Tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir telah di gariskan. Almira Kanaya tidak sengaja menumpahkan jus milik salah seorang pria yang bernama Hafiz Muhammad Adnan.
kejadian tak terduga tersebut ternyata menarik keduanya dalam hubungan abstrak yang cukup membuat hati mereka porak-poranda bak rollercoaster. penasaran? mari simak kisahnya.
note : cerita ini murni dari tulisan author dilarang untuk di coppy paste, jika terdapat maka akan berusan dengan undang-undag hak cipta. ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Hikma Arzam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7. Strategi
Lima belas menit kemudian suara ketukan pintu terdengar. Abyan bergegas membuka pintu. saat pintu terbuka Hanan menampakkan diri dengan senyum khasnya.
"Assalamu'alaikum" Sapanya dan masuk dengan penuh ceria.
di balik meja Ada Hafiz yang mengenakan kemeja putih dipadukan celana bahan hitam, lain lagi dengan Haya yang tampil formal dengan Jaz biru tua.
"weis tumben udah pada kumpul semua" Hanan menegur seraya mengambil tempat di sofa panjang ruangan itu.
Abyan berjalan mendekat ikut bergabung dengan dua orang yang kini sedang saling merangkul dari samping.
"selamat datang kembali Nan" ujar Haya dengan hangat.
Hafiz berdiri dari kursinya, mengambil dua dokumen kemudian bergabung dalam kumpulan tiga orang sahabat nya itu.
"Coba kalian liat" Hafiz menyodorkan dokumen penting itu pada Hanan dan Haya. sementara Abyan mengambil sticky and buku note untuk mencatat hal-hal penting dalam rapat santai ini.
"target pasar untuk lauching menu baru kita sekarang meningkat tujuh puluh persen" lanjut Hafiz lagi memaparkan apa yang baru saja ia pelajari tadi.
"ini sudah sangat menguntungkan, hanya saja mungkin bahan-bahan yang kita perlukan lebih ke peningkatan kualitas" Hanan menimpali setelah membaca margin dokumen itu.
"sekalian, bagaimana jika menu baru kita ini dikreasikan lagi untuk para lansia. dengan modifikasi bahan- bahan plus uninya di kurangi, biar semua kalangan bisa menikmati" Haya menambahkan. ia rasa restoran mereka akan sangat ramah jika target pasarnya ke seluruh kalangan bukan hanya kaula muda saja.
"hmm, saya setuju biar para orang tua tidak takut kolesterol dan tetap bisa makan enak" Abyan juga ikut menimpali. setelah ia selesai mencatat ide dari Haya.
"boleh, tapi mungkin tampilan menunya bisa dibuat beda dengan para anak muda" ucap Hafiz menyetujui dengan sedikit saran yang cukup rasional.
"i mean, saya bisa mendemokan ini untuk para chef" ujar Hanan, pemuda itu juga setuju apalagi dia baru saja pulang dari pelatihan chef internasional di Singapura.
"oke, tinggal cara promosi berarti" timpal Haya.
"bagaimana kalau kita gaet Angeline buat brand ambassador untuk promo menu ini, tetapkan nama menunya, bahan-bahannya serta cara penyajiannya lalu di promosikan lewat iklan televisi maupun media sosial" jelas Hanan.
Haya dan Abyan saling melirik, Hanan terlalu berani menyebut nama yang membuat Hafiz sensitif. sementara Hafiz menelan salivanya agak kasar saat mendengar nama Angeline.
Hanan yang menyadari adanya perubahan atmosfer di ruangan ini berdehem pelan "Hafiz, i know you have problem sama Angeline but dia sudah berubah" jelas Hanan.
"bisa jangan menyebut namanya" ujar Hafiz dingin.
"ohoho chil bro, dia sekarang berhijab dan kepribadian nya berbeda drastis. kemarin saya tidak sengaja bertemu dia di bandara" ujar Hanan mencoba menjelaskan.
"iya sih, lagian kejadian dia ngejar bos juga udah t tahun lalu" Abyan turut berkomentar.
"sebenarnya saya tidak mau ikut campur, but come on bro Angeline dulu sahabat kita, lagian dia juga punya personal branding yang bagus, mantan putri Indonesia jadi mungkin bisalah buat wajah baru promosi menu kita" jelas Haya menambahkan.
Hening.
Hafiz masih bergeming, Angeline adalah perempuan yang pernah membuat nya hampir kehilangan kendali karena terlalu menahan amarah. bagaimana tidak, tujuh tahun lalu perempuan itu dengan nekat menyatakan cintanya dihadapan banyak orang.
Jika mengenang itu Hafiz merasa sangat marah karena ia sudah menjelaskan secara baik-baik bahwa Hafiz tidak menyukai Angeline. ada perempuan lain yang telah lama bertahta dihatinya namun gadis itu keras kepala.
Hafiz juga masih ingat betul saat sedang memotret Almira secara diam-diam. Angeline datang menangis meraung dihadapannya meminta agar ia menerima gadis itu menjadi kekasih dengan jangka waktu tiga bulan tidak lebih. hal yang sangat memalukan bagi Hafiz karena tidak bisa mengajari sahabatnya sendiri untuk tidak merendahkan diri.
"No, i cannot."
Tiga pria yang tadi diam menunggu jawabannya langsung mengendurkan bahu, merosot ke sandaran sofa dengan lesu.
"apa trauma kamu sedalam itu?"
"yes, bukan hanya trauma tapi juga rasa bersalah" Ujar Hafiz sambil memijit keningnya.
Hanan tidak bisa memaksa, meskipun dia salah satu investor resto ini tapi ikatan persahabatan mereka bisa rusak jika ia memaksa lebih jauh. Haya dan Abyan pun sama dua orang tengil itu mendadak diam dan waras jika sudah menyangkut trauma.
"lupakan soal itu, nanti kita cari B.A lain. bye the way Almira dan Bella titip salam untuk kalian para owner resto" Hanan berusaha mencairkan suasana.
Hafiz menaikan sudut alinya menatap Hanan sinis "kamu kenal Almira?"
"ya tentu saja" ujar Hanan dengan kerutan didahinya melihat respon Hafiz
Abyan langsung conect, ia ingat beberapa hari lalu tepatnya sebelum Hanan berangkat ke Singapura dirinya sempat melihat ponsel Hanan yang wallpapernya terpajang foto Almira.
"Nan, saya bisa pinjam ponselmu sebentar" pinta Abyan, ia ingin memastikan bahwa itu benar foto Almira.
Hanan mengangguk, tanpa sedikitpun curiga ia memberikan ponsel miliknya pada Abyan. jika Abyan kepo maka Haya malah meraih toples cemilan yang sejak tadi mengapa di atas meja, membuka dan memasukkan stick itu kedalam mulutnya. apakah laga kolosal yang sempat ia bayangkan di mall tadi akan terjadi?
"nah ini dia, bener kan apa yang saya bilang" Abyan berucap seraya memarken foto yang menjadi wallpaper Hanan ke semuanya.
"maksudmu apa Hanan?" Hafiz bertanya tidak santai.
Hanan balik sinis melihat reaksi Hafiz, "kenapa? Almira adalah perempuan yang saya suka"
Hafiz berdiri tangannya mengepal kuat. ia menatap tajam Hanan. "kamu tahu, saya juga menyukai Almira"
"oh, kalau begitu mari bersaing secara sehat" Hanan menimpali dengan santai. sementara Haya dengan senang hati menikmati cemilannya.
Abyan tampak melongo. seorang Almira Kanaya diperebutkan oleh dua sahabatnya. wajar sih gadis itu cantik, kabarnya Almira juga terkenal di kampus tapi satu hal ia adalah adik Haya. Artinya keluarga Almira adalah keluarga religius yang sangat dermawan.
"Ya, kamu tidak terusik?" ujar Abyan sepertinya ia akan menyandang duta heran selama beberapa jam bergabung dengan tiga sahabatnya kini.
"saa.."
"Baik mari kita bersaing, saya harap kita suportif" Ujar Hafiz masih dengan urat tegang di lehernya.
Haya yang hendak berkata langsung diam. ia lebih baik mencari alasan menghindar dari pada terlibat konflik perasaan Hafiz dan Hanan.
"mohon restu kaka ipar" ujar Hanan tiba-tiba yang membuat Haya serasa tercekat menelan cemilannya.
"oh kamu tertinggal selangkah sama saya, Haya lebih dulu merestui saya" Hafiz jumawa.
"kalau Almira mau" Haya menegaskan kembali.
Mendengar celetukan Haya. Hanan tertawa. "jangan senang dulu bro, masih ada kata kalau Almira maunya" ujarnya meledek.
"kita liat saja nanti" Hafiz menimpali dengan sedikit seringai tajam lalu kembali ke mejanya.
"haruskah ada persaingan di antara kalian? kenapa kalian tidak mencari perempuan yang lain saja"
"Diam Abyan" Hafiz menjawab dengan tidak santai.
"saya sih bisa saja cari yang lain sayang nya hati saya tertarik sama Almira, gimana dong" respon Hanan malah lebih membuat hati Hafiz kebakaran. sorot matanya tersirat amarah.
"Fiz santai, selow, chill. istigfar, istrahat, ikhtiar, istighotsah" ujar Haya berusaha menenangkan.
"lancar sekali bibir anda ya" ujar Abyan menggeleng.
Hanan terbahak. jiwa komedi Haya memang tidak bisa di ajak serius. Hafiz bahkan sampai menepuk jidat mendengar ungkapan-ungkapan random Haya.
"istighotsah, istighotsah kamu pikir Almira musibah apa?" seru Abyan.
"yaa bisa dibilang begitu, musibah untuk dua orang yang sedang dilanda jatuh cinta" ujar Haya dengan menaik turunkan alisnya menatap Hafiz dan Hanan bergantian.
"astaghfirullah Haya, kamu solimi banget sama adik sendiri" ujar Hanan lalu makin terbahak.
Hafiz yang tadinya ingin marah mendadak ikut tersenyum, hidup Haya memang selalu penuh komedi. anak muda itu paling bisa mengubah suasana mencekam menjadi suasana penuh tawa.
"kalau Almira resmi jadi istri saya, saya harap dia tidak dekat-dekat kamu lagi Haya" ucap Hafiz penuh percaya diri menghadirkan tawa pecah Haya dan tatapan tidak terima Hanan. Abyan menggeleng ternyata sisi lain dari Hafiz selain kulkas nya mencair jika bersama Haya, Hanan dan mungkin dirinya. ada sisi kelewat narsis dan percaya diri diatas rata-rata pula.
"jadi rapat kita akan berlanjut atau tidak?" tegur Abyan mengingatkan.
"oh iya kita belum bahas gaji para karyawan, besok pencairannya kan" ujar Haya.
Hafiz dan Hanan mengangguk, pria yang duduk dari balik meja itu berdiri, berjalan kembali ke arah sofa yang tengah di huni oleh Hanan, Haya dan Abyan.
"jangan terlalu sinis Haf tatapannya" ucap Hanan, "kita masih bisa bersaing sehat" lanjut nya
"hmm" Hafiz kembali dengan mode kaku menjawab ungkapan Hanan.
"Bella jangan gitu lah."
ceritanya keren banget seriuss😁✨✨
jangan lupa mampir di karya aku ya thor. terimakasih