Kost Putri menceritakan tentang kehidupan anak-anak perantauan yang menyewa sebuah rumah kost-kost-an milik Nyak Tatik.
Berbagai ragam sifat, sikap, budaya dan bahasa bersatu di rumah Kost Putri. Kisah asmara, lucu, sedih dan bahagia ada di Kost Putri.
Bagaimana ceritanya?
Welcome to Kost Putri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon de'rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07# Halomoan pengganggu
"Iya, iya, tenanglah Inang. Belajar nya aku yang rajen. Mana ada aku maen-maen di sini Inang." Ucap Butet melalui sambungan ponselnya dengan Inang nya di kampung.
"Betul ya kau Butet, buat bangga Inang sama Amang mu di sini ya Boru hasian ku."
"Iya Inang, titip salam sama Amang dan adik-adik di sana." Ucap Butet sambil berjalan keluar kampusnya.
"Iya, hati-hati disana kau ya."
"Iya Inang, aku pulang dulu."
"Iya hati-hati kau ya."
"Iyaaaaa."
Tiba-tiba saja seorang lelaki meloncat di depan Butet dan menghadang Butet saat gadis itu sedang berjalan menuju halte.
"Haaaaaaa.... jumpa kita. Kau yang lempar kepalaku pakek batu kan!" Ucap Halomoan sambil merentangkan kedua tangan dan kakinya.
"Astaga!"
Butet terkejut saat melihat Halomoan berdiri menghadangnya sambil membuka lebar kedua kaki dan tangan nya.
"Ish apa nya kau ini!" Bentak Butet.
"Betumbok kita, masih dendam aku sama kau!" Ucap Halomoan.
"Oh, jadi kek gitu?" Tanya Butet.
"Iya, berani nya kau?" Tanya Halomoan.
Dengan cepat, Butet menendang Ucok kecil Halomoan.
Bretttttttt..!
"Aduhhhhhhh! Inangggggg! Mati aku Inannnnnnng!" Jerit Halomoan sambil memegangi Ucok nya.
"Ha, masih mau kau ganggu aku, lain kali ku patahkan leher si Ucok! paham kau!" Ucap Butet sambil naik kedalam angkot yang kebetulan berhenti di halte itu.
Butet tertawa puas saat melihat Halomoan masih menahan sakit hingga berjongkok di halte itu. Angkot pun beranjak dari halte itu.
Butet masih senyum-senyum sendiri karena berhasil menyakiti Halomoan yang terus mengganggu nya. Saat kejadian di dalam Bus, Butet dan Halomoan seperti kucing dan tikus. Mereka selalu bertengkar saat bertemu.
Pernah juga Halomoan yang sedang mengendarai sepeda motornya, dengan sengaja menarik rambut Butet saat Butet sedang berjalan menuju kost-kost-an nya. Atau sengaja menunggu Butet di ujung jalan, hanya ingin mengerjai gadis itu.
Butet dan Halomoan satu gedung kampus. Halomoan juga mahasiswa dengan jurusan yang sama dengan Butet. Halomoan mahasiswa MIPA semester 5. Bisa dibilang, Halomoan adalah senior Butet di kampus.
Mereka bertemu hampir setiap hari di kampus. Selama ini Butet selalu menghindari Halomoan. Tetapi, tampaknya lelaki itu masih terus mempunyai dendam dengan Butet. Maka Halomoan selalu mengganggu dan berusaha untuk membuat Butet tidak tenang.
"Habis! Habis! Habis!" Teriak supir yang berhenti di salah satu terminal yang asing bagi Butet.
"Iyah, dimana nya ini?" Gumam Butet sambil memperhatikan sekeliling nya.
"Weee Bang, ini dimana?" Tanya Butet.
"Pulogebang Neng!" Ucap supir angkot itu.
"Alamakjang!!! salah jurusan aku! Gara-gara si Halomoan!" Keluh Butet sambil keluar dari dalam angkot tersebut. Butet membayar ongkos angkot itu lalu celingukan bingung akan kemana.
Selama di Jakarta, Butet belum pernah kemana-mana. Selain dari Kost-kost-an ke kampus, begitu juga sebaliknya.
"Sekarang kek mana mau ke kost ini. Apa aku naik angkot ini lagi aja ya, biar sampek di kampus lagi." Batin Butet.
Butet naik lagi kedalam angkot yang sama. Lalu duduk di belakang supir.
"Loh Neng, kok naik lagi?" Tanya supir itu.
"Aku mau keliling Kota memang bang. Kek gitu aku memang kalok gak ada kerjaan." Ucap Butet sambil menahan kesal nya.
"Bilang aje salah angkot." Gumam supir itu.
Butet menatap kesal supir itu lewat spion tengah angkot itu.
Angkot kembali kearah kampus. Di halte yang sama dimana Butet naik angkot yang sama.
Setelah turun, Butet pun membayar ongkos lalu kembali berdiri menunggu angkot yang akan membawanya ke kost nya.
Tiba-tiba saja sebuah sepeda motor berhenti di depan Butet. Lelaki itu membuka kaca helm nya dan menyapa Butet dengan ramah.
"Butet, mau pulang bareng gak?" Tanya Batra anak kedua Nyak Tatik.
"Eh Bang Batra." Ucap Butet saat berhasil mengenali lelaki yang sedang berbicara dengan nya.
"Ayo kalau mau bareng." Ucap Batra.
"Lumayan lah ini, abes salah angkot, dapat aku tumpangan." Gumam Butet.
Tanpa basa-basi, Butet langsung naik ke atas boncengan motor milik Batra.
"Aku sudah siap Bang." Ucap Butet.
"Ok."
Batra pun menjalankan sepeda motornya. Mereka pun ngobrol-ngobrol di atas motor. Anak-anak Nyak Tatik memang pendiam. Tetapi, bila di ajak berbincang, mereka pun sangat ramah dan asik.
Tidak terasa mereka pun sampai di depan komplek perumahan. Di sana, Butet melihat Halomoan yang sedang duduk di atas sepeda motornya yang i
sedang terparkir.
"Untung aku pulang sama Bang Batra. Kalo sempat aku naik angkot. Di ganggu nya lagi aku, pas aku turun angkot." Batin Butet saat melihat Halomoan yang seperti sedang menunggu dirinya.
Halomoan menatap Butet yang sedang di bonceng oleh Batra. Dengan cepat Butet memeluk pinggang Batra dengan mesra. Halomoan terdiam dan hanya menatap Butet dan Batra yang melintas di depan nya.
"Biar gak ganggu lagi dia, biar dikiranya aku becewek sama Bang Batra. Biar segan sikit dia. (Red- Biar gak ganggu lagi dia, biar di kiranya aku pacaran sama Bang Batra. Biar segan sedikit dia.)" Batin Butet.
Batra yang di peluk dari belakang oleh Butet tersenyum malu. Batra merasa canggung dan grogi.
Setelah melewati Halomoan, Butet pun melepaskan pelukan nya dari pinggang Batra. Mereka pun sampai di depan kost-kost-an. Butet turun dan membuka pagar rumah itu. Terlihat Batra yang tertunduk malu, tidak berani berbicara atau menatap mata Butet.
"Bang, makasih ya. Abang baek kali." Ucap Butet.
Batra mengangguk dan tersenyum tanpa membalas tatapan Butet.
"Aku kedalam dulu ya Bang." Ucap Butet.
Batra kembali mengangguk dan memarkirkan sepeda motornya. Batra langsung berjalan menuju pintu rumah nya dan masuk kedalam rumah.
Butet pun bingung melihat sikap Batra yang mendadak diam dengan nya.
"Ih, kenapa Bang Batra. Kok tiba-tiba bisu dia?" Gumam Butet.
"Apa jangan-jangan ku peluk pinggang nya tadi, jadi marah dia ya." Gumam Butet lagi.
"Tapi ya udah lah. Yang penting si Halomoan gak ganggu aku lagi. Geram aku nengok si Halomoan. Jijik kali pun. Ih..!" Butet bergidik waktu teringat saat Halomoan ngences di Bus.
"Hoeeeekkk!" Butet merasa mual. Lalu ia berjalan menuju paviliun.
Sri dan Cempaka yang sedang duduk di beranda memperhatikan Butet yang berjalan sambil bergidik dan sesekali hendak muntah.
"Kamu kenapa Butet? kamu hamil?" Tanya Cempaka dengan polos nya.
"Is..! Lantam kali mulut kau! Nuduh aku hamil pulak. Perawan aku ini. Ting ting pun! ( Red- Lantam- Pedas- nyelekit.)
"Lah terus kamu kenapa?" Tanya Cempaka lagi.
"Teringat sama aku, si Halomoan lah. Dia pernah ngences di baju ku, tau kelen? waktu di Bus dari Toba kesini. Aku satu Bus sama dia. dudok aku sebelahan sama dia. Tidur nya ngences, kenak baju ku. Bauk kali pun, kek b*ngke!" Terang Butet.
"Ojok ngunu Tet, nanti kamu jodoh sama Halomoan." Ucap Sri.
"Weee Sri! Jan sekali-kali kau doakan aku bejodoh sama berang-berang hutan ya!" Ucap Butet sambil melotot kepada Sri.
"Lah, terus koe mau berjodoh sama siapa toh Tet?" Tanya Sri.
"Sama Bang Rozi kalo bisa." Ucap Butet sambil tersenyum malu.
Cempaka menatap Butet. Lalu ia tersenyum dengan Ragu.
"Owalah Tet, pemilih kamu Tet." Celetuk Sri.
"Iyalah, aku sama Halomoan? seumur hidup aku gak bisa tidur. Buat peta dunia dia dimana-mana nanti sama ngences nya itu!" Ucap Butet sambil bergidik dan beranjak masuk kedalam paviliun.
Sri tertawa geli. Sedangkan Cempaka tampak terdiam.
"Koe knopo toh Cem?" Tanya Sri.
Cempaka hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
terimakasih buat author /Pray//Pray/
lihat kelakuan si Butet