NovelToon NovelToon
Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Jebakan Satu Malam Bersama CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita / Bad Boy / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yourhendr

Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu menguras Emosi

‎Liora tak tenang. Hatinya selalu saja gelisah sepanjang dirinya membuatkan laporan yang nanti akan dia berikan pada Felix. Jika biasanya, Liora mampu mengerjakan pekerjaan dengan cepat kali ini berbeda. Entah hal apa yang mengusik ketenangan Liora. Tak mungkin dirinya tak tenang saat Felix kedatangan tamu wanita cantik. Memangnya apa hubungannya dengan pria itu?

‎Shit! Liora mengumpat dalam hati merutuki kebodohannya. Dia yakin otaknya pasti sedang mengalami gangguan. Liora nampak mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Liora tak akan membiarkan dirinya terjebak dalam sebuah kebodohan lagi.

‎Dering ponsel berbunyi. Refleks, Liora mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang ada di atas meja. Wanita itu awalnya ingin mengabaikan, tapi entah kenapa malah hatinya terdorong untuk melihat siapa yang menghubunginya. Pun Liora khawatir kalau yang menghubunginya itu adalah salah satu klien pentingnya.

‎Liora mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor asing menghubunginya. Tampak kening Liora mengerut saat nomor asing menghubunginya. Nomor yang sama sekali Liora tak kenali.

‎Liora sempat berpikir sebentar, mencoba mengenali nomor asing yang menghubunginya itu, tapi karena ingatan tentang nomor asing itu tak kunjung muncul, akhirnya Liora memutuskan untuk menjawab panggilan telepon itu.

‎“Hallo?” jawab Liora ketika panggilan telepon terhubung.

‎Hening... tidak ada respons apa pun.

‎“Hallo? Maaf, ini siapa?” ujar Liora bertanya lagi.

‎Kembali hening...

‎Kening Liora mengerut. “Hallo—”

‎Tutt... tutt...

‎Panggilan terputus secara sepihak. Raut wajah Liora semakin bingung saat orang yang menghubunginya malah memutus panggilan secara sepihak. Liora memutuskan untuk menghubungi nomor itu.

‎Namun, sayangnya saat Liora menghubungi nomor itu, malah tak aktif. Padahal baru saja panggilan telepon tertutup. Liora tak mau ambil pusing. Wanita itu memutuskan untuk meletakan ponselnya ke tempat semula.

‎“Mungkin salah sambung,” gumam Liora menduga. Kalau benar orang yang memiliki nomor asing itu menghubunginya, maka pasti akan bicara padanya, bukan malah diam saja seperti bisu.

‎Liora kembali melanjutkan membuat laporan. Beruntung, tadi dirinya sempat fokus dan bisa menyelesaikan cepat. Walau ada hambatan di awal yang membuatnya tak fokus, tapi sekarang terbukti Liora tetap mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sejak dulu, Liora selalu bersikap profesional.

‎---

‎Felix melumat bibir Catalina dengan liar dan agresif. Tangan kokoh pria itu menjamah gundukan kembar di dada wanita itu. Ya, hari itu Catalina memakai pakaian seksi dan terbuka, membuat tangan Felix tak bisa hanya diam akan keindahan yang ada di hadapannya.

‎“Aku merindukanmu. Aku datang pagi ini demi dirimu, Felix.” Catalina berbisik sensual. Wanita itu duduk di pangkuan Felix, bergerak-gerak sengaja menggoda kejantanan Felix agar terangsang.

‎Felix melepaskan pagutan bibir Catalina. Tampak senyuman samar di wajah pria itu terlukis. Tepat saat dirinya melepaskan ciumannya, benaknya memikirkan ciumannya dengan Liora.

‎Bibir Liora begitu manis seperti permen. Berbeda dengan bibir Catalina.

‎“Felix, kau merindukanku juga, ’kan?” bisik Catalina seraya membusungkan dadanya, sengaja meminta Felix terus menyentuh dadanya. Wanita itu menginginkan lebih, bukan hanya sekadar sentuhan luar. Namun, dia ingin Felix berada di dalamnya.

‎Felix kembali melumat bibir Catalina, tanpa sama sekali menjawab ucapan wanita itu, tetapi tiba-tiba...

‎Ceklek!

‎“Felix—” Liora langsung masuk ke dalam ruang kerja Felix, tanpa mengetuk pintu. Tampak mata Liora terbelalak terkejut melihat Felix bercumbu dengan wanita yang dia lihat tadi pagi. Sungguh, Liora tak mengira kalau wanita itu masih ada di ruang kerja Felix.

‎Raut wajah Liora memucat. Wanita itu merutuki kebodohannya yang tak mengetuk pintu dulu. Kalau sudah seperti ini, maka yang ada kecanggungan. Seperti saat ini, Liora bingung bagaimana harus bersikap. Perasaan yang dialaminya begitu campur aduk dan sulit teratasi.

‎“M-maaf, Tuan Dawson. M-maaf sudah mengganggu Anda.” Liora menundukkan kepalanya, tak berani menatap Felix. Nada bicara Liora begitu formal, seakan memasang dinding pembatas tinggi.

‎Catalina terpancing emosi, karena merasa terganggu oleh Liora. Wanita itu bangkit berdiri seraya bertolak pinggang dan menatap tajam Liora. “Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu, Bodoh! Kau mengganggu kami!” serunya dengan nada kesal.

‎“Maaf, Nona. Saya pikir Anda sudah pulang. Maaf saya tidak tahu Anda masih bersama dengan Tuan Dawson,” ucap Liora yang memilih untuk meminta maaf. Ini adalah salahnya. Tidak ada cara lain, selain meminta maaf atas kebodohan yang telah dilakukannya.

‎“Sekalipun aku sudah pulang, harusnya kau tidak bisa langsung masuk saja ke ruang kerja Felix. Kau pikir siapa dirimu, hah! Kau ini hanya karyawan rendahan! Ingat sopan santun mu!” bentak Catalina yang semakin emosi.

‎“Catalina, jaga bicaramu. Kau sudah keterlaluan! Kenapa kau menghina Liora?!” Emosi Felix pun terpancing saat Catalina merendahkan Liora. Felix nampak tak terima saat Catalina merendahkan Liora. Kilat mata pria itu bahkan begitu tajam, layaknya ingin murka.

‎Catalina menatap Felix dengan tatapan penuh kecewa mendalam. “Kau membela dia daripada aku, Felix? Harusnya kau marah padanya, bukan marah padaku. Dia mengganggu kita, Felix.”

‎Felix mengatur napasnya dan memejamkan mata singkat. “Lebih baik kau pergi. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.” Felix mengusir Catalina untuk pergi.

‎Mata Catalina melebar tak percaya dengan apa yang Felix katakan. “K-kau memintaku pergi?” ucapnya pelan dan lemah.

‎​“Ya, silahkan kau pergi. Aku banyak sekali pekerjaan,” jawab Felix menekankan, dan penuh ketegasan di sana.

‎​“Felix—”

‎​“Catalina! Apa kau tuli?! Aku bilang pergi dari sini!” seru Felix dengan nada tinggi. Emosinya terbakar dan menyulut saat Catalina bersikap keras kepala.

‎​Catalina marah saat Felix mengusirnya. Wanita itu langsung menyambar tasnya, dan berjalan cepat meninggalkan ruang kerja Felix, tapi tepat saat Catalina tiba di depan Liora, dia menabrak bahu Liora dengan sedikit keras—lalu melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

‎​Liora sedikit merintih bercampur dengan umpatan saat Catalina menabrak bahunya. Aura wajah Liora pun tersirat emosi dan amarah tertahan. Tetapi wanita itu berusaha mengendalikan diri agar tak meledakan amarahnya.

‎​“Tuan Dawson, ini laporan yang kau minta. Maaf sudah mengganggumu. Jika ada hal seputar laporan yang ingin kau tanyakan, kau bisa mencari ku.” Liora meletakkan dokumen yang sudah dia bawa ke atas meja, lalu hendak pergi meninggalkan ruang kerja Felix, tapi baru saja satu langkah Liora berjalan, Felix langsung menarik tangan wanita itu dan melumat bibirnya dengan begitu agresif seakan meluapkan kerinduan yang tak bisa tertahankan.

‎​“HMMMPTTT!” Liora memukuli dada bidang Felix sekuat tenaga, tapi alih-alih terlepas malah Felix semakin menarik tengkuk leher Liora, dan memperdalam ciumannya itu.

‎​Liora lelah. Wanita itu tak memiliki tenaga untuk melawan. Sekeras apa pun Liora berontak tetap tak memiliki energi untuk lepas dari jerat pria sialan itu.

‎ Akhirnya, yang dilakukan Liora hanyalah pasrah.

‎​Tanpa sadar, Liora memejamkan matanya seolah menikmati ciuman Felix.

‎Tampak Felix tersenyum samar saat Liora sudah tak lagi berontak. Meskipun tak membalas ciumannya, tapi Felix sama sekali tidak peduli. Pria itu terus mengulum bibir atas dan bawah Liora bergantian. Manisnya bibir Liora membuat kewarasan di otak Felix lenyap.

‎​Felix melepaskan ciuman itu. Lalu, Liora membuka mata saat pagutan mereka terlepas. Detik itu juga, Liora melayangkan satu tamparan di wajah Felix.

‎​Plakkkk

‎​“Setelah mau bercumbu dengan wanita lain, sekarang kau malah memaksa mencium ku, Felix Dawson?! Begini caramu memperlakukan seorang wanita?! Kau benar-benar brengsek!” bentak Liora dengan nada keras, lalu dia berlari pergi meninggalkan ruang kerja Felix tanpa mau mendengar ucapan Felix.

‎​Felix bergeming di tempatnya, menatap Liora yang mulai lenyap dari pandangannya. Pria itu mengusap sedikit pipi kanannya yang ditampar oleh Liora.

‎Felix belum mengejar, hanya melukiskan senyuman samar di wajahnya melihat kemarahan Liora.

‎"Liora? Ada apa?" Rose terkejut melihat mata Liora memerah nyaris mengeluarkan air mata. Dia panik karena mencemaskan keadaan temannya.

‎"Rose, aku sedang kurang enak badan. Aku harus pulang." Liora mengambil tas dan ponselnya yang ada di atas meja, lalu pergi meninggalkan Rose begitu saja.

‎Rose mengerutkan keningnya menatap bingung Liora yang pergi meninggalkannya. Rose ingin mencegah, tapi dia melihat kalau Liora sedang tak ingin diganggu. Rose pun akhirnya memilih untuk mengerti. Tidak ingin mengganggu.

‎Rose berbalik, dan akan menuju ke ruang kerjanya, tapi saat dia baru saja melangkah; langkahnya harus terhenti karena berpapasan dengan Felix. Refleks, Rose menundukkan kepalanya sopan di hadapan Felix.

‎"Tuan Dawson," sapa Rose sopan.

‎"Di mana Liora?" tanya Felix langsung tanpa basa-basi.

‎"Hm, Liora sudah pulang duluan, Tuan. Dia tadi bilang sedang kurang enak badan," jawab Rose memberi tahu.

‎Felix terdiam sebentar. Apa dugaannya adalah benar. Pria itu sudah yakin kalau Liora akan pulang setelah apa yang terjadi tadi.

‎"Maaf, Tuan. Apa ada pekerjaan yang ingin Anda tanyakan pada Liora? Jika iya, biar saya saja yang mengerjakannya, Tuan," ujar Rose sopan.

‎Felix menggeleng. "Tidak, semua pekerjaan Liora sudah selesai. Aku hanya menanyakan keberadaan Liora saja. Kau boleh kembali bekerja."

‎"Baik, Tuan. Saya permisi." Rose menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Felix.

‎Felix tersenyum samar. Lalu, pria itu melangkah meninggalkan tempatnya menuju ke lift seraya merogoh kunci mobilnya. Ya, dante akan pergi menemui seseorang yang harus dia temui.

‎Di sisi lain, Liora yang baru saja tiba di apartemennya memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Wanita itu menangis karena sakit dipermainkan oleh Felix. Luka patah hatinya belum benar-benar sembuh, tapi Felix sudah membuat luka baru di hatinya. Pria itu memang benar-benar brengsek.

‎Liora membenci takdir mempertemukannya dengan Felix Dawson. Liora ingin pergi sejauh mungkin, menghindari pria brengsek itu, tapi apa yang akan dia lakukan jika meninggalkan kota ini?

‎"Jadi ini yang kau lakukan jika kau bersedih, Liora? Mengurung diri, dan menghindari masalah." Suara berat bersumber dari ambang pintu kamar.

‎ Sontak, Liora mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

‎"K-kau? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Mata Liora melebar terkejut melihat Felix berada di ambang pintu kamarnya. Liora sama sekali tak mendengar kalau ada yang membunyikan bell apartemennya.

‎Felix mendekat. "Aku tahu password apartemen mu."

‎Liora terkejut. "Bagaimana kau bisa tahu password apartemenku? Aku sama sekali tak memberi tahu siapa pun password apartemenku."

‎Bertahun-tahun Liora menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya yang sialan dulu, dia pun tak pernah memberi tahu password apartemennya.

‎ Bahkan Rose, teman dekatnya dan juga keluarganya tak ada yang mengetahui password apartemennya. Lalu, bagaimana Felix tahu password apartemennya?

‎Felix mendekat, lalu dia duduk di tepi ranjang, tepat menghadap Liora. "Sangat mudah bagiku untuk mengetahui password apartemen mu, Liora."

‎"Pergilah! Jangan ganggu aku!" bentak Liora dengan mata yang memerah dan sembab habis menangis. Nadanya bergetar menahan isak tangisnya.

‎Felix mendekatkan wajahnya ke wajah Liora. "Cemburu menguras emosimu, hm?"

‎"Aku tidak cemburu!" sanggah Liora cepat dan emosi.

‎Felix terkekeh rendah. "Aku tahu kau cemburu pada Catalina, Liora. Relaks, aku dan Catalina tidak memiliki hubungan apa pun."

‎Liora menatap dingin dan tajam Felix. "Aku tidak peduli tentangmu dan wanitamu yang bernama Catalina! Sekarang lebih baik kau pergi! Jangan ganggu aku!"

‎Felix mendekatkan bibirnya ke bibir Liora. "Kau sangat menggemaskan ketika marah."

‎"Brengsek!" Liora memukuli dada bidang Felix sekuat tenaga. Kemarahan Liora benar-benar sudah tak lagi bisa teratasi.

‎Felix langsung menarik tangan Liora, membuat wanita itu terbaring di ranjang, lalu melumat bibir gadis itu dengan lembut. Tampak Liora berontak sekuat tenaga saat Felix menindih tubuhnya dan mencium bibirnya.

‎Namun, lagi dan lagi Liora tak memiliki tenaga untuk melawan. Dia tak bisa memungkiri kalau bibir Felix sangat manis dan lembut, membuat seluruh organ dalam tubuh Liora bergejolak tak menentu. Liora kini tak lagi berontak.

‎ Malah tanpa sadar, Liora membuka mulutnya, membiarkan Felix memperdalam ciumannya.

‎"Kau bisa membuatku kecanduan menyentuhmu, Liora," bisik Felix serak tepat di depan bibir Liora.

1
🦋™Chanzi®🦋
Aku mampir kak.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah
bububbb
semangat kakak🥰
Piwpiwputri Pubg
BANTU RAMAIKAN NOVEL BARU AKU YUK 🫶
bububbb
keren banget kak...
kinggg
semangat thor
Yourhendr
bikin hati deg deg an, tunggu episode selanjutnya.!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!