Kisah seorang CEO tampan dan Pramugari cantik, yang dimana seorang CEO ini adalah seorang mafia, dan seorang Pramugari adalah seorang detektif tersembunyi. Mereka sama-sama psikopat hanya saja cara mereka beraksi itu berbeda. Membunuh dan darah adalah hal biasa bagi mereka.
3 tahun yang lalu mereka pernah di pertemukan tapi dalam keadaan yang berbeda dan menyamar menjadi orang yang biasa. Setelah pertemuan mereka itu, mereka tidak bertemu kembali sama sekali. Tapi akibat kecelakaan pesawat bandara Leonardus, Dominic menemukan wanita yang selama ini dia cari.
Allisya yang enggan sekali menjalani hubungan percintaan harus terjebak dalam pelabuhan cinta Dominic. Saat dia remaja saja dia tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki sama sekali.
Rumor-rumornya Dominic sering sekali tidur berganti-ganti pasangan setiap malamnya. Entah itu hanya rumor atau kenyataan tidak ada yang tahu.
Akankah Allisya menerima cinta Dominic atau malah menolaknya?
Mempercayai rumor atau mempercayai ketulusan cinta Dominic?
Ikuti terus kisahnya agar kalian tahu jawabannya ^_^
Jangan lupa like, komen dan vote ya...^_^
Ig : alifap323
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alifa Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEO vs Detektif
Di kediaman markas Allisya sedang terjadi beberapa masalah, termasuk masalah tentang Allisya.
"Harusnya waktu Dominic kesini kita bertanya padanya bukan malah mengusirnya!" ujar Alex.
"Ck. Itu salahnya sendiri, ngapain tanya-tanya tentang Allisya. Gue masih sayang sama nyawa gue!" ujar Ken.
"Lalu kita harus gimana?" tanya Gevan.
"Gak ada cara lain, ketemu sama Dominic atau gak melakukan apa-apa." ujar Ken.
"Gue sih oke-oke saja, tapi… kita harus ketemu Dominic dimana? Di rumahnya? Atau di kantornya?" tanya Mikel.
"Kita cari di rumahnya dulu kalau gak ada kita cari di kantornya." ujar Gevan.
"Kalau dia gak ada di kedua tempat tadi, gimana?"
"Kita pulang. Gak ada pilihan lain. Kita gak sepintar Allisya dan gak secerdik Allisya jadi kita gunakan kecerdasan kita masing-masing saja." ujar Ken.
Mereka semua mengangguk dan berjalan keluar markas. Mereka sangat sadar diri jika memang mereka tidak terlalu pintar.
***
Saat sampai di rumah kediaman Dominic, mereka menatap bingung. Tidak tahu ini rumahnya atau bukan tapi sepertinya iya. Apa memang memang rumahnya sebesar ini? Orang kaya memang bebas melakukan apapun ya, begitu gumam mereka.
Mereka turun dari mobil mereka dan bertanya kepada para bodyguard yang ada di depan rumah ini.
"Apakah benar ini kediaman rumah, tuan Dominic?" tanya Ken kepada bodyguard tersebut.
"Ya benar."
"Apa boleh kami menemui dia?"
"Atas dasar apa kalian ingin menemui tuan muda Dominic?"
"Kami ingin bertanya sesuatu."
"Tunggu sebentar!"
Mereka menunggu bodyguard tersebut menyampaikan pesan kepada tuannya itu.
"Baiklah, silahkan masuk dan ikuti saya."
Mereka mengikuti bodyguard tersebut. Saat mereka masuk di kediaman rumah keluarga Leonardus, mereka sangat terkagum-kagum. Rumah yang begitu mewah sekali dengan lampu-lampu kristal membuat rumah ini begitu sangat indah.
"Siapa mereka?" tanya Kirana. Bodyguard tadi membungkukkan badannya.
"Mereka adalah tamu tuan muda Dominic, nyonya." ujarnya.
Kirana melihat mereka satu-persatu sementara Kaila melihat salah satu dari mereka. Matanya begitu sangat berbinar saat dia melihat salah satu dari mereka. Lelaki tampan dengan seleranya sekali.
Ya ampun, dia tampan sekali seperti pangeran. ujar Kaila dalam hati.
"Dominic ada di ruang kerjanya." ujar Kirana.
"Terima kasih, nyonya." Kirana mengangguk dan meninggalkan mereka. Sementara Kaila menatap lelaki tampan tadi dengan mata terus tertuju padanya.
Ada apa dengan anak ini? Kenapa dia melihat ku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku? ujar Ken dalam hati.
"Maaf nona muda Kaila, apa nona muda membutuhkan sesuatu?" ujar bodyguard tadi.
"Eh? Aku gak butuh apa-apa. Tolong ambilkan buku materi XX saat sudah mengantarkan mereka."
"Baik nona."
Setelah mengatakan itu, Kaila pergi. Dia sangat malu sekali, bagaimana bisa dia seperti itu tadi? Bisa buruk nanti imagenya.
"Silahkan tuan, ikuti saya." ujar bodyguard tadi kepada teman Allisya.
Mereka mengikutinya. Mereka terkagum-kagum lagi saat mereka menaiki lift.
Hebat sekali. Rumah ini ada lift nya seperti apartemen saja. ujar Alex dalam hati.
Bodyguard tadi meninggalkan mereka saat sudah ada didepan pintu ruang kerja Dominic. Mereka membuka pintu dan mendapat'i Dominic sedang duduk membelakangi pintu.
Cih. Sok keren sekali dia. Tampang cuma modal sandal jepit saja kebanyakan gaya. ujar Ken dalam hati.
"Hebat sekali. Kalian bahkan bisa menemukan rumahku."
"Informasi alamat sangat mudah bagi kami." ujar Gevan.
Dominic memutar kursinya dan menatap mereka.
"Silahkan duduk." Mereka duduk. Dan Dominic memencet salah satu tombol yang ada di meja kerjanya dan berbicara untuk membawakan makanan dan minuman.
"Baiklah, apa yang kalian inginkan?" tanyanya.
"Kami mau lo ngizinin kita buat menjenguk Allisya!" ujar Ken.
"Kenapa?"
"Lo tanya kenapa? Sudah jelas karena Allisya itu teman kita! Seharusnya gue yang tanya seperti itu ke lo! Kenapa lo melarang kita atau orang tua Allisya buat menjenguk dia!?" ujar Ken.
"Gue cuma ingin yang terbaik buat Allisya."
"Yang terbaik lo bilang! Ini bukannya yang terbaik tapi yang terburuk! Lo melarang kita buat menjenguk Allisya dengan alasan konyol seperti itu! Lo pikir kita bego apa!?" ujar Ken.
"Gue cuma ingin yang terbaik buat Allisya!"
"Tapi seenggaknya lo ngizinin kita buat menjenguk sekali saja!" ujar Gevan.
"Gue gak bisa!"
"Dominic, sebenarnya lo siapanya Allisya sih sampai lo melarang kita buat menjenguk dia?" ujar Alex.
"Gue? Siapanya Allisya? Ya gue pacarnya Allisya lah."
"Apa!!" ujar mereka serempak.
Mereka menganga tak percaya, pasalnya Allisya anti sekali dengan yang namanya cowok.
"Memang sejak kapan lo pacaran sama Allisya?" tanya Gevan.
"Semenjak dia kecelakaan." jawabnya enteng.
Mereka menganga tak percaya dengan apa yang diucapkan Dominic. Bagaimana bisa CEO perusahaan Leo Corp bisa sekonyol ini? Begitu pemikiran mereka.
Setelah itu datanglah para pelayan. Pelayan tadi memberikan minuman dan makanan, setelah itu pelayan tadi membungkukkan badannya dan meninggalkan ruangan Dominic.
"Dominic, gue gak tahu kenapa lo bisa mikir seperti itu! Tapi tujuan gue kesini adalah mau tanya keadaan Allisya. Terserah lo mau bilang apa, tapi yang jelas lo harus ngizinin kita buat lihat keadaannya Allisya!" ujar Ken.
Mereka tetap bersih keras untuk mendapatkan izin kepada Dominic, meskipun ini sangat menjatuhkan image mereka sebagai detektif. Mereka bahkan tidak pernah memohon kepada orang, kecuali Allisya saja. Dan ini, malah mereka memohon kepada Dominic yang hanya bertemu beberapa hari ini? Sungguh sangat menakjubkan jika sampai mereka memohon seperti ini.
"Kalau gue gak mau gimana?"
"Lo gak perlu ngizinin kita semua, lo cuma perlu ngizinin Ken yang masuk saja!" ujar Gevan.
"Apaan itu!" ujar Ken.
Tanpa berfikir panjang, Dominic memberikan izin kepada Ken tapi hanya beberapa menit saja untuk menjenguk Allisya setelah itu dia harus keluar dari ruangan Allisya. Mereka pun menyetujui perkataan Dominic.
Setelah berdebat dengan Dominic, mereka pulang.
"Persetan dengan dia tidak ada untungnya sama sekali buat kita!" ujar Ken.
"Ya, mau gimana lagi? Yang penting lo bisa masuk itu udah keajaiban. Sekarang sudah dapat izin nih, terus tujuan kita apa lagi?" ujar Gevan.
"Bawa Allisya pergi dari sana dan merawat dia?" tanya Ken.
"Ken lo punya nyawa berapa sampai lo bisa berfikiran seperti itu?" ujar Alex.
"Terus kalian maunya apa?" tanya Ken frustasi.
Mereka diam, bingung mau menjawab apa. Antara setuju dan tidak setuju dengan saran Ken untuk membawa Allisya kabur.
"Ken, kalau kita bawa Allisya kabur terus gimana nanti tiba-tiba Allisya kehabisan oksigen?" tanya Gevan.
"Gue sudah siapkan cara untuk itu. Yang jadi masalah kalian setuju apa gak?"
"Gue sih setuju-setuju saja. Tapi… gue takut terjadi apa-apa sama lo, Ken." ujar Mikel.
"Jangan khawatirkan gue, yang penting sekarang kita menyelamtakn Allisya dulu."
Mereka semua mengangguk dan diam dalam perjalanan mereka. Pantas saja Ken dipilih Allisya sebagai tangan kanannya, ternyata karena Ken suka nekat. Dia memang tidak secerdik dan tidak sepintar Allisya, tapi dia tahu apa yang harus dia lakukan di setiap situasi.
Bersambung......
lanjut thor ,aku suka .....