Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.
Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.
Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.
Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?
Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
"Bangun, Bang, mandilah. Setelah itu salat tahajud," perintah Fahira dengan lembut saat sudah duduk di tepi kasur.
"Kenapa kau tidak membangunkan aku? Jadi kan kita bisa salat berjamaah," sahut Zidan mengusap kepala istrinya dengan lembut.
"Abang tidurnya pulas sekali, aku pikir Abang masih lelah. Jadi, Aira salat dulu tanpa membangunkan Abang."
"Ya sudah tidak apa-apa, Abang mandi dulu kalau begitu. Kau mau temani Abang mandi?" tanya Zidan menggoda istrinya.
"Ish, Abang, sudah sana mandi! Aira mau beres-beres dulu,"
Fahira lalu beranjak melepas mukenah dan merapikan sajadahnya untuk sang suami yang akan melaksanakan salat setelah mandi. Sementara dia membereskan kasur dan menyiapkan pakaian ganti untuk Zidan.
Setelah semuanya siap, Fahira keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Dia ingin membuatkan sarapan spesial untuk suami tercintanya. Fahira dengan lihai memakai peralatan dapur dan memasak beberapa menu, sampai azan subuh berkumandang.
Tak berselang lama semua makanan telah siap di meja makan. Fahira lalu kembali masuk ke dalam kamarnya untuk melaksanakan salat subuh, dan barulah dia akan mengajak suami juga orang tuanya untuk sarapan bersama.
"Abang mau salat subuh?" tanya Fahira saat melihat suaminya berdiri di atas sajadah.
"Iya, mau salat berjamaah sama Abang sekalian?" balas Zidan balik bertanya.
"Iya, Bang, tunggu sebentar. Aira ambil wudu dulu ya?"
Zidan mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, Fahira bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu. Tak berselang lama, Fahira sudah siap memakai mukenahnya. Mereka pun akhirnya melaksanakan salat berjamaah.
~
Zidan dan Fahira juga kedua orang tua Fahira kini semua sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama. Fahira dengan telaten melayani Zidan dengan senyum yang selalu terlihat dari bibirnya.
"Abah, Umi, hari ini Zidan akan mengajak Fahira liburan untuk satu hari. Apa Abah dan Umi mau ikut?"
Zidan menawarkan kedua mertuanya untuk ikut jalan-jalan seharian. Karena Zidan juga sudah sangat lama tidak mengajak istrinya berlibur.
"Abah hari ini ada kajian di Pesantren kerabat Abah, dan Umi juga ada pengajian rutin di Pesantren. Kalian pergilah berdua. Abah dan Umi tidak akan mengganggu acara anak muda, bukan begitu Umi?" sahut Abah Syarif dengan nada bercanda.
"He he he he... Abah dan Umi bisa saja. Kalau begitu Abah sama Umi mau Zidan bawakan apa?" tanya Zidan lagi sembari menyuap nasi ke dalam mulutnya.
"Abah sama Umi tidak mau apa-apa, cukup bawakan Abah sama Umi cucu saja,"
"Uhuk... Uhuk... Uhuk..."
Zidan tersedak dan terbatuk saat mendengar jawaban Abah Syarif padanya. Fahira yang melihat suaminya tersedak segera mengambilkan minum untuknya.
"Yang pelan kalau makan, Nak Zidan, tidak ada yang mau mengambil makananmu,"
Zidan tersenyum masam setelah menenggak air putih yang sudah masuk ke dalam tenggorokannya. Abah Syarif yang melihat Zidan sedikit gugup hanya menepuk bahu Zidan agar sedikit lebih tenang.
Kini suasana menjadi hening setelah mendengar kata 'cucu' dari Abah Syarif. Ya, semua orang tua memang mengharapkan seorang cucu dari anak menantunya jika sudah menikah. Tapi karena Allah belum juga memberikan, mereka bisa apa.
~
Kini Zidan dan Fahira sedang dalam perjalanan menuju pantai. Fahira juga sudah membawa bekal makan siang dan beberapa camilan juga buah untuk bersantai di siang bersama suaminya. Sepanjang perjalanan, Fahira merasa sangat senang. Semenjak dia tinggal di Pesantren untuk sementara waktu, dia menjadi lebih sehat, damai, dan tidak menahan beban yang terlihat di wajahnya.
Satu jam keduanya melakukan perjalanan menuju pantai, akhirnya sampai juga. Fahira langsung membuka pintu mobil dan berlari menuju tepi pantai setelah Zidan menepikan mobilnya.
"Yeeeey... Waah, Masyaallah... Pantainya indah sekali?" ucap Fahira menatap kagum pada pantai di hadapannya.
"Abaaaang... Kemarilah... Ceeepaaat..." Fahira berteriak kegirangan memanggil Zidan untuk segera menghampirinya.
Zidan yang melihat itu tersenyum lebar. Dia merasa senang saat istrinya sebahagia itu, meski hanya dibawa ke pantai. Zidan yang sudah mendekat, tangannya segera ditarik oleh Fahira dan mengajaknya berlari bermain air laut di sana. Untungnya Fahira membawa baju ganti untuk dirinya dan juga Zidan, jika nanti bermain air bisa mengganti pakaiannya yang baru.
"Abang, aku senang sekali. Makasih, ya, Abang sudah mau mengajakku berlibur,"
Fahira memeluk suaminya dengan begitu erat karena saking bahagianya. Zidan yang melihat istrinya sebahagia itu hanya bisa tersenyum dan mengusap kepala Fahira lalu mengecupnya.
"Abang senang jika kau bahagia, Sayang. Sekarang kita mau ke mana? Mau ke warung atau tidak? Kita minum air kelapa,"
Zidan menunjuk ke sebuah warung di ujung yang tersedia air kelapa muda untuk sekadar duduk bersantai sambil mengobrol.
"Mau, Bang. Aira juga mau bakso. Di sana ada bakso juga kan?" sahut Fahira masih sangat antusias.
"Ada, ya sudah ayo kita ke sana,"
Zidan lalu menggandeng tangan Fahira berjalan berdampingan menuju warung di pantai. Keduanya duduk dan memesan sesuai dengan keinginannya. Setelah pesanan sampai, mereka berdua makan sambil sesekali bercanda dan saling menyuapi makanan masing-masing.
...----------------...
Bersambung....
tapi sayangnya semua sudah di lihat Fahira
dan Fahira inilah resikonya mau di madu pasti sakit dan sangat sakit
dan ku harap kamu sedikit tehas ke ubu mertuamu jangan terlalu lemah dan psrah gotu aja
udah ngehadapin dua istri
tiba di rumah ibumu udah ngadepin ibu dan adikmu juga nikmati hidupmu ya zidan pasti bnyk drama nya
gak di madu hati dan pisik sakit
di madu malah tambah sakit