Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikut. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Bukankah kalian sudah janji, kalau yang kalah akan mundur dan tidak menggangu kami lagi?" tanya Indah.
"Huh, janji? Kalian orang-orang bodoh yang percaya dengan janji kosong," jawab Ryan.
Raihan yang tadi hendak masuk ke dalam pun kembali keluar. Melihat Indah ikut Alaric menghadapi mereka, Raihan pun ingin menjadi pahlawan untuk Indah.
"Kalau kalian berani maju lawan aku!" tantang Raihan sambil menepuk dadanya.
"Hah, kak Raihan tidak bisa apa-apa," bisik Indah pada Alaric.
"Biarkan saja, semangatnya lebih kuat. Sepertinya dia menyukai mu," balas Alaric berbisik pula.
"Tapi aku nggak, aku hanya anggap dia kakak saja," ujar Indah.
Dua orang anak didik Resky pun maju. Keduanya langsung menyerang Raihan. Raihan yang sok jago pun mendapat bogem mentah dari kedua orang itu.
"Kan, aku bilang juga apa?" Indah menoel lengan Alaric.
Sebelum wajah Raihan bonyok karena pukulan. Alaric pun membantunya dengan menendang kedua orang itu hingga terpental jatuh.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Alaric sambil memegang tangan Raihan hendak membantunya berdiri.
"Jangan sok baik!" Raihan menepis tangan Alaric. Alaric kemudian membiarkan nya saja Raihan berusaha sendiri untuk bangkit.
"Kalian datang kemari hanya untuk mencari gara-gara. Sebenarnya apa mau kalian?" tanya Alaric.
"Kami akan berhenti jika kamu menjadi anak didik ku," jawab Resky.
Alaric menegaskan jika dirinya tidak akan mau menerima tawaran itu. Ia pembalap profesional, mana mungkin mau menjadi anak didik Resky yang kemampuan nya jauh di bawah Alaric.
Sementara Indah meminta Raihan untuk masuk ke dalam. Apalagi wajah Raihan sudah terlihat membiru dan sudut bibirnya berdarah.
Dedi segera mengompres wajah Raihan agar tidak terlalu parah. Raihan pun meringis kesakitan.
Indah dan Alaric pun mulai bersiap-siap untuk melawan mereka. Alaric dan Indah saling pandang kemudian keduanya mengangguk.
Saat mereka sudah dekat. Alaric segera mengangkat tubuh Indah. Indah yang mengerti pun mengayunkan kakinya hingga mengenai mereka.
Beberapa orang terlempar ke aspal. Baru setelah itu Alaric menurunkan Indah. Resky dan Ryan melongo sejenak.
Hingga suara sirine mobil polisi pun terdengar. Resky dan Ryan saling pandang, mereka tidak menyangka jika polisi akan datang.
"Sial, ternyata mereka menghubungi polisi," umpat Resky.
Mereka ingin kabur, tetapi sudah tidak sempat. Mobil polisi sudah datang duluan sebelum mereka sempat masuk ke dalam mobil.
"Tangkap mereka Pak, mereka membuat onar di sini," kata Dedi yang segera keluar setelah mendengar suara sirine mobil polisi.
Polisi pun segera menangkap mereka, termasuk Resky dan Ryan. Resky memberontak karena merasa tidak melakukan kesalahan.
Namun, tanpa sepengetahuan Dedi, Alaric sudah mengirimkan bukti-bukti kejahatan Resky di masa lalu.
"Sialan kau Dedi! Ternyata kau menjebak ku!" Resky marah dan merasa ditipu. Namun Dedi terlihat tenang dan akan ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.
"Bang Al hebat," puji Indah. Raihan terlihat tidak senang melihat kedekatan Indah dan Alaric.
"Baiklah, karena semuanya sudah selesai, aku akan segera kembali," kata Alaric.
"Bang, terima kasih topinya. Mr.A itu idolaku loh. Andai saja aku bisa bertemu dengannya, mungkin aku orang yang paling bahagia," kata Indah.
Alaric hanya tersenyum tipis. Ia pun masuk ke dalam mobil. Dedi juga mengucapkan terima kasih kepada Alaric karena sudah membantunya.
Alaric pun mengangguk dan menjalankan mobilnya melaju di jalanan. Dalam sekejap mobil Alaric sudah tidak terlihat lagi.
Indah memeluk topi pemberian Alaric. Ia membayangkan jika Alaric menjadi pacarnya, sudah pasti dia akan senang.
"Ndah, bisa kita bicara?" tanya Raihan. Indah seketika kesal karena lamunannya pudar.
"Bicara saja Kak, biasanya juga langsung bicara tanpa bertanya atau meminta izin," jawab Indah.
"Aku menyukaimu dan itu sejak dulu," kata Raihan terus terang.
Indah spontan menoleh ke Raihan, karena dia tadi sibuk memandangi topi pemberian Alaric.
"Maaf Kak, sejak dulu aku hanya menganggap Kak Raihan sebagai kakakku. Aku tidak punya perasaan lebih ke kakak," ungkap Indah jujur.
Indah bicara jujur karena tidak ingin memberi harapan kepada Raihan. Menurutnya, lebih baik menyakiti sekarang daripada nanti.
"Apa karena pemuda itu?" tanya Raihan.
"Jangan libatkan dia Kak. Karena, biarpun tidak ada dia, aku tidak bisa menerima Kak Raihan," jawab Indah.
Dedi dan pekerja yang lain mendengar pengakuan Raihan dan penolakan Indah. Mereka hanya terdiam karena itu bukan masalah mereka dan tidak ingin ikut campur.
Indah berpindah tempat, dia ke pantry untuk membuat minuman untuknya. Dedi pun menghampiri Indah dan memintanya untuk ke ruangannya.
Indah mengangguk mengiyakan. Kemudian menawarkan minuman untuk ayahnya. Dedi menggeleng dan segera pergi dari situ.
Tidak berapa lama Indah masuk ke dalam ruangan ayahnya. Indah duduk berhadapan dengan Dedi.
"Ada apa Ayah?" tanya Indah.
"Ayah sudah mendengar semuanya. Dulu kamu dekat dengannya, Ayah pikir kamu juga menyukai Raihan," jawab Dedi.
"Dekat bukan berarti cinta, Ayah. Sejak dulu memang aku tidak memiliki perasaan lebih dengannya," ungkap Indah.
Dedi mengangguk. Kemudian ia menanyakan tentang Alaric. Indah seketika tersipu. Walaupun Indah menyangkal, tapi Dedi tahu kalau putrinya menyukai pemuda itu.
"Tapi aku tidak boleh terlalu berharap, Ayah. Akan sakit kalau menyukai orang secara sepihak," kata Indah.
Dedi hanya tersenyum lalu pindah duduk di samping putrinya. Dedi mengelus kepala putrinya dengan lembut.
Dedi mengatakan, sebagai seorang perempuan harus menjaga harga diri. Indah pun mengangguk, dia walaupun terlihat agak genit, namun dia juga sulit untuk di dekati.
Sementara Alaric sudah tiba di salon mobil tempatnya bekerja. Setelah memarkirkan mobil, Alaric langsung menemui Miranda dan menyerahkan kunci mobil.
"Terima kasih boss," ucap Alaric. Kemudian ia pun pamit pulang.
"Hei kamu! Kamu pikir ini salon nenek moyang mu? Seenaknya saja datang dan pergi begitu saja!" Heri marah kepada Alaric.
"Maaf, salon mobil ini juga bukan punya nenek moyang mu, kan? Jadi jangan sok kuasa," ujar Alaric dengan nada dingin.
"Ehem. Ada apa ini?" tanya Miranda.
"Boss. Dia ...."
"Saya yang suruh. Ada masalah?" potong Miranda.
"T-tidak boss, tidak," jawab Heri.
Alaric pun pergi begitu saja, karena Miranda sudah membela nya. Miranda memperingatkan kepada Heri untuk tidak semena-mena terhadap rekan kerja. Heri pun menunduk dan mengangguk patah-patah.
Miranda juga mengancam nya dan akan memecatnya jika Heri masih semena-mena. Kemudian ponsel Miranda pun berdering.
"Assalamualaikum Dedi. Ada apa?"
"Waalaikumsalam. Ada informasi penting, Resky sudah di tangkap polisi sekarang. Dan itu semua berkat Alaric."
"Ah iya, aku lupa mengucapkan terima kasih kepadanya. Sudah dulu ya, assalamualaikum."
Miranda langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban salam dari Dedi. Miranda pun berjalan cepat ke parkiran untuk menyusul Alaric.
Namun, Miranda terlambat. Alaric sudah pergi dari situ, terbukti motornya sudah tidak ada lagi.
Miranda masuk ke dalam mobil dan melihat bensin mobilnya sudah terisi penuh. Miranda tersenyum, karena ternyata Alaric sangat tahu diri kalau memakai barang orang lain.