Ayra membesar dengan sempurna melihat benda-benda itu.

"Apakah semua ini milik mas Bram Bu?"

Tangan Putih dan lembut Ayra menyapu kaca dari koleksi barang-barang suaminya itu.

"Mama. Panggil mama Ay. Bram sangat pemilih Ay. Termasuk soal makanan dan pakaian. Letakan saja disini pakaian mu nanti biar Mama minta Asih untuk menyusun di dalam lemari ini."

"Tidak usah Ma, biar Ayra bisa sendiri.Siapa Asih Ma?"

Ayra tersenyum pada ibu mertuanya.

"Kamu cantik Ay. Hanya saja pakaian mu itu membuat menantu ku ini menjadi tidak terlihat cantik. Besok aku akan membawanya ke Marisa"

"Hah. Apa Ay?" suara Nyonya Lukis Sedikit berteriak karena kaget. Ia mengenang masa lalu nya hingga tak mendengar suara sang menantu.

Buk Lukis kaget karena tidak terlalu mendengar pertanyaan Ayra.

"Ayra Ma."

"Mama lebih suka memangil kamu dengan Ay."

Ibu Lukis menarik tangan menantu barunya ke kamar dan mengambil satu benda dari meja yang ada disebelah ranjang king size yang terbungkus oleh seprai berwana hitam putih.

"Ini kamu bisa gunakan ini untuk memanggil asisten rumah tangga dirumah ini. No 1 untuk Asih. Asih adalah art yang paling lama bekerja disini. Ia mengurus semua keperluan suami mu sejak Bram duduk di bangku SMP. Satu hal kamu harus tahu. Pembantu yang diizinkan Bram masuk kamarnya hanya Asih."

Ayra memegang interkom itu.

"Sekarang coba pencet tombol 1."

Ayra menekan tombol yang bertuliskan angka 1.

"Iya den."

"Sih bawa minum teh dan handuk baru juga beberapa cemilan ke kamar Bram sekarang ya. Oya satu lagi bawakan bathrobe baru ya."

"Iya Nya."jawab sang art.

"Cukup pencet tombol dan kasih perintah. Dibelakang nya ada nama asisten yang sesuai nomor itu."

"Iya Ma." Ayra hanya menjawab singkat.

Tidak lama muncul wanita paruh baya membawa satu nampan yang berisi teh dan satu piring kue kering.

"Maaf Nya saya kira Nyonya sendiri." perempuan paruh baya itu sedikit menunduk ketika melewati Ayra dan Nyonya Lukis.

"Tidak apa-apa. Letakan disana saja Sih." titah Nyonya di rumah megah itu.

Asih meletakkan teh dan cookies itu dimeja kaca yang terletak tidak jauh dari Monarch Vi-Spring Bed itu.

"Silahkan Nya."

Bu Lukis duduk disebelah Ayra. Asih masih berdiri di sebelah sofa yang juga bernuansa hitam.

"Sih, tolong kamu rapikan pakaian Ayra masukan di dalam lemari Bram." Kembali Nyonya Lukis memberikan tugas untuk asisten rumah tangga yang biasa keluar masuk kamar Bram. Sulung Nyonya Lukis itu sangat tidak percaya atau nyaman dengan asisten baru apalagi yang masih muda.

"Baik Nya. Apakah ini betul istri den Bram,Nya?" Tanya Asih seraya menarik tas yang berisi pakaian Ayra.

Asih tersenyum ke arah Ayra. Istri Bramantyo itu membalas senyum asisten tersebut.

"Cantik dan sopan istrinya den Bram. Alhamdulilah Gusti doa Kulo terkabul. Den Bagus Bram dapat istri yang cantik dan sepertinya Sholehah."

"Sih. Asih."

"Eh... I- Iya nya." Asih gugup menjawab panggilan dari Nyonya Lukis karena terkesima, ia tak menyangka jika tuan Mudanya menikah dengan perempuan yang memiliki keteduhan hanya dengan memandang wajahnya.

"Kamu ini pasti juga kagum kan sama Ayra. Ini Ayra istrinya Bram. Ayra kamu bisa tanyakan sama Asih apa yang Bram Suka dan tidak. Sih kamu disini dulu temani Ayra dan rapikan pakaiannya. Saya mau istirahat dulu. Ayra, Mama tinggal dulu ya. Mama tidak tahan. Tubuh Mama lengket dan rasanya bau keringat ini bikin kepala Mama makin pusing." Keluh Nyonya Lukis diakhir kalimat nya.

Bu Lukis mengangkat kedua tangannya hingga ketiaknya terangkat dan memasang muka masam serta gelengan kepala berkali-kali karena tidak nyaman dengan bau keringat yang menempel di tubuhnya.

"Iya ma. Maaf jadi merepotkan Mama."

"Tidak apa-apa sayang. Kamu tidak boleh sungkan. Anggaplah Mama sama seperti kamu menganggap Umi Laila ya."

Tap.

Tap.

Tap.

Suara high heels perempuan yang sudah tak lagi muda namun masih tampil fashionable.

"Asih...."

"I-Iya Nya?"

"Menurut kamu bagaimana penampilan saya hari ini?"

Bu Lukis berhenti dan berbalik sambil mengembangkan gamis berwarna mustard yang melekat pada tubuh rampingnya.

"Cantik Nya. Sangat Cantik. Cocok deh pokoknya Nya."

"Kalau kamu yang bilang aku bisa percaya Sih. Besok aku akan beli banyak pakaian seperti ini. Karena aku malu dengan besan ku, jika bertemu mereka menggunakan baju ku seperti biasanya."

Bu Lukis berjalan meninggalkan ruangan yang cukup elegan dengan warna hitam dan putih itu. Sebuah perpaduan yang sangat kental dengan sang pemilik yang terkesan dingin dan tertutup.

Asih berjalan menuju ruang ganti yang terdapat lemari pakaian Bram.

Namun sesampainya disana tangan Asih ditahan oleh Ayra.

"Biar saya kerjakan sendiri Bi. Katakan saja dimana saya harus menyusun pakaian saya?"

Ayra tersenyum pada Asih, Ia lalu membuka tas ransel dan tas jinjingnya.

"Non.... Nanti saya dimarah nyonya dan Den Bram kalau tahu Non beresin sendiri."

"Tidak ada yang tahu kalau bibik tidak bilang pada mereka."

Ayra tersenyum manis dan telah mengeluarkan satu tumpuk jilbab nya.

"Asih Non. Panggil Asih saja. Dirumah ini saya biasa dipanggil begitu."

"Termasuk Mas Bram?"

Ayra menghentikan kegiatannya.

"Iya non."

"Bukankah bik Asih yang merawat mas Bram dari dia SMP?"

"Iya non."

Ayra men de sah dengan kasar dan menggelengkan kepalanya.

"Suami ku, ternyata kamu terbiasa di didik untuk tidak menghormati orang yang lebih tua dari mu. Kamu harus kuat dan sabar Ayra, Suami mu sepertinya akan memberikan kamu ladang pahala yang begitu luas."

"Bibi duduk saja disini temani aku menyusun baju-baju ku. Bibi ceritakan pada Ayra seperti apa sifat suami Ayra itu. Apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka. Kalau biasanya Bibi yang melayani dan mengurus suami Ayra. Maka hari ini biar tugas itu Ayra yang mengerjakan Bi."

"Wah Non nanti dilihat den Bram. Saya takut kalau den Bram itu sudah marah."

"Bi.... Ayra sudah menjadi istrinya. Kami belum mengenal. Bibi pasti tahu jelas seperti apa mas Bram. Maka bantu Ayra untuk menjadi istri yang baik untuk mas Bram."

Ayra duduk dihadapan Bi Asih dengan bertumpu pada lututnya.

"Non, jangan begini aduh si Non mah. Berdiri atuh Non."

"Bik....."

Ayra memelas agar perempuan tua paruh baya ini mau duduk dan menceritakan apa yang ia harapkan.

"Alhamdulilah Gusti..... Saya senang Non. Den Bram dapat jodoh sesuai doa saya Non."

"Bi .... kok malah nangis."

Ayra yang bingung karena tiba-tiba Bik Asih meneteskan air mata di wajah yang mulai keriput itu.

Ayra memeluk Bik Asih dan mengusap pundak wanita yang merawat Bram sedari Bram Sekolah Menengah Pertama. Bahkan ikatan batin Bik Asih begitu dekat dengan anak majikan nya itu. Terbukti saat Bram pernah mengalami kecelakaan. Bik Asih bisa merasakan jika Bram seperti sedang tidak baik-baik saja.

Bik Asih pun terisak-isak dalam tangisnya. Lalu duduk disebelah Ayra sambil bercerita tentang hal-hal yang menyangkut tentang Bram.

Tanpa Bik Asih dan Ayra sadari apa yang sedang mereka lakukan terlihat jelas oleh sepasang mata. Dan pembicaraan mereka pun terekam jelas oleh lelaki yang berdiri di balik pintu.

"Kita lihat apakah kamu bisa menjadi istri yang baik untuk Bramantyo Pradipta."

1
Mamahnya Rizka
wah ceritanya bnyk ilmu nih yg bisa di ambil
Fitri Futihah Al Karim
suka ni kalimat semoga para suami yg sdh lelah bekerja masih mau jdi tempat keluh kesah istri
Zulmadewi Wiwiek
Luar biasa
Ita Xiaomi
Ceritanya keren banget. Banyak nasihat dan pembelajarannya. Kesabaran, kesetiaan, perjuangan utk hijrah. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Faris Fahmi
suci itu jika disiram pake air yg mengalir😔😔
Faris Fahmi
ini otor nya orang Jawa timur bukan Thor?
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
Ima Yusnia
balik lagi 2025 tor
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Yora Fitriani86
Masya Allah Thor/Heart/
Yora Fitriani86
aamiin
Yora Fitriani86
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Siti Najiah
2025 hadiiir
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆
Al-Vunny Venny
eh ya ampun
Yus Warkop
terima lasih author belajar dari bu ayra caranya bagaimna menjadi seorang anak, istri dan ibu meskipun sudah terlanjur tapi tak ada kata terlsmbat dengan baca novel ini walaupun tertatih tatih aku belajar dari kesalahan dan hijrah, bersabar mengolah rasa meskipun belum bisa seperti yg sebenarnya
Yus Warkop
masih ada lanjutannnya,
Yus Warkop
aku baca novel ini pertama kali waktu abis corrona kalo gak salah sekarang mamfir lagi rindu , perempuan sholehah aku lagi belajar sabar
indah
Maa shaa Allaah Author keren banget 💖
indah
Maa shaa Allaah Keren 👏👏👏
indah
ya iya lah bang😥😥
Dulkarim Muda
/Tongue//Tongue/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!