Dinda Khoirunisa adalah gadis sederhana dan hidup di Panti Asuhan. Keberuntungan berpihak padanya. Atasan ditempatnya bekerja mengangkatnya menjadi adik angkatnya. Hingga nasib mempertemukan Dinda dengan Kades setempat.
" Kalau gitu kamu juga bisa panggil saya Dimas saja ya... Biar lebih akrab... " ucap Dimas.
" Kalau saya manggil Anda dengan nama saja kayaknya kesannya kurang sopan... Saya panggil Mas Dimas saja gimana...? Oya kenapa Bapak... Maksud saya kenapa Mas malam-malam berhenti dipinggir jalan seperti ini...." ucap Dinda.
Akankah Dinda bisa membuat hati sang Kepala Desa menjadi hangat..?
Akankah cinta Sang Kades berlabuh kepada Dinda..?
Yuk simak kisahnya... Dan jangan lupa minta dukungannya ya... Terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kisworowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Kini mereka mulai makan sarapannya. Selesai dengan sarapannya. Dinda beberes seperti biasanya. Selesai dengan kegiatannya Dinda pamit kepada Ibu Panti untuk segera berangkat bekerja.
Dinda melajukan kendaraannya dengan santai hingga tak terasa sudah sampai ditempat kerjanya. Dinda langsung berjalan menuju ruang absensi kehadiran karyawan. Dinda memasuki ruang kerjanya dan segera membersihkan ruang kerjanya.
" Perfect... Sekarang jadwalnya apa saja sich... " gumam Dinda.
Tak lama telepon di meja Dinda berbunyi. Dinda langsung mengangkatnya.
" Assalamualaikum... Selamat pagi... Dengan Dinda ada yang bisa saya bantu..." ucap Dinda ramah.
" Waalaikumsalam... Selamat pagi juga... Dinda tolong siapkan laporan bulanan untuk pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan bulan kemarin... Kalo sudah selesai bawa keruangan saya... " ucap Pak Galuh diseberang sana.
" Siap Pak laksanakan perintah... Ada lagi Pak...?" tanya Dinda lagi.
" Tidak ada Din... Terimakasih... Assalamualaikum... " ucap Pak Galuh seraya menutup teleponnya.
" Baik Pak... Sama-sama.. Waalaikumsalam.." ucap Dinda seraya meletakkan gagang teleponnya.
Kini Dinda fokus membuat laporan yang diminta oleh atasannya. Selesai dengan laporannya Dinda langsung bergegas menuju ruang atasannya. Dinda langsung mengetuk pintu atasannya. Tapi kali ini tidak ada jawaban dari dalam. Dinda kembali mengetuk hingga beberapakali. Akhirnya Dinda memberanikan diri untuk membuka pintu ruang atasannya.
Dinda mendekat kearah meja atasannya. Disana terlihat Pak Galuh yang sedang menundukkan kepalanya di meja kerjanya. Dinda memberanikan diri untuk menyapanya.
" Selamat Pagi.. Pak Galuh... Pak..." ucap Dinda seraya memegang bahu atasannya.
Dinda kembali membangunkan atasannya. Dan kali ini Pak Galuh merespon sapaan dari Dinda.
" Eeehhh... Ii...Iya Din... Maaf saya ketiduran jadi tidak tahu kalau kamu tadi memanggil saya..." ucap Pak Galuh seraya membenarkan bajunya yang agak kusut.
" Iya Pak.. Nggak papa.. Dinda mengerti mungkin Pak Galuh sedang kelelahan atau baru nggak enak badan.." ucap Dinda tersenyum ramah.
" Kamu bener Din... Beberapa hari ini kegiatan saya sangat padat jadi kurang istirahat... Dan tadi malam kepala saya sedikit pusing..." ucap Pak Galuh seraya memijat keningnya.
" Apa Pak Galuh perlu dipanggilkan Dokter kesini... Biar Dinda yang menghubunginya..." ucap Dinda seraya memperhatikan atasannya yang terlihat pucat.
" Nggak usah Din... Terimakasih sudah perhatian dengan saya... Saya cuma butuh istirahat saja... Tapi bolehkah saya minta tolong sama kamu sebentar saja... Tapi maaf sebelumnya ya Din..." ucap Pak Galuh merasa tidak enak hati.
" Pak Galuh mau minta tolong apa sama Dinda... ? Kalau memang bisa saya akan menolong Bapak..." ucap Dinda seraya menatap atasannya.
" Maaf ya Din... Apakah kamu bisa ngerikin leher saya.. Leher saya terasa berat dan kepalanya terasa pusing... Apakah kamu bisa membantu saya Din... " ucap Pak Galuh memohon.
" Baik Pak... Saya bisa... Tapi maaf sebelumnya kalau saya lancang menyentuh leher Bapak... Saya akan mengambil koin dan minyak sebentar..." ucap Dinda seraya menuju ke kotak obat.
" Iya Din... Kamu nggak lancang... Saya yang meminta maaf karena sudah meminta tolong kamu untuk ngeriki leher saya... " ucap Pak Galuh seraya membuka kancing kemeja yang atas agar Dinda mudah melakukan tugasnya.
" Maaf Pak... Bisakah Pak Galuh pindah posisi duduk di sofa.. Karena saya terhalang kursi kebesaran Pak Galuh ini..." ucap Dinda seraya tersenyum.
" Eeemmm... Baiklah.... Maaf Din saya nggak tahu..." ucap Pak Galuh tersenyum seraya berjalan menuju sofanya.
Pak kades kalah ro dinda...
🤦🤦
🤔🤔🤔