Pertemuan yang tak terduga antara lelaki dingin yang gila kerja, dengan wanita ceria yang penuh semangat. Karena insiden yang terduga, membuat keduanya melakukan cinta satu malam, dan terpaksa menjalani pernikahan secara mendadak. Pernikahan yang saling menguntungkan.
Lovata, seorang anak dari seorang pengusaha kaya. Ibunya dituduh sebagai pelakor karena hamil dengan ayahnya yang mengaku single pada awalnya. Akhirnya memutuskan untuk tidak mau menikahi lelaki itu dan membesarkan anaknya sendiri. Namun itu membuat istri sah ayahnya, marah, karena merasa telah dikhianati. Dan kemudian membuat masalah terus menerus dengan ibunya Lovata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Dika, ayahnya Atta mendatangi rumah sakit. Dia telah dihasut oleh istrinya yang mengatakan bahwa Atta menjadi simpanan om-om. Dika datang untuk memarahi Susi yang dianggap tidak becus dalam mendidik Atta.
"Mas?" Susi kaget melihat Dika datang ke rumah sakit. Sudah lebih dari sebulan Dika tidak menjenguknya. Terakhir karena dia bertengkar dengan Atta.
"Kamu pindah kamar semewah ini uang dari mana?" tanya Dika yang sebenarnya khawatir dengan wanita yang dia cintai tersebut.
"Ah, ini, pacar Atta mas yang biayai ini semua." jawab Susi.
"Nah bener kan mas, anak kamu itu jadi simpanan," Tanti memanas-manasi suaminya.
"Nggak kok, Atta bukan simpanan.." tentu saja Susi membela anaknya.
"Kamu tahu seperti apa pacarnya Atta?" nah pertanyaan Dika ini yang sulit untuk dijawab oleh Susi. Dia sendiri juga belum pernah lihat seperti apa pacar putrinya.
"A...anu mas aku-"
"Aku yakin bahwa Atta tuh simpanan, kalau nggak mana mungkin dia gugup.." sahut Tanti semakin membuat panas suasana.
"Bukan mas, bukan. Atta bukan anak yang seperti itu." Susi terus membela anaknya. Dia yakin jika anaknya bukan seperti yang Tanti tuduhkan.
"Aku tanya sekali lagi. Kamu sudah tahu siapa pacarnya Atta?" Susi tertunduk sembari menggelengkan kepalanya.
"Jelas itu mas.."
"Kamu bisa diem nggak?" Dika memarahi Tanti yang terus-terusan nyerocos. Seketika Tanti pun terdiam.
"Apa yang telah kamu ajarkan ke anak kita sampai dia seperti ini?" tanya Dika kepada Susi yang masih menundukan kepalanya.
"Apa kamu ingin dia seperti kamu? Punya anak tapi tidak punya suami?" jelas perkataan Dika tersebut menusuk hati Susi.
Perlahan Susi mengangkat kepalanya. Dengan tatapan tajam dia menatap Dika, lelaki yang pernah dia cintai. "Apa cuma aku yang salah disini? Apa peran kamu sebagai ayahnya Atta? Apa kamu didik dia selama ini? Kamu peduliin dia selama ini?" tanya Susi dengan sengit.
"Kalau aku tidak peduli sama kalian, aku nggak akan biayai hidup kalian!" seru Dika dengan marah.
"Biayai hidup kami?" tanya Susi sembari melotot.
"Jadi uang tiga ratus sebulan itu yang kamu bilang biaya hidup kami? Bahkan untuk bayar kontrakan aja itu tidak cukup mas!!" seru Susi yang sudah kehilangan rasa sabarnya.
Mendengar perkataan Susi, seketika Dika menoleh ke Tanti dan menatapnya tajam. Selama ini uang bulanan untuk Susi, Tanti lah yang mengurus. Dan Dika juga memberi uang yang lebih untuk biaya hidup Susi dan Atta.
"Aku kasih kok ke mereka. Tapi mereka yang nggak bersyukur aja.." dalih Tanti justru menyalahkan Susi dan Atta.
"Tapi, meskipun begitu, kamu seharusnya nggak biarin anak kamu jadi simpanan orang kaya. Kamu nggak pandang wajah mas Dika?" Tanti mengembalikan topik tentang Atta lagi agar dia tidak disalahkan karena telah mengambil uang yang seharusnya untuk Susi dan Atta.
"Anakku bukan seperti!!" seru Susi dengan marah.
Di luar ruangan. Atta dan Ernes yang baru tiba pun mendengar percakapan antara ayahnya Atta dengan ibunya Atta. Mendengar ibunya berteriak, Atta pun menjadi khawatir. Takut jika ibunya akan pingsan lagi.
Ceklekkk!!
Atta membuka pintu kamar rawat ibunya. Atta segera berlari saat melihat ibunya hampir jatuh. "Ibuk.." ucap Atta sembari berlari mendekati ibunya.
Ernes juga tak kalah panik. Dia segera mendekati ibunya Atta dan membantu mengambilkan minum untuk ibunya Atta.
"Minum dulu bu!" ucap Ernes memberikan gelas air putih kepada ibunya Atta.
Begitu ibunya sudah agak tenang. Atta mulai menatap Tanti dan Dika dengan tatapan penuh amarah. Dia mendekati Dika dan bertanya layaknya orang asing yang tak pernah kenal. "Siapa anda? Kenapa anda kesini?" tanyanya.
"Nak, ayah tahu kamu masih marah sama ayah. Ayah kesini cuma mau-"
"Mau nyalahin ibu karena tidak becus mendidik aku?" tanya Atta dengan sengit.
"Ayah cuma khawatir kamu memilih jalan yang salah."
"Kelahiranku itu sudah sebuah kesalahan, lantas kenapa anda khawatir saya memilih jalan yang salah? Seandainya saya boleh memilih, saya nggak mau terlahir jadi anak anda!!" ucap Atta dengan geram.
"Hei,," Ernes menarik Atta dan berusaha menenangkannya.
"Saya terlahir itu sudah sebuah kesalahan. Jadi saya mohon jangan cemaskan saya lagi!" lanjut Atta berusaha menahan air matanya.
"Maafin ayah.." lirih Dika yang merasa sangat bersalah kepada anaknya.
"Kita udah sepakat untuk tidak menganggu satu sama lain. Jadi tolong simpan rasa sok peduli anda!" ucap Atta.
"Dasar anak tak punya sopan santun.. Ayah kamu kesini karena dia masih peduli sama kamu. Ayah kamu nggak mau kamu salah memilih jalan jadi simpanan orang.." sahut Tanti yang sepertinya belum sadar siapa lelaki yang bersama dengan Atta itu.
"Jaga ya mulut tante!! Siapa yang jadi simpanan? Jangan ngaco deh.." Atta semakin geram karena Tanti terus menuduhnya sebagai simpanan.
Atta yang hendak mendekati Tanti, seketika ditarik oleh Ernes. "Siapa yang jadi simpanan?" tanya Ernes kepada Tanti.
"Siapa lagi kalau bukan Atta. Dia sama aja dengan ibunya, suka jadi simpanan.."
"Tante!!!" seru Atta semakin geram.
"Lepasin! Kenapa kamu tahan aku terus?" Atta meneriaki Ernes yang selalu berusaha menahannya. Pada saat itu Atta ingin sekali merobek mulut Tanti.
Namun Ernes terus menggenggam tangannya. "Kenalin, aku calon suaminya Atta." ucap Ernes yang menbuat semuanya kaget, termasuk ibunya Atta.
"Ca..calon suami?" Tanti membulatkan matanya.
"Perkenalkan nama aku Ernes Rajendra, aku calon suami Atta." Ernes memperjelas perkenalannya.
"Ernes Rajendra?" Tanti dan Dika secara bersamaan terkejut.
Bagi mereka yang hidup di dunia bisnis tentu sudah tahu siapa Ernes Rajendra. Salah satu pengusaha kaya raya yang cukup sukses. Dia juga anak dari pemodal besar, Sakha atau sering disebut Erlan.
"Iya, Ernes Rajendra. Ngomong-ngomong kalau boleh tahu darimana ya kalau aku jadiin Atta simpanan? Padahal aku tulus loh cinta sama Atta, aku juga masih single, aku rasa kita cocok." ucap Ernes lagi yang membuat Tanti dan Dika kelabakan.
"Maafin aku pak Ernes, aku tidak tahu kalau pacar Atta itu adalah pak Ernes." ucap Tanti langsung meminta maaf, dia tidak mau membuat masalah dengan anak pemodal terbesar dan orang yang berpengaruh di dunia bisnis.
Tapi Tanti dan Dika sempat berpikir. Dia tahu Ernes karena pernah ketemu beberapa kali di acara bisnis. Tapi belum sempat tegus sapa. Yang menjadi aneh, penampilan Ernes tidak seperti itu. Ernes selama ini berpenampilan agak formal dengan memakai kacamata dan rambut yang ditata rapi.
Berbeda dengan yang mereka lihat saat ini. Ernes terlihat jauh lebih muda, serta penampilannya terlihat casual dengan gaya rambut agak berantakan. Tapi, mereka pernah mendengar rumor bahwa penampilan Ernes saat kerja itu sangat bertolak belakang dengan penampilannya di real life.
Agaknya rumor tersebut memang benar adanya. Hampir saja Tanti dan Dika tidak mengenal Ernes karena penampilannya yang sangat berbeda.
"Jangan minta maaf ke aku! Tapi minta maaf ke Atta dan ibunya! Kalian sudah menuduh mereka yang tidak-tidak." ucap Ernes membela Atta dan ibunya di depan Tanti dan Dika yang tidak berkutik sama sekali di depan Ernes.
"Jadi kamu akan menikah, nak?" tanya Dika dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika anaknya sudah dewasa dan akan segera menikah.
"Ya, aku akan menikahi Atta dan akan mencukupi semua kebutuhan dia dan ibunya. Jadi jangan pernah datang lagi untuk mempermasalahkan biaya hidup yang kalian kasih untuk mereka! Jika perlu, aku akan ganti biaya hidup yang telah kalian kasih ke mereka!" ucap Ernes dengan melotot.
"Silahkan pulang karena kehadiran kalian telah mengganggu kenyamanan pasien!" sahut Atta yang tak ingin lama-lama melihat ayahnya.
Dika menatap Atta yang enggan memandangnya. Apa yang sebenarnya terjadi sampai anaknya harus menjaga jarak dengan dirinya seperti ini. Melihat Susi yang tersenyum setelah bertemu dengan pacar Atta membuat hati Dika setidaknya merasa lega. Rasa bersalahnya kepada Susi agak membaik.
"Aku pamit.." lirih Dika meninggalkan ruangan tersebut.
"Iya mas.." jawab Susi.
Setelah Tanti dan Dika meninggalkan ruangan tersebut. Susi pun mengingatkan anak supaya jangan terlalu keras dengan ayahnya. "Ta, biar bagaimanapun, dia tetap ayah kamu." ucap Susi.
"Iya buk.." Atta sebenarnya malas membahas apapun tentang ayahnya. Tapi demi membuat ibunya senang, dia harus mengatakan iya.
"Jadi ini calon suami kamu? Ganteng." ucap Susi yang membuat Ernes tersenyum senang.
"Tuh kan, banyak yang bilang gitu juga kok buk.." ucap Ernes dengan percaya diri.
"Oh ya, ini ada makanan dari mama. Mama dan papa belum bisa jengukin ibu, mereka nitip salam untuk ibu." imbuh Ernes.
"Sampaikan salam ibu ke mama kamu ya. Dan terima kasih untuk makanannya.." Susi merasa senang karena dia merasa Ernes anak yang sangat sopan. Susi yakin apa yang Ernes katakan kepada ayahnya Atta tadi hanya untuk melindungi Atta saja.
khh-vcgcxhh