NovelToon NovelToon
Rumah Hantu Batavia

Rumah Hantu Batavia

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri
Popularitas:784
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Dion hanya ingin menuntaskan misinya di Rumah Hantu Batavia, tapi malam pertamanya di penginapan tua itu berubah menjadi teror yang nyata. Keranda tua terparkir di depan pintu, suara langkah basah menggema di lorong, keran bocor, pintu bergetar, dan bayangan aneh mengintai dari balik celah.

Saat ponselnya akhirnya tersambung, suara pemilik penginapan tidak kunjung menjawab, hanya dengkuran berat dan derit pintu yang menyeret ketakutan lebih dalam. Sebuah pesan misterius muncul, “Hantu-hantu yang terbangun oleh panggilan tengah malam, mereka telah menemukanmu.”

Kini Dion hanya bisa bersembunyi, menggenggam golok dan menahan napas, sementara langkah-langkah menyeramkan mendekat dan suara berat itu memanggil namanya.

”Dion...”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan Hantu

“Melawan racun dengan racun? Apa kalian mengira kami semudah itu diperdaya?”

“Bro, berikan saja aku uang untuk memperbaiki layar ponsel, dan aku akan pergi.”

“Apakah kamu pikir masalah ini bisa diselesaikan dengan tiket diskon? Sama sekali tidak!”

Beberapa menit perdebatan berlangsung tanpa hasil, tidak seorang pun dari kerumunan menunjukkan keberanian untuk memasuki Rumah Hantu Batavia. Mereka berdiri teguh di depan gerbang, seolah pintu masuk itu adalah kawasan yang dipenuhi ranjau. Rasa takut mereka begitu kentara hingga Dion, sang pemilik hanya bisa menghela napas. “Tidak ada yang berani mencoba masuk? Rumah hantuku bahkan tidak menakutkan. Jika kalian tidak percaya, silakan periksa ulasan di internet,” ucapnya.

Ucapannya membuat beberapa orang benar-benar mengecek ulasan daring.

“Benar, semua ulasan mengatakan tempat ini tidak terlalu menakutkan.”

“Satu-satunya hal yang baik tentangnya, mereka mempekerjakan seorang wanita cantik yang menjadi hantu.”

“Kalau begitu, haruskah kita mencobanya?”

Penantian panjang kembali berlangsung, hingga akhirnya seorang pemuda melangkah maju dengan sikap menantang. “Dasar segerombolan penakut, ini hanya Rumah Hantu, seberapa menakutkannya? Aku sudah melihat banyak mayat manusia sepanjang hidupku, apa kalian pikir aku akan gentar menghadapi ini?”

Pemuda itu beralis tebal, berambut cepak, dan penampilannya biasa saja.

“Bro, jangan bercanda. Bahkan dalam menggertak pun ada batasnya.”

“Kamu umur berapa? Apakah kamu ingin kami percaya bahwa kamu benar-benar pernah melihat mayat manusia?”

“Kami semua penakut di sini, jadi untuk apa berbohong?”

Ketika suara-suara ejekan semakin ramai, sebuah suara lembut namun tegas memotong kekacauan itu. “Dia tidak berbohong, menghadapi mayat manusia adalah pekerjaan sehari-hari bagi orang-orang seperti kami.”

Kerumunan serentak menoleh, dari arah pintu masuk, tampak seorang wanita tinggi dan ramping, mengenakan gaun putih dan topi lebar. Wajahnya dingin, dan kehadirannya seolah membawa hawa sejuk yang membuat udara di sekitarnya menurun beberapa derajat.

“Senior!” seru pemuda itu. Ia melangkah cepat seperti kelinci hendak membantu membawakan tas wanita tersebut, tetapi langkahnya terhenti ketika mendapat tatapan dingin darinya. Ia berdiri kaku, dengan senyum canggung, dan tetap berusaha sopan.

“Tunggu, kamu memanggilnya senior? Apakah kalian berdua mahasiswa?” tanya Dion, kini tertarik pada mereka.

“Kami mahasiswa Kedokteran Forensik dari Universitas Kedokteran Jakarta. Namaku Julian, dan ini seniorku, Tiara,” jawab pemuda itu sambil tersenyum. “Video yang kamu unggah tadi malam tersebar di forum kampus kami, lalu seniorku memutuskan untuk datang ke sini setelah menontonnya.”

“Wanita cantik yang bersikap dingin itu dokter forensik?” bisik seseorang di kerumunan.

“Wajar saja, penampilannya sangat cocok dengan profesinya.”

“Nona, bagaimana kalau kita berteman…”

Beberapa pria mulai mengerumuni Tiara, namun Julian bertindak sebagai pelindungnya. Ia tersenyum tipis sambil berkata, “Sepertinya kalian belum memahami siapa yang sedang kalian dekati. Pagi tadi saja, seniorku memotong beberapa katak dan tikus, lalu dengan santai pergi ke kantin untuk makan daging rebus tanpa terpengaruh sama sekali. Saat melewati laboratorium pada larut malam dan melihat deretan mayat yang diawetkan dalam formalin, ia hanya menguap dan menyapanya dengan baik. Dengarkan saranku, pertimbangkan baik-baik. Jumlah pria yang pernah ia operasi mungkin lebih banyak dibandingkan jumlah gadis yang pernah memegang tangan kalian.”

Perkenalan unik ini berhasil memberi efek yang diharapkan, dalam sekejap, lingkaran kosong selebar dua meter tercipta di sekitar Tiara.

Dion mengusap pelipisnya, merasakan peningkatan rasa lelah. Setelah bersusah payah menyelesaikan Misi Sulit dan menerima hadiah, penantang pertama yang datang untuk mencoba Rumah Hantu barunya justru sepasang mahasiswa forensik. Tentu saja, profesi yang memiliki ambang rasa takut mereka lebih tinggi dari kebanyakan orang.

“Bolehkah kita masuk sekarang?” tanya Tiara sambil melangkah maju. Tinggi tubuhnya membuatnya hampir sejajar dengan Dion, apalagi dengan sepatu hak yang ia kenakan.

“Harga tiket asli adalah dua puluh ribu rupiah, dengan diskon lima puluh persen, menjadi sepuluh ribu. Namun sebelum masuk, izinkan aku menjelaskan latar belakang Rumah Hantu ini serta peringatannya,” ujar Dion, mengingat saran yang didapat dari tablet hitam. Salah satu dari tiga elemen terpenting Rumah Hantu adalah alur cerita dan latar yang jelas, agar pengunjung dapat terbawa suasana.

“Pertama-tama, izinkan aku memperkenalkan latar belakang tempat ini. Meskipun banyak ulasan daring menyatakan bahwa Rumah Hantuku tidak menakutkan, sebagai pemilik yang bertanggung jawab merasa perlu mengungkapkan beberapa fakta penting. Tanah yang sedang kita pijak dulunya adalah lokasi kuburan massal terbesar di Jakarta, sekitar lima puluh tahun yang lalu. Kemudian tiga puluh tahun silam seiring perencanaan kota, area tersebut diratakan dan dibangunlah Rumah Sakit Kota Jakarta. Peristiwa yang terjadi setelah itu dapat dengan mudah kalian temukan di internet. Rumah sakit tersebut akhirnya ditutup karena sering terjadi insiden-insiden misterius yang tidak dapat dijelaskan secara logis. Bangunan Rumah Hantu ini adalah rekonstruksi dari rumah sakit yang bernasib malang tersebut, dan hingga kini masih menyimpan banyak rahasia kelam.”

Selesai memberikan penjelasan, Dion menunjuk pada sebuah papan peringatan di samping pintu masuk utama. “Tidak diizinkan masuk bagi pengunjung dengan penyakit jantung atau gangguan pembuluh darah. Pengunjung berusia di atas dua belas tahun dan di bawah enam belas tahun wajib didampingi orang tua atau wali. Jika tidak ada pertanyaan, silakan ikuti aku.”

Ia lalu menarik tirai berat berwarna hitam, menutup gerbang besi yang berkarat, dan memimpin Julian serta Tiara memasuki lorong gelap yang sunyi.

“Konon, karena tidak dapat berbagi ruangan yang sama semasa hidup, mereka akhirnya berbagi liang kubur dalam kematian. Itulah kisah yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,” Dion mulai bercerita dengan nada berat.

“Nyi Roro ingin mengadakan sebuah Pernikahan Hantu untuk putranya yang meninggal terlalu muda. Ia memanggil seorang peramal untuk membaca garis kehidupan dan keberuntungan sang anak, lalu memilih seorang gadis yang dianggap cocok untuk menemaninya di alam baka. Namun, gadis itu telah memiliki kekasih hati. Demi memaksanya tunduk, Nyi Roro membunuh kekasih sang gadis dengan mendorongnya ke danau, kemudian mengancam nyawa kedua orang tuanya. Pada akhirnya, demi menyelamatkan orang tuanya, gadis itu bersedia menikahi seorang pria yang telah meninggal.

“Upacara berlangsung dengan lilin merah dan putih berdiri berdampingan, menyatukan pernikahan dan kematian dalam satu momen. Gadis itu dikurung dalam keranda dan dikubur hidup-hidup. Sejak saat itu, berbagai kejadian aneh mulai menimpa keluarga Nyi Roro. Patung-patung kuntilanak mengeluarkan darah, boneka kertas yang dibakar bagi arwah ditemukan berkedip, dan setiap tengah malam sesosok wanita tampak berjalan di lorong-lorong rumah.”

Dion menatap kedua tamunya, “Skenario yang akan kalian jalani kali ini berjudul Pernikahan Hantu. Area ini sepenuhnya terbuka, kalian bebas bergerak ke mana saja, namun harus menemukan pintu keluar yang benar dalam waktu kurang dari lima belas menit. Jika ingin menyerah, berdirilah di bawah salah satu kamera yang terpasang dan berteriak meminta tolong. Aku akan segera menjemput kalian.” Ia berhenti di depan pintu masuk lantai dua, lalu membungkuk tipis. “Selamat mencoba.”

“Itu terdengar menarik, tetapi jika mengira itu cukup untuk membuatku takut, kamu keliru,” gumam Julian sambil bersembunyi di balik sosok seniornya. Meski bibirnya mengatakan tidak takut, kakinya tampak enggan bergerak.

Tiara sebaliknya, melangkah tenang tanpa sepatah kata pun.

“Senior, tunggu aku!” seru Julian akhirnya, mengikuti dari belakang.

Begitu keduanya menghilang di dalam, Dion mengunci pintu masuk utama, kemudian memanggil salah satu karyawan paruh waktunya. “Dinda, tamu kita sudah masuk, jadi bersiaplah. Jangan lupa gunakan earpiece Bluetooth dan dengarkan instruksiku.”

Usai memberikan arahan, Dion kembali ke ruang kontrol utama. Ruangan kecil itu dipenuhi monitor yang menampilkan sudut-sudut berbeda dari dalam Rumah Hantu, serta panel kendali untuk mengatur seluruh properti.

“Aku sebenarnya tidak berencana memutar musik ini begitu cepat, karena nadanya terlalu kelam. Tetapi mengingat mereka bukan pengunjung biasa, aku tidak punya pilihan lain,” ujarnya sambil menyalakan sistem audio. Lagu Malam Jumat Kelabu pun menggema, diputar berulang-ulang untuk menambah suasana mencekam.

Dengan semua persiapan selesai, Dion duduk di kursi kontrol, matanya awas mengamati gerak-gerik Julian dan Tiara. Jika terjadi sesuatu yang di luar dugaan, ia siap untuk segera masuk dan menolong mereka.

1
Gita
Membuat penasaran dan menegangkan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!