Ratu Ani Saraswani yang dihidupkan kembali dari kematian telah menjadi "manusia abadi" dan dianugerahi gelar Ratu Sejagad Bintang oleh guru ayahnya.
Aninda Serunai, mantan Ratu Kerajaan Siluman yang dilenyapkan kesaktiannya oleh Prabu Dira yang merupakan kakaknya sendiri, kini menyandang gelar Ratu Abadi setelah Pendekar Tanpa Nyawa mengangkatnya menjadi murid.
Baik Ratu Sejagad Bintang dan Ratu Abadi memendam dendam kesumat terhadap Prabu Dira. Namun, sasaran pertama dari dendam mereka adalah Ratu Yuo Kai yang menguasai tahta Kerajaan Pasir Langit. Ratu Yuo Kai adalah istri pertama Prabu Dira.
Apa yang akan terjadi jika ketiga ratu sakti itu bertemu? Jawabannya hanya ada di novel Sanggana ke-9 ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Menjerat Kentang Kebo
Tali sinar biru berwujud rangkaian huruf-huruf sinar Jawi kuno yang keluar dari dalam tanah, kini melilit kuat sepasang kaki Kentang Kebo. Si pendekar sendiri tidak merasakan sakit, hanya seperti rayapan serangga yang banyak. Sedikit geli, apalagi merayap naik ke paha dan seterusnya.
Kentang Kebo melirik kepada Penyair Ngik Ngok yang sedang berdiri sambil merapalkan mantera dengan gerakan bibir yang cepat. Sepasang mata Penyair Ngik Ngok menatap tajam kepada lawan.
Sebelum melakukan tindakan kepada pendekar yang mengeroyoknya, Kentang Kebo lebih dulu mencoba membebaskan kakinya dari jeratan.
Ia coba angkat kaki kirinya. Sedikit pun tidak terangkat. Ia tarik lagi, tapi dengan tenaga dalam lebih tinggi. Ternyata kaki itu sedikit pun tidak juga terangkat meninggalkan tanah.
Maka, terpaksa Kentang Kebo mengerahkan salah satu dari sekian banyak kesaktiannya, yakni Kaki Raja Kebo.
Sejenak kemudian, sepasang kaki Kentang Kebo berubah warna, bukan berubah bentuk. Kaki pendekar sakti itu berubah warna hitam. Perubahan itu terlihat karena dia tidak memakai sepatu dan kaos kaki.
Setelah itu, Kentang Kebo lalu membetot kaki kanannya untuk diangkat.
“Kurang ajar!” maki Kentang Kebo terkejut karena kakinya hanya lepas dari tanah setinggi setengah jengkal. Ia bahkan merasakan sakit pada kakinya karena lilitan tali sinar biru yang mengencang. Saat kakinya berhenti berontak, tali sinar itu juga mengendor dalam kondisi tetap melilit kuat, tapi tidak memberi sakit, hanya geli-geli meresahkan.
Melihat upaya Kentang Kebo, Penyair Ngik Ngok tersenyum kecil, seolah-olah menertawakan ketidakberdayaan lawannya. Senyum itu hanya sejenak karena lelaki gemuk itu melanjutkan rapalan manteranya.
“Hahaha!” tawa rendah Kentang Kebo ketika melihat senyuman tipis Penyair Ngik Ngok, tapi tatapannya tetap tajam.
Kentang Kebo lalu berkata lantang kepada lawannya.
“Jangan besar hidung dulu. Kesaktian remeh seperti ini tidak ada hebat-hebatnya bagiku!”
Bluar!
Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba tanah tempat Kentang Kebo meledak dahsyat.
Tanah yang dipijak Kentang Kebo dan sekitarnya berhamburan dengan brutal ke udara, bahkan menyiram tubuh dan wajah Kentang Kebo dari arah bawah karena lelaki itu tidak terpental dari tempatnya.
Jadi ceritanya seperti ini: untuk melawan ilmu Rapalan Penghuni Kubur milik Penyait Ngik Ngok yang melilit sepasang kakinya, bahkan sudah menjalar naik sampai ke badan, Kentang Kebo memilih untuk menghancurkan pangkalnya yang ada di dalam tanah. Bukan dengan bom atau granat nanas dia hancurkan tanah itu, tetapi dengan ilmu Sabda Batin Dewa.
Butuh sedikit waktu untuk melihat kondisi Kentang Kebo karena kamera terhalang oleh tebalnya tabir material tanah yang mengudara.
Sementara itu, Penyair Ngik Ngok sudah tahu hasil apa yang didapat oleh Kentang Kebo.
Di sisi lain, Sari Sani sudah siap dengan kesaktiannya yang lain karena beberapa kesaktiannya yang telah dia kerahkan sebelumnya gagal unggul. Namun, wanita gemuk itu memilih menunggu sejenak untuk memastikan kondisi Kentang Kebo.
Adapun Penjebak Kepeng masih dalam proses pemulihan dari luka dalam yang diberikan oleh Kentang Kebo. Ia harus lebih prima untuk bertarung serius.
Akhirnya material tanah yang terbang mengudara itu kembali ke habitannya, yaitu di bawah.
Sementara itu, Kentang Kebo cukup terkejut sejak awal karena ternyata tenaga sakti ilmu Sabda Batin Dewanya tidak mampu memusnahkan tali sinar biru di kakinya.
Hancurnya tanah yang dipijaknya menciptakan kawah kering di bawah kaki Kentang Kebo. Ketika tanah itu hancur dan beralih ke udara, dua tali sinar biru dari rapalan Penyair Ngik Ngok justru menarik tubuh Kentang Kebo setengah tombak kebawah. Seolah-olah kedua tali sinar itu memiliki akar yang jauh di dalam bumi.
“Perlu aku beri paham siapa orang sakti itu!” teriak Kentang Kebo selagi material tanah belum sepenuhnya kembali ke tanah.
Bluarrr!
Setelah berteriak seperti itu, tiba-tiba saja tanah yang dipijak Penyair Ngik Ngok meledak dahsyat tanpa isyarat lebih dulu. Ledakannya lebih kuat dari ledakan pada tanah yang dipijak Kentang Kebo.
Kesaktian ilmu Sabda Batin Dewa membuat tubuh gemuk Penyair Ngik Ngok terpental kencang mengudara bersama material tanah yang mengudara juga dalam volume yang besar.
Meski terpental bersama material tanah yang mengurungnya, tetapi Penyair Ngik Ngok yang berjubah biru terang terlihat jelas terpental dan pentalannya lebih jauh.
Ternyata seiring terjadinya ledakan tanah itu, Kentang Kebo merasakan tali sinar yang melilit kaki dan badannya lenyap begitu saja. Itu terjadi karena rapalan Penyair Ngik Ngok terhenti lama.
Zuass!
Pada saat itu pula, Kentang Kebo melirik ke kiri saat mendengar suara desisan tenaga sakti berkekuatan tinggi.
Sari Sani yang sejak tadi telah bersiap-siap dengan kesaktiannya telah melesat tanpa menginjak bumi. Di tangan kanannya yang siap memukul ada seberkas sinar hijau yang bergolak menyeramkan. Sari Sani cepat menghantamkan tangan kanannya kepada Kentang Kebo yang berdiri di dalam kawah kering.
Ses! Bluar!
“Uwwaaakk!” Yang menjerit panjang dan kencang justru Suoto dan Marno.
Jadi, ketika Sari Sani menghantamkan sinar hijaunya yang menyeramkan kepada Kentang Kebo, tiba-tiba lebih dulu muncul lapisan sinar merah tebal berwujud payung besar di sisi kiri lelaki sakti itu.
Sinar hijau yang dibanting terpaksa menghantam ilmu perisai Payung Selicin Ludah. Hasilnya, sinar hijau terpantul jauh ke samping.
Bukan hanya sinar itu yang dibuat terpeleset, tetapi juga Sari Sani. Saat menghantam, tangan kanan Sari Sani juga mengenai lapisan sinar merah, membuat tangan itu terlepeleset kencang dan Sari Sani terbanting ke samping, tepatnya di pinggiran kawah kering.
Tidak disangka, sinar hijau dari ilmu Kebusukan Jiwa Busuk milik Sari Sani terpantul jauh dan jatuh di dekat kaki kedua abdi Kentang Kebo, yaitu Suoto dan Marno. Mereka sejak tadi menonton dalam kondisi tegang dan menahan sakit.
Akibatnya, kedua abdi Kentang Kebo itu terpental hebat dalam kondisi terluka parah mengenaskan.
Kentang Kebo bersikap abai terhadap kedua abdinya. Dia lebih memusatkan perhatiannya kepada lawan gemuknya yang jatuh di pinggiran kawah.
Bugk!
“Hekkr!” keluh Sari Sani dengan tubuh terseret kencang ke belakang. tubuhnya menggesek tanah.
Sebelumnya, terdengar suara hantaman keras pada tubuh gemuk Sari Sani, tanpa terlihat ada benda yang menghantamnya. Sedemikian kerasnya, sampai-sampai wanita itu mengerang tertahan.
Tubuh Sari Sani yang dihantam oleh tenaga gaib Sabda Batin Dewa itu terhenti dalam jarak dua tombak. Sari Sani mengerenyit sambil satu tangannya memegangi perut gendutnya. Ada darah yang merembes di celah bibirnya, menunjukkan dia menderita luka dalam.
Sementara di sisi lain, Penyair Ngik Ngok menggeliat kesakitan setelah jatuh menghantam tanah keras dengan kuat. Saat mulutnya terbuka ketika mengerang, terlihat jelas dalam mulutnya banyak darah.
Melihat kedua rekannya menunjukkan gejala menderita luka dalam dan tidak bisa langsung bangun, Penjebak Kepeng langsung mengakhiri pengobatan mandirinya. Dia segera menghentakkan kedua tangannya seperti melempar sesuatu.
Seeet!
Maka, ketika Kentang Kebo kembali naik dari dasar kawah, dia merasakan ada sejumlah benda melesat cepat kepadanya.
Baru saja Kentang Kebo hendak mengerahkan ilmu Sabda Batin Dewanya, sepuluh kepeng tembaga tahu-tahu sudah sampai ke sekelilingnya.
Ternyata, kesepuluh kepeng yang dilesatkan oleh Penjebak Kepeng tidak bertujuan mengenai raga lawan. Buktinya, kesepuluh kepeng itu berhenti melesat dan melayang mengepung tubuh Kentang Kebo.
Zersss!
Tidak pakai lama, kesepuluh kepeng yang melayang stagnan itu menembakkan garis sinar merah tanpa putus. Semua sinar menyerang kepala Kentang Kebo.
“Akkr!” jerit Kentang Kebo terkejut plus karena sakit.
Jadi ada sepuluh sinar yang mengeroyok kepala orang sakti itu tanpa putus. Kentang Kebo berdiri mengejang seperti orang tersetrum.
Jadi, sinar kesepuluh kepeng itu lebih dulu menyergap kepala Kentang Kebo dan isinya sebelum dia mengerahkan ilmu Sabda Batin Dewa. Sengatan itu membuat dia tidak bisa menggunakan ilmu itu karena otaknya jadi terganggu.
Melihat kondisi musuh sedang terkena jeratan ilmu Sepuluh Kepeng Pengunci, Penyair Ngik Ngok dan Sari Sani segera mengabaikan luka dan sakitnya. Keduanya segera bangkit dan mengerahkan ajiannya masing-masing. (RH)