NovelToon NovelToon
Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Berbagi Cinta: Kisah Pilu Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:21.7M
Nilai: 5
Nama Author: Nadziroh

JUARA 1 LOMBA BERBAGI CINTA


Sabrina Salsabila, gadis yatim piatu yang di besarkan di panti asuhan itu harus menanggung beban lebih berat daripada kehilangan orang tuanya, di umur dua puluh tahun, musibah kembali menimpanya, ia kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah.

Untuk menutupi aibnya, Ibu panti menjodohkannya dengan Mahesa Rahardjo, putra tunggal Yudi Rahardjo, itu adalah awal penderitaannya, di hari pernikahan Mahesa melampirkan surat penjanjian yang sangat menyakitkan. Demi putra yang di kandungnya, Sabrina rela menjalani pernikahan tanpa cinta dari suaminya.

Sampai pada suatu hari kenyataan pahit kembali menamparnya saat Mahesa memutuskan menikah lagi dengan pacar yang dicintainya. Lagi lagi ia harus mengalah daripada harus melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Merasa tak sanggup menyaksikan Mahesa yang selalu memamerkan kemesraannya dengan istri keduanya, Sabrina memilih pergi dari rumah, disaat itulah Mahesa merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memilih diam

Awww….Sabrina meringis kesakitan. tiba-tiba saja perutnya terasa nyeri saat ia menyiapkan makanan untuk Pak Yudi.

Seminggu berlalu, pak Yudi yang sedikit bisa bicara itu memilih untuk pulang ke rumah. Selain tak betah, Pak Yudi merasa kasihan dengan Sabrina yang terus berada di sana bersamanya. Belum lagi harus pulang memenuhi kewajibannya setiap hari. 

"Ka---kamu ti--dak apa-apa?" ucap pak Yudi gagap. 

Sabrina menggeleng menahan rasa sakit yang terus menjalar. Kali ini putranya benar-benar tak bisa bersahabat dengannya. 

Ya Allah, apa yang terjadi dengan perutku, kenapa sakit seperti ini. 

Sekuat tenaga Sabrina terus berdiri. Tak mau pak Yudi khawatir, akhirnya Sabrina memilih duduk dengan menahan gejolak yang terus merambat. 

"Bibi…" terpaksa Sabrina memanggil salah satu pembantu di rumah tersebut. 

"Iya Non, ada apa?"  tanya Bi Mimi menghampirinya. 

"Bi,  tolong bantuin ayah sebentar ya, aku mau ke kamar." ucapnya nyengir. 

Ingin sekali pak Yudi mengikuti menantunya, tapi apalah ia yang hanya bisa menjadi patung hidup. Tak bisa kemana-mana tanpa bantuan orang lain. 

Setibanya di dalam kamar, Sabrina segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang, lalu mengambil ponsel yang ada di nakas.

Dengan sigap ia menghubungi dokter kandungan tempat ia periksa. 

Tersambung, namun belum ada jawaban dari seberang sana, akhirnya Sabrina menghubungi nomor kontak rumah sakit. 

Setelah terhubung dengan resepsionis, Sabrina menanyakan seseorang yang memang dihubungi saat ini. 

"Nggak ada ya, Sus?"  ucap Sabrina lemah, tangannya terus mengelus perutnya yang tertutup daster,  berharap sakitnya bisa reda. 

"Tapi nanti ada dokter baru yang akan menggantikan dokter Lena." jelasnya lagi. 

"Baiklah, Sus."

Setelah memutuskan sambungannya, tiba-tiba saja Sabrina menangkap beberapa foto dari wallpaper yang ia terapkan. 

"Aku kangen kalian, kapan kita bisa bersama lagi seperti dulu."

Terlintas dalam otaknya dimana ia menghabiskan waktunya dengan kedua sahabatnya dan kini mereka harus berpisah karena keadaan. 

"Kalian lagi apa sekarang?" gumam Sabrina. 

Membayangkan, pasti hidup kedua sahabatnya itu lebih beruntung darinya.

Ingin sekali Sabrina menelepon Sesil dan Arum, namun tak mungkin ia lakukan disaat kondisinya tak memungkinkan. 

Brakk

Tiba tiba saja suara benda jatuh dari luar itu membuyarkan lamunan Sabrina, wanita itu segera beranjak dari tempatnya. 

"Ayah, __" teriak Sabrina setelah membuka pintu kamarnya. 

Dengan cepat Sabrina berlari menghampiri Pak Yudi yang tersungkur di bawah kursi roda. Tak hanya Sabrina, disana sudah ada tiga pelayan yang membantu Pak Yudi untuk bangun. 

"Astaghfirullah, Ayah! kenapa ayah bisa jatuh?" tanya Sabrina khawatir.

"Ada apa ini?" sahut bu Risma yang baru saja keluar dari kamar.

"Ayah jatuh, Bu." jawab Sabrina. 

Setelah duduk di kursi roda, Sabrina kembali mendorongnya menuju ruang keluarga. Sedangkan Bu Risma hanya mengikuti dari belakang.

"Maaf ya Pa, Mama lama."

Tak hanya Sabrina, Bu Risma yang baru saja selesai mandi merasa bersalah dengan kejadian itu. 

Segera Bu Risma menghubungi Mahesa yang memang sudah waktunya pulang dari kantor. 

Ditatapnya kedua wanita di depannya yang nampak akur, Dengan sedikit gemetar pak Yudi meraih tangan Bu Risma lalu menyatukannya dengan tangan Sabrina. 

Tak ada satu kata pun, akan tetapi Sabrina maupun bu Risma tahu maksud pak Yudi. 

"Papa tidak usah khawatir,  mama sudah menerima Sabrina sebagai menantu mama."

Tangis Sabrina pecah kala itu, ucapan Bu Risma tak hanya menyejukkan hatinya, tapi itu adalah anugerah, keberhasilan dari perjuangannya selama ini.

Sabrina terisak dan memeluk Bu Risma yang ada di depannya. 

Begitu juga bu Risma yang membalas pelukan Sabrina, mengelus punggung Sabrina yang bergetar hebat. Bahkan Bu Risma ikut berkaca mengingat nasib menantunya selama ini. 

"Maafkan mama. Selama ini mama sudah salah sama kamu,  dan mulai sekarang mama akan menerima kamu dan anak kamu di keluarga Rahardjo."

Sabrina menyeka air matanya, rasanya itu bagaikan mimpi yang tak akan pernah bisa terwujud,  namun tak ada yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. 

"Mulai sekarang biar mama yang rawat papa. Kan disini juga sudah banyak orang." 

Sabrina mengangguk tanpa suara. Sedikit demi sedikit ia merasa bahagia setelah mendengar ungkapan Bu Risma.

"Bu,  aku mau ke rumah sakit sebentar."

"Biar diantar Bi Mimi dan pak Diman."

Sabrina hanya tersenyum melihat perhatian mertuanya. 

"Sabrina bisa sendiri Bu, lagipula cuma periksa saja kok."

" Tapi tetap sama Pak Diman ya, Hati hati!"

Sabrina mencium punggung tangan kedua mertuanya dan berlalu. 

Baru saja Sabrina berada di depan rumah, mobil Mahesa masuk dari arah gerbang,  wanita itu hanya bisa menanti suami dan madunya itu turun. 

"Mas…" 

Wanita itu mengulurkan tangannya, lupa jika Mahesa tak mau disentuh dan menyentuhnya.

"Maaf, Mas,"  akhirnya Sabrina menarik tangannya yang hampa. 

"Kenapa kamu begitu ceroboh. Dasar nggak berguna!" 

Ucapan itu bagaikan cubitan yang membekas, tak menyangka Mahesa akan mencacinya di depan istri keduanya dan supir mertuanya. 

Sabrina memilih diam,  rasanya sudah bosan untuk memberikan alasan yang tak akan ada hasilnya.

"Jika sampai papa kenapa napa, kamu dan bayi kamu yang akan bertanggung jawab."

Mungkin membisu akan lebih baik,  itulah pikirnya. 

Setelah Camelia dan Mahesa masuk kedalam rumah,  Sabrina menghampiri pak Damin yang siap mengantarkannya. 

"Silakan, Non!" Pak Damin sang supir membukakan pintu mobil untuknya. 

"Tidak usah Pak, Aku aku naik ojek saja."

"Kenapa, Non?" tanya Pak Damin. 

Sabrina mengulas senyum. 

"Sambil lihat pemandangan luar pak, Bapak istirahat saja,  nanti kalau Ayah atau Ibu nanya, bilang saja seperti yang aku katakan tadi."

Pak Damin mengangguk melepas kepergian Sabrina.

"Punya istri solehah seperti itu disia siakan, semoga den Mahesa sadar,  dan mau menerimanya."

Pak Damin hanya geleng geleng menatap punggung  Sabrina menghilang.

Tiga puluh menit Sabrina sudah tiba di rumah sakit tempat diperiksa, karena sudah membuat janji wanita itu langsung saja menemui resepsionis untuk menanyakan Dokter yang bertugas menggantikan dokter Lena. 

"Ibu langsung masuk saja ke ruangan Dokter Lena, mulai saat ini dan seterusnya Beliau lah yang akan bertugas."

"Terima kasih, Sus."

Dengan langkah gontainya sabrina menyusuri lorong rumah sakit, dengan beberapa belokan akhirnya wanita itu tiba di depan ruangan Dokter Lena. 

"Dokter Agung." Gumamnya. 

Sabrina mengernyitkan dahinya saat membaca nama yang ada dipintu. 

Hatinya kini malah mamang untuk melanjutkannya.

Baru saja memutar badannya ingin pergi, pintu dibuka dari dalam. 

Sabrina yang tertangkap basah mau tak mau tetap menemui dokter tersebut.

"Ibu Sabrina," celetuk Dokter yang baru saja keluar. 

Sabrina mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya, dengan terang terangan menolak tangan Dokter Agung yang sudah mengulur tepat di depannya. 

"Saya Agung, dokter kandungan di rumah sakit ini." jelasnya. 

Sabrina kembali mengangguk, begitu canggung saat berada didekat laki-laki yang bukan muhrimnya. 

"Silakan masuk!" Dokter Agung membuka pintunya lebar-lebar. 

"Maaf dok, nggak jadi, saya mau cari dokter perempuan saja." cicit Sabrina.

Seketika Dokter yang bernama Agung itu tertawa lepas seperti mengejek ucapan Sabrina. 

"Kenapa?" tanya Dokter Agung antusias. Merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Sabrina menelan ludahnya dengan susah payah menatap penampilan Dokter Agung lalu membaca istighfar dalam hati. 

"Saya belum terbiasa diperiksa sama dokter laki-laki,  jadi maaf."

Dokter Agung hanya melongo mendengar penuturan Sabrina.

Di jaman seperti ini masih ada seorang perempuan yang tak mau disentuh laki laki yang bukan suaminya,  bahkan di luar sana banyak yang menginginkan itu, aku orang yang bejat dan suka mempermainkan wanita, apa aku masih bisa mendapatkan istri solehah seperti dia. Batin dokter Agung. 

1
Jamaliah
so sweet banget 😂😂😂😂😂👍👍👍👍👍👍👍
Jamaliah
sabar Mahesa semua butuh proses
Enung Nurlaela Noenkandenk
Luar biasa
Jamaliah
😭😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
Camelia egois banget
Jamaliah
tes DNA anaknya Camelia dan anaknya Sabrina supaya lebih jelas yg mana anaknya mahesa
Jamaliah
berarti anak Camelia anaknya andre
Jamaliah
pergi yang jauh Sabrina biar Mahesa tau rasa😭😭😭😭😭😭
Jamaliah
kasihan Sabrina 😭😭😭😭😭😭
Ayanih
Luar biasa
Nethy Sunny
semoga yg d kandung camelia anak andre
Nethy Sunny
berani beraniny arum bangunin macan yg lg tidur 😆
Nethy Sunny
udahlah sabrina kamu g ada kewajiban berbakti sama suami kaya gitu minim akhlak 😤
Nethy Sunny
c arum sampe ngibrit gitu galak2 gitu juga ganteng 😆
Nethy Sunny
nyesek bgt jd sabrina 😭
Erna Wati
⭐⭐⭐⭐⭐🌹🌹🌹
Dwi Setyaningrum
Krn penjelasannya kurang lengkap dan Sabrina menolak utk penjelasan lengkapnya keburu esmosi jdnya ya gt deh..huhhh😏😒
Dwi Setyaningrum
walah critanya yg bodo ya Sabrina sih sdh ngerti bawa uang ga langsung plg mampir2 lg malahan..hadeh sdh tau jarak bank dg rmh panti jauh sdh gt mendung ehh malah mampir k toko utk liat2 baju..
tri kutmiati
sebenernya org yg pintar tdk akan mudah terpengaruh ..aplg dlm cerita ini posisi cinta segi tiga...tp outhor lbh membodohkn tokoh mahesa
tri kutmiati
mau maunya sdh tau suami ky gitu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!