Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Para Penjaga
Udara di luar menara kristal terasa lebih berat dibanding sebelumnya. Shen dan Lin Feng melangkah perlahan menuruni tangga batu yang berliku, seakan setiap anak tangga menuntun mereka ke dunia lain. Kota Aeryon tidak lagi tampak seindah malam pertama mereka tiba. Cahaya biru yang dahulu berkilau kini meredup, jalanan terasa lengang, dan bayangan dari bangunan menjulang tampak bergerak-gerak seakan hidup.
“Shen…” suara Lin Feng bergetar, “mengapa aku merasa… ada mata yang mengawasi kita dari segala arah?”
Shen tak menjawab segera. Ia hanya menggenggam pedangnya lebih erat, matanya tajam mengamati setiap sudut. “Karena memang begitu. Kota ini bukan hanya bangunan mati. Ia hidup, dan penjaganya selalu mengintai.”
Angin berdesir membawa bisikan samar, seakan ada ribuan suara yang bergema dari dinding kota. Shen dan Lin Feng bergegas ke alun-alun utama. Di tengahnya berdiri sebuah patung naga raksasa, sayapnya terbentang, matanya memancarkan cahaya merah samar. Tepat di bawah patung itu terdapat lingkaran batu berukir simbol kuno. Begitu mereka mendekat, lingkaran itu bergetar, memancarkan sinar ungu.
Dari dalam sinar itu, muncul sosok-sosok hitam tinggi besar, berwujud manusia namun tak memiliki wajah—hanya bayangan gelap dengan mata merah menyala. Ada tujuh di antaranya, bergerak serempak, membentuk setengah lingkaran mengurung Shen dan Lin Feng.
“Bayangan para Penjaga…” bisik Shen. “Aku pernah mendengar legenda ini. Mereka adalah roh kota, yang menjaga rahasia Aeryon agar tak jatuh ke tangan yang salah.”
Lin Feng menggertakkan gigi. “Kalau begitu, artinya kita dianggap ancaman.”
Salah satu bayangan maju, gerakannya kaku namun penuh kekuatan. Ia mengangkat pedang gelap yang menyemburkan aura hitam. Tanpa kata, ia menebas. Shen melompat ke samping, pedangnya beradu dengan suara dentuman logam bercampur petir. Tubuhnya bergetar oleh benturan itu.
Sementara itu, dua bayangan lain menyerang Lin Feng. Ia menangkis dengan tombaknya, namun setiap kali senjata mereka beradu, tenaga dari bayangan itu seolah hendak mematahkan tulangnya. Lin Feng hampir terdorong jatuh, namun ia berteriak, menusukkan tombaknya ke tanah, memunculkan gelombang energi yang mendorong lawan-lawannya mundur.
Shen meliriknya sekilas. “Fokus! Jangan biarkan mereka mengepungmu!”
“Aku tahu!” Lin Feng berteriak kembali sambil berputar, mengayunkan tombak ke arah bayangan yang datang dari kanan.
Pertempuran berlangsung sengit. Setiap kali Shen menebas, bayangan yang ia hadapi terbelah menjadi kabut hitam, namun kemudian menyatu kembali, bangkit tanpa cedera.
“Tidak mungkin… mereka tak bisa dihancurkan dengan serangan biasa!” desis Shen.
Bayangan itu menyerang lagi, kali ini lebih cepat. Shen menangkis, lalu melompat mundur. Ingatannya kembali pada naga cahaya yang mereka lihat di menara kristal. Suara itu sempat berkata: “Setiap ilusi menyimpan kebenaran…”
“Mungkin… mereka hanyalah ilusi yang diberi wujud!” gumam Shen, matanya menyipit. “Kalau begitu, kita harus menyerang inti kebenaran mereka!”
Lin Feng hampir tersandung ketika dua bayangan menekannya bersamaan. “Aku… aku tidak tahu maksudmu!”
“Jangan lihat tubuh mereka! Fokus pada bayangannya!” teriak Shen. “Cari sumber cahaya yang menciptakan bayangan itu!”
Lin Feng menatap cepat ke tanah, dan benar saja, setiap bayangan tidak memiliki bentuk jelas, melainkan bergantung pada cahaya merah samar dari patung naga di belakang mereka. Bayangan itu bukan milik mereka sendiri, melainkan proyeksi dari patung tersebut.
“Aku mengerti!” Lin Feng menjerit. Ia melompat tinggi, lalu mengarahkan tombaknya langsung ke arah patung naga. Namun sebelum ujung tombak menyentuh, empat bayangan berbaris membentuk perisai, menahan serangannya. Lin Feng terlempar ke udara, jatuh dengan keras.
“Lin Feng!” Shen berlari, menangkis tebasan lain, lalu berdiri di depan temannya. “Kita harus menyerang bersama. Bayangan-bayangan itu akan terus hidup selama patung itu berdiri.”
Lin Feng mengangguk lemah, bangkit meski lututnya gemetar. “Kalau begitu… kita serang bersamaan!”
Mereka berdua saling menatap, lalu melompat maju bersamaan. Shen menerobos tiga bayangan di sisi kiri, pedangnya berkilat dengan energi qi yang ia salurkan penuh. Lin Feng menutup sisi kanan, tombaknya berputar menciptakan badai kecil. Bayangan-bayangan itu berusaha menahan, namun Shen dan Lin Feng kali ini tak berhenti. Mereka berlari secepat mungkin ke arah patung naga.
Cahaya merah dari patung semakin kuat, membuat udara bergetar. Patung itu perlahan hidup, matanya terbuka lebar, menyemburkan sinar panas ke arah mereka. Shen mengangkat pedangnya, menebas sinar itu, sementara Lin Feng menusuk lurus ke jantung patung.
Ledakan besar terjadi. Suara retakan memenuhi udara. Patung naga retak, cahaya merahnya padam. Seketika, bayangan para penjaga berteriak, tubuh mereka berubah menjadi asap hitam sebelum lenyap.
Keheningan menyelimuti alun-alun. Hanya suara napas berat Shen dan Lin Feng yang terdengar.
“Apakah… sudah berakhir?” tanya Lin Feng, suaranya parau.
Shen menatap retakan patung naga, matanya waspada. “Belum tentu. Ini baru permulaan.”
---
Retakan pada patung naga perlahan melebar, dan dari dalamnya keluar bola cahaya putih yang berdenyut. Cahaya itu kemudian membentuk siluet seorang pria berjubah panjang, wajahnya samar seperti kabut.
“Aku adalah Penjaga Utama Aeryon,” suara itu bergema, dalam dan menggema. “Kalian telah menghancurkan segel pertama. Namun ingatlah, kekuatan naga cahaya bukan untuk siapa pun yang lemah hati.”
Shen menatap tajam. “Kami tidak mencari kekuatan untuk berkuasa. Kami hanya ingin kebenaran, dan jalan untuk melindungi dunia dari kegelapan.”
Sosok itu terdiam sejenak, lalu mengangkat tangannya. Tiba-tiba bayangan kota bergetar, bangunan di sekitar mereka berubah bentuk, seakan mereka dipindahkan ke dimensi lain. Jalanan hilang, digantikan lautan kabut. Dari dalam kabut, ribuan mata merah terbuka.
Lin Feng tertegun. “Shen… apa ini…?”
“Ujian berikutnya,” jawab Shen singkat. Ia mengangkat pedangnya.
Bayangan kecil-kecil muncul dari kabut, jumlahnya tak terhitung. Mereka bukan manusia, melainkan makhluk seperti serigala, semuanya terbuat dari kabut hitam. Suara lolongan bergema, memenuhi udara.
“Bersiaplah,” Shen berbisik. “Ini bukan lagi tentang kekuatan, tapi tentang bertahan.”
---
Pertempuran kembali pecah. Gelombang bayangan serigala menerjang tanpa henti. Shen menebas berulang kali, setiap kali satu serigala hancur, dua lagi muncul. Lin Feng mengibaskan tombaknya membentuk lingkaran pertahanan, namun jumlah musuh seolah tak ada akhir.
“Shen! Kita tak bisa bertarung seperti ini terus!” teriak Lin Feng.
Shen menghela napas berat, matanya menajam. “Kalau begitu kita harus mencari inti kabut ini. Sama seperti sebelumnya… pasti ada sumber cahaya yang menciptakan semua ini.”
Mereka berdua menutup barisan, mundur ke punggung masing-masing. Lin Feng melirik ke atas, dan melihat cahaya samar di langit—sebuah titik putih kecil yang berdenyut.
“Itu dia!” teriaknya. “Di atas!”
Shen menoleh, lalu mengangguk. “Lindungi aku sebentar!”
Ia menutup matanya, mengatur napas, lalu menyalurkan seluruh energinya ke pedang. Pedangnya memancarkan cahaya perak terang, menusuk kabut sekitarnya. Lin Feng berdiri di depannya, menghalau serangan demi serangan, tubuhnya penuh luka tapi matanya menyala dengan tekad.
“Cepat, Shen!”
Dengan teriakan, Shen melompat tinggi, pedangnya menebas lurus ke arah cahaya di langit. Teriakan naga terdengar, cahaya putih itu pecah, kabut mulai menipis. Ribuan bayangan serigala melolong sebelum berubah menjadi abu, lenyap tertiup angin.
Mereka jatuh tersungkur ke tanah, napas tersengal, tubuh penuh darah dan keringat. Namun kabut perlahan menghilang, menampakkan kembali kota Aeryon yang nyata.
Sosok Penjaga Utama kembali muncul, kali ini lebih jelas. Wajahnya muda, matanya tajam namun penuh kebijaksanaan. “Kalian… telah melewati dua ujian. Yang tersisa hanyalah satu. Jika kalian berhasil, rahasia naga cahaya akan terbuka sepenuhnya.”
Shen mengangkat kepalanya dengan susah payah. “Kalau begitu… tunjukkan jalan terakhir.”
Penjaga itu mengangkat tangannya, membuka gerbang cahaya di hadapan mereka. Dari balik gerbang, terdengar suara gemuruh, seakan ada naga raksasa yang tengah tertidur.
Lin Feng menelan ludah. “Shen… kau yakin kita bisa?”
Shen tersenyum tipis, meski tubuhnya penuh luka. “Kita sudah sejauh ini. Tak ada jalan untuk kembali.”
Mereka berdua melangkah masuk ke gerbang cahaya, meninggalkan kota Aeryon yang bergetar di belakang mereka, menuju ujian terakhir yang akan menentukan apakah mereka layak menjadi pemegang Pedang Cahaya Naga.