Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak Masa Lalu
Bukannya istirahat namun Alana malah melamun di balkon kamarnya. Dan balkon itu terlihat dari luar pagar rumahnya. Dengan rambut dicepol ke atas dan memakai baju rajut panjang, dia tengah menghirup udara malam.
Tanpa disadari tak jauh dari rumahnya, ada seorang pria tengah memotret dirinya dengan kamera profesional. Setelah berlama-lama memandang Alana, pria itu pun pergi dari sana.
-
-
"Ini tuan, informasi tentang non Alana." Ucap pria bernama Emil yang merupakan asisten pribadi lelaki pengagum Alana.
Dia membuka amplop coklat itu dan membacanya. Tak ada yang aneh, semuanya normal. Dia juga menyuruh Emil untuk mencetak photo-photo Alana yang tadi.
Pria yang mengagumi Alana adalah, Erlando Agathias. Seorang dokter dan pengusaha juga. Dia datang kerumah sakit jika hanya dibutuhkan saja. Erlando masih memiliki trauma yang mendalam ketika istrinya meninggal 2 tahun yang lalu.
Erlando membuka laci meja kerjanya dan mengambil photo pernikahannya dulu. Mereka belum di karuniai anak, karena penyakit yang di derita almarhum istrinya yaitu kanker rahim.
Sebelum meninggal almarhum istrinya berpesan, agar beberapa organ tubuhnya bisa di donorkan bagi yang benar benar membutuhkannya.
"Rania, maafkan aku. Tapi aku sepertinya sudah bisa membuka hati untuk wanita lain. Meskipun baru bertemu beberapa hari dengannya tapi aku merasa ada getaran berbeda."
"Rania, aku juga akan tetap mencintaimu dalam hidupku. Aku minta ijin untuk melanjutkan hidupku sayang." Lirih Erlando dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
-
-
-
Ditempat lain ada Alana yang termenung di balkon, dia belum mau tidur. Pikirannya melayang kemana-mana. Kandasnya hubungannya dengan Calvin. Di tambah sekarang ada Asraf, teman masa kecilnya yang tak henti mengejarnya.
Mungkin dulu sekali Alana memang mencintai Asraf, sebelum Calvin. Tapi setelah Asraf menikahi wanita lain, perlahan cinta yang dimiliki Alana pudar. Mungkin bisa di bilang kalau Alana saat ini sudah mati rasa.
"Ya Tuhan...aku juga ingin bahagia. Apa salah dan dosaku? Sehingga aku harus mendapatkan ujian ini." Lirih Alana sambil menatap langit.
Dia menarik nafasnya dalam-dalam dan menitikan air matanya. "Aku tahu, Tuhan pasti punya rencana yang indah." Alana pun masuk ke dalam kamarnya dan mulai beranjak tidur.
-
-
-
Hari-hari berjalan seperti biasa, sesuai arahan dokter Inneke, dia cuti 3 hari sebelum operasi di laksanakan. Alana hanya menghabiskan waktu cutinya dengan beristirahat dirumah.
Dan hari ini tibalah Alana akan melakukan operasi besar. Sebelum memulai, dia dan Deril juga para asisten perawat berdoa dulu. Deril juga memberikan arahan yang harus dikerjakan selama operasi berlangsung.
Dokter Inneke baru datang, dia juga bergabung dengan mereka. "Kalian sudah siap?"
"Insya Allah kita siap dok." Ucap dokter Deril dengan mantap sambil menatap Alana.
Proses operasi itu pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan pada awalnya. Namun Deril yang disamping Alana, selalu meyakinkan wanita pujaan hatinya itu. "Tenang, jangan stress!" Kata Deril.
Alana mengangguk pelan dan melanjutkan operasinya. Setelah berjam jam para dokter ahli itu berjuang di meja operasi, kini mereka bisa menyelesaikannya. Alhamdulillah kedua bayi dan ibunya selamat.
Alana dan Deril keluar duluan, dokter Inneke masih di dalam. "Huft...Alhamdulillah selesai juga!" Alana seperti habis lari dia ngos-ngosan didepan pintu. Deril tersenyum manis melihatnya.
"Kamu hebat...aku yakin kamu pasti bisa." Ucap Deril sambil memegang bahu Alana.
Alana sedikit tak nyaman, dia melepaskan dirinya dan menunduk hormat, bagaimana pun Deril adalah seniornya disini. "Terima kasih dok. Saya duluan yah." Alana pamit dari sana dan menuju ruangannya.
"Lucu banget sih kamu, Al. Sulit sekali menaklukan hati kamu Alana, tapi aku enggak akan pernah menyerah."
-
-
-
"Ck...lebay banget!" Gumam Erlando yang mengintip dari balik tembok. Dia pun pergi dari sana dan kembali lagi ke kantor.
Berbeda dengan Alana yang sedang istirahat di ruangannya. Asistennya Maya masuk dan memberitahu kan bahwa ada tamu yang ingin bertemu dengan Alana.
"Siapa?"
"Eum namanya...Cal-cal... Aduh siapa yah?" Maya malah lupa lagi dengan nama tamunya.
"Calvin?" Ucap Alana "Nah, iya itu benar bu. Dia ada di ruang tunggu pasien." Lanjut Maya.
Alana mengangguk dan dia pun segera menemui Calvin. Memang hatinya sudah mati rasa atau entahlah Alana dengan santai menemui mantannya itu.
CEKLEK
"Ehmm...pak Calvin." Sapa Alana duluan dengan datar.
Calvin menoleh dan tersenyum hangat "Hai, Al. Apa kabar?" Tanya Calvin basa-basi.
Alana duduk di depan Calvin dengan santai "I'm good."
Calvin tertawa kecil "Kayaknya kamu enggak suka yah aku kesini?" Tanya Calvin penasaran.
"To the point aja, ada apa?" Tegas Alana dengan sorot mata tajamnya.
"Aku-aku udah cerai, Al dengan dia. Karena, dia mengandung anak yang bukan anakku!" Lirih Calvin dengan menunduk lemas.
Alana mengangguk seolah tak perduli atas penderitaan Calvin "Aku turut prihatin pak. Lalu?" Tanya Alana.
"Al, apa kita bisa kembali seperti dulu?"
Alana tersenyum getir mendengar hal konyol yang di lontar kan oleh mantannya itu, padahal Calvin sendiri dulu yang memutuskan untuk menerima perjodohan dari orang tuanya. Sekarang ia menemui Alana lagi dengan wajah memelasnya.
"Maaf, tapi saya enggak mau terjebak masa lalu lagi. Saya hanya akan melihat ke depan, permisi." Ketika Alana akan pergi tangannya di tahan oleh Calvin.
"Alana, aku minta maaf atas semua kesalahanku. Harusnya aku memperjuangkanmu dulu di depan orang tuaku. Dan harusnya aku enggak mengikuti kemauan mereka. Aku menyesal, Alana." Lirih Calvin dengan wajah sendunya.
Alana melepaskan tangan Calvin pelan "Terlambat! Lagi pula mungkin aku udah mati rasa. Jadi lebih baik anda pulang, saya masih ada pasien sebentar lagi." Dia pun pergi dari sana dengan perasaan yang campur aduk.
Hatinya sakit, tentu saja! Setelah dulu ditinggalkan, dengan gampangnya Calvin ingin kembali padanya. Karena alasan istrinya berkhianat. Alana menghapus air matanya dan ke ruangannya.
BRUK
Belum juga sampai diruangannya Alana malah bertubrukan lagi dengan seseorang "Astaga! Kamu enggak apa-apa?" Tanya Deril sambil mengecek Alana.
Alana yang baru ngeuh pun langsung menggeleng pelan "Aku enggak apa-apa. Permisi, dok!" Tanpa bicara lagi Alana langsung lari ke ruangannya. Dan mengunci pintunya.
Deril keheranan melihat Alana, namun dia juga tak mau membuat Alana tak nyaman. Dia pun kembali lagi ke ruangannya.
Dia menangis dibalik pintu itu sambil memegang dadanya. "Aku enggak boleh lemah, aku kuat ya Tuhan aku kuat!"
Alana segera pulang kerumahnya kepalanya sudah pusing menghadapi ini semua. "Aku harus bangkit, harus!" Alana berjalan ke mobilnya dan masuk ke dalam, lalu melajukan mobilnya.
-
-
-
"Aahhh...ahh... Kamu s*xy banget. Tante tambahin uangnya yah, ayo terus yang dalam."
Di belahan kota lainnya, ada seorang tante-tante seumuran mamih Aleesya, yang sedang asyk bercinta dengan seorang brondong di hotel.
"Tante...ahh...!" Wanita itu terus mengerang nikmat diatas brondong bayaran itu. Mereka telah selesai melakukan penyatuan, tante itu sudah membayar brondong yang di pakainya.
Di meja rias dia membuka sosial medianya dan melihat photo Erlando "Hai, mantan menantuku! Sebentar lagi aku pulang, aku tahu kau pasti kesepian dan butuh belaian. Tunggu aku ya sayang." Ucap wanita yang bernama Sonya.