Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melanggar Pantangan
Makan malam dengan menu gurami bumbu acar kuning berakhir dengan omelan Antasena. Pria tampan itu mengeluhkan harus dobel session untuk nge gym karena malam ini makan sampai dua piring nasi penuh.
"Ra, Untung kamu cuma seminggu disini. Coba kalau sebulan, perutku sudah tidak six pack lagi" keluh Antasena sambil mengelus perutnya yang kekenyangan.
Dara dan Yanti tertawa melihat gaya slengean Antasena. Tak lama suara sendawa yang cukup keras muncul dari mulut pria itu yang reflek menutup mulutnya. Sontak para wanita yang di meja makan makin keras tertawanya. Wajah Sena merah padam karena malu apalagi mendapat tatapan tajam dari sepupunya.
"Anta!" seru Abi.
Antasena yang sudah kepalang malu hanya nyengir.
"Maaf mas... Lolos ini sendawanya" ucapnya sambil tangannya memberikan tanda V.
Dara dan Yanti masih tertawa melihat wajah Antasena yang seperti murid ketahuan nakal.
"Aku ke ruang kerja dulu. Kalian kalau masih mau ngobrol, silahkan." Abi pun berdiri meninggalkan ruang makan menuju ruang kerjanya di lantai satu.
"Ya maaf kalau nagaku kekenyangan" cengir Antasena. "Ladies, terimakasih atas hidangannya. Aku mo nge-gym dulu."
"Sama-sama dek. Mbak Yanti senang kalau suka masakannya."
Antasena memberikan jempolnya. "Yuk Ra, aku duluan." lalu dirinya keluar dari ruang makan menuju ruang gym yang ada di belakang rumah.
"Iya mas" jawab Dara.
Tak berapa lama Mirna dan para pelayan lain datang membersihkan meja makan. Dara dan Yanti memutuskan untuk berada di ruang tengah menikmati camilan dan teh panas dengan ditemani Netflix.
"Alhamdulillah pada suka ya Yan makanannya" ucap Dara sambil menggigit bakwan.
"Iya, baru kali ini aku lihat mas Abi dan dik Anta nambah padahal mereka biasanya lebih tertib menjaga pola makan" sahut Yanti yang juga menikmati bakwan udang.
"Besok kita di rumah saja ya Yan" bujuk Dara.
"Lho kenapa? Nggak pengen jalan-jalan lagi? Apa kamu takut temanmu ini ikhlas diporotin ma kamu?" kekeh Yanti.
"Iisshhhh bukan itu tapi aku ingin berenang di kolam renang mu. Boleh kan?" Dara menatap Yanti dengan puppy eyes mode on.
"Kamu tuh ya Ra, kalau kayak gini orang mana percaya kamu seorang guru bimbingan konseling! Gayamu nggak cocok jadi tukang jewer anak-anak nakal" omel Yanti sambil menowel hidung mancung Dara.
Dara tertawa. "Kan disini nggak ada murid-muridku jadi bebas lah aku menjadi diri sendiri."
"Sak karepmu lah Raaaa" Yanti menghabiskan bakwannya.
Keduanya kemudian asyik menonton serial Lucifer di Netflix. Yanti dan Dara memang menyukai genre film detektif dan kriminal. Sesekali mereka mengkomentari film yang ditonton, hingga Yanti menguap.
"Dah tidur sana. Matamu dah merah tuh!"
Yanti mengangguk. "Nggak tahu kenapa aku capek sekali hari ini."
Dara memandang Yanti serius. "Kamu hamidun kah?"
Yanti terkesiap "Nggak mungkin lah. Aku baru saja dapat datang bulan kemarin".
"Oh itu kayaknya, kan baru hari kedua jadi wajar kalau cepet capek."
"Kayaknya sih. Aku tidur dulu ya Ra. Kalau masih mau nonton, Monggo lho." Yanti kemudian berdiri dan melangkah menuju lantai dua.
"Night!" seru Dara yang dibalas lambaian tangan Yanti sebelum masuk ke kamarnya dan menutup pintunya.
Dara kemudian menikmati film seri itu. Sejam kemudian Antasena sudah masuk ke dalam ruang tengah dengan peluh di wajahnya.
"Nonton apa Ra?" tanyanya dengan handuk masih di lehernya.
"Lucifer".
Antasena menaikkan sebelah alisnya. "Hah?"
"Judulnya memang itu kok" sahut Dara.
"Ya udah, aku mandi dulu nanti aku temani nonton." Antasena segera menuju kamarnya.
***
Abi menatap layar laptop nya yang terhubung dengan kamera cctv dalam ruang tengahnya. Sejak membangun rumah ini, Abi memang sengaja memasang banyak kamera cctv tersembunyi kecuali dalam kamar tidur dan kamar mandi. Entah mengapa dia tidak suka melihat interaksi sepupunya dengan Dara. Abi tahu Anta orangnya ramah pada siapa saja namun ada yang berbeda sikapnya dengan Dara walaupun gadis itu menanggapi Anta biasa saja.
Dua hari Dara di rumah membuat dunia Abi yang selalu teratur menjadi berubah. Dara yang bisa membuat Yanti selalu tertawa, mengajaknya masak yang selama ini Abi selalu larang karena dia tidak mau Yanti kerepotan nanti. Bahkan sepupunya sendiri juga menjadi sosok berbeda jika bersama Dara.
Abi juga melanggar prinsipnya sendiri. Entah memang Yanti dan Dara memang pintar memasak, tapi makan malam tadi sangatlah lezat walaupun menunya sederhana. Abi sampai menambah nasi dan lauk pauk nya yang termasuk pantangannya yaitu gorengan. Siapapun yang membuatnya sangatlah lezat dan tidak berminyak. Abi paling tidak suka makanan yang terlalu berminyak dan gorengan tadi pas di lidahnya.
Kini di layarnya tampak Dara masih asyik nonton film dari tvnya yang berukuran besar sedangkan Yanti sudah masuk kamarnya. Abi sendiri sebatas menyayangi Yanti, namun untuk mencintai masih butuh waktu. Selama dua tahun menikah, Abi sangat menghormati Yanti sebagai istrinya begitu pula dengan Yanti. Bahkan Yanti sendiri tidak mempermasalahkan mereka berdua tidur di kamar yang terpisah yang memiliki pintu penghubung.
Abi sadar bahwa pernikahan ini hampa dan cenderung monoton namun dia tidak ada alasan untuk mengeluh karena Yanti mampu menempatkan dirinya sebagai istri idaman yang selalu menurut padanya hingga terkadang seperti hanya menunaikan kewajiban. Abi memiliki alasan tersendiri mengapa hingga kini ia tidak bisa tidur dalam satu kamar dengan Yanti.
Meskipun merasa pernikahannya datar-datar saja, Abi tidak ada keinginan untuk berpisah dengan Yanti. Namun kehadiran Dara membuat Abi sedikit goyah, membuatnya mempertanyakan hatinya.
Ya Tuhan! Apa yang sudah aku pikirkan.
***
Antasena sudah lebih segar dan harum ketika duduk di sofa panjang bersama Dara. Hanya mengenakan kaos oblong putih dan celana training abu-abu, pria itu ikut menikmati film seri itu bersama Dara.
"Seneng bangets nonton film beginian Ra" komennya sambil makan buah apel yang diambilnya tadi dari dapur.
"Ceritanya seru. Aku kan suka cerita genre detektif kriminal gitu."
"Aku heran, kamu ngemil banyak kalau malam kok badanmu tetap langsing ya?" Antasena menelisik tubuh Dara.
Dara menoleh. "Kenapa mas? Kayaknya ini emang turunan. Ibu ku juga awet langsing biarpun udah punya anak dua"
"Berarti gen mu bagus" kekeh Antasena. "Bagus banget malah. Ibumu pasti cantik soalnya anaknya juga secantik ini".
Dara tertawa. "Mas Sena ternyata bisa gombal yaaa".
Antasena tertawa. "Aku jago lainnya selain ngegombal lhooo".
"Ohya? Contohnya?"
"Aku jago main piano".
"Wah keren! Mas Abi juga bisa kah?"
"Mas Abi jago dulu waktu kecil hingga remaja cuma setelah budhe nggak ada, mas Abi nggak mau main piano lagi." ucap Antasena pelan seolah takut didengar Abi.
"Sayang padahal di pojok situ ada grand piano nganggur ya" keluh Dara.
Antasena melirik Dara. "Kamu bisa main piano?"
Dara hanya nyengir. "Bisa-bisaan".
"Besok mainin piano nya ya" pinta Antasena.
"Aku berlatih dulu besok seharian, itu pun kalo boleh main pianonya".
"Boleh ajah lah. Jangan khawatir, pianonya terawat kok."
"Oke mas."
Keduanya kemudian kembali menonton tv sambil ngobrol banyak hal yang umum.
Suara pintu dibuka membuat Dara dan Antasena menoleh ke arah suara. Abi keluar dari ruang kerjanya melihat keduanya masih di ruang tengah hanya memberikan tatapan datar.
"Kalian nggak tidur?" tanyanya.
"Bentar lagi mas, tanggung! Dikit lagi selesai kok filmnya". Antasena yang menjawab.
Abi mengangguk. "Selamat malam." ucapnya lalu menuju lantai dua.
"Malam" jawab Dara dan Antasena kompak.
Mata Dara mengikuti Abi yang sekarang sudah berada di lantai dua. Namun yang membuatnya terperangah, Abi tidak memasuki pintu kamar tempat Yanti masuk tadi melainkan ke pintu sebelahnya.
Tanpa sadar dia mengernyitkan alisnya yang bagus dengan berbagai macam pertanyaan di otaknya.
Ada apa dengan mereka berdua? Kenapa tidak tidur dalam satu kamar? Pernikahan macam apa yang mereka jalani?
***
Yuhuuu. Akhirnya up juga.
Jangan lupa ikuti karya author lainnya.
- Just The Way You Are ( Nabila dan Mike )
- You're The Only One ( Shanum dan Hiro )
Novel diatas itu menceritakan kisah dua Kakak beradik yaaaa dengan kisah hidupnya masing-masing.
Follow Ig author di @hana_reeves_nt.
Author berusaha minimal satu chapter setiap judul satu hari. Bisa lebih juga kalau timingnya pas.
Thank you for all support.