NovelToon NovelToon
INDIGO

INDIGO

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'

mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.


suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lukisan

Gema suara music dari salah satu band terkenal memenuhi riuh nya lautan manusia. Sore ini aku dan wita menonton pertunjukkan di gor. Sebenarnya hanya wita yang fokus nonton, sedangkan aku berburu kuliner hehe.

"Nad, liat deh vokalis nya ganteng banget..!!" Pekik nya tak ku hiraukan. Lima tusuk telur gulung sudah raib ku makan

"Makan yuk laper nih" ujarku tak kalah memekik di tengah riuh orang

"Bentar lagi.. masih seru nih!! Lo kalo laper makan duluan aja nanti gue nyusul..!!" Jawab wita, aku menghela nafas.

Menembus kerumunan orang sampai keluar, ku edarkan pandanganku. Berbagai macam stand makanan tersedia disini. Ku pesan satu porsi bakso dan es jeruk.

Saat asik makan kak Joan tiba tiba datang menghampirinya ku. Ia tersenyum lalu duduk di hadapanku

"How are you?" Ucapnya. Kami menjadi pusat perhatian sekarang, tentu karena kak Joan yang bule

"Baik kak, kakak nonton band juga?" Tanyaku basa-basi. Tapi ia menggeleng menatapku

"Gilang bilang dia mau nonton" jawabnya lagi. Aku mendengus, tentu saja Gilang nonton karena wita juga disini. Pasti mereka janjian bertemu

Adzan magrib berkumandang. Ku tatap gawai ku yang bergetar, wita bertanya keberadaan ku. Tak lama ia datang bergandengan tangan dengan gilang

"Kaya lem korea aja" celetuk ku. Wita nyengir lalu duduk di sampingku.

"Nad, ikut nonton basket yuk. Gilang sama kak Joan mau main basket loh di kampus" ajak wita, aku menatap nya sejenak dengan alis terangkat

"Malem gini?" Tanyaku ragu. Di balas anggukan yakin darinya

"Latihan biasa sih, tapi kalau kalian mau ikut juga gak papa. Kampus masih rame jam segini" Ucap Gilang. Ku tatap wita yang seolah memohon untuk mengiyakan ajakannya

"eum.. ya ya, jangan cemberut gitu" jawabku membuat nya senyum sumringah. Setelah makan, kami menaiki mobil kak Joan menuju kampus. Tapi sebelum itu, kak Joan pulang dulu ganti baju

Di sini aku berada, menatap bangunan dua lantai yang berdiri gagah dengan konsep klasik

"Kalian masuk aja. Aku ganti baju dulu" kami masuk ke dalam rumah, kak Joan sudah lari menaiki tangga. Banyak patung hiasan di sudut ruangan. Lukisan lukisan seni yang ku yakin harganya sangat menguras kantong

Mataku memandang lukisan perempuan bule yang mengenakan gaun merah di sebuah Padang rumput. Kira kira berapa harga nya ya? Pikirku. Karena terasa sangat hidup dari warna nya

Saat sedang fokus menatap lukisan, tiba tiba tercium bau amis yang menyengat, reflek aku menutup hidung. Lalu menjauh duduk di sofa depan wita. Sepertinya mereka tidak merasakan bau amis ini.

"Kenapa lo?" Tanya wita

"Lo nyium bau gak?" Aku balik bertanya di jawab dengan gelengan kepala. Kaki ku terasa seperti menginjak sesuatu yang menggenang di lantai.

Ku tatap lamat lamat cairan kental itu, bau amis berasal dari sana. Aku melotot terkejut, spontan ku tekan perutku agar tidak muntah saat itu juga. Cairan itu darah, darah menggenang di bawah kaki ku.

"Nad, lo gak papa?" Wita dan Gilang mendekat ke arahku. Tepat saat mereka berdiri dari sofa, sosok perempuan keluar dari lukisan yang berada di belakangnya.

Tubuhku kaku dengan nafas memberat. Sosok itu menggerakkan mulutnya seperti ingin bicara sesuatu yang aku tidak pahami. Sebuah gambaran hitam putih terlintas penglihatan ku. Persis seperti film jaman . dulu

Aku hanya bisa melihat siluet orang yang menggambar di sebuah ruangan. Seorang laki laki baruh baya.

"Nad..!!!" Pekik wita, kesadaran ku seperti di tarik kembali. Nafasku tersengal. Gilang, wita bahkan kak Joan sudah berada di depan ku.

"What's wrong, Nadia?" Tanya kaka Joan kini berjongkok di depanku. Aku menggeleng

"Kak dapet lukisan itu dari mana?" Tanyaku tanpa tendeng aling-aling. Karena penasaran. Kak Joan menoleh pada lukisan itu, lalu menatapku serius.

"Kamu lihat sesuatu?" Tanyanya ragu. Aku terdiam sejenak

"eum.. lupain aja, yuk berangkat keburu malem" ucapku.

Kami semua bergegas melanjutkan perjalanan ke kampus. Di sepanjang jalan aku banyak diam karena masih kepikiran lukisan itu. Aku yakin ada sesuatu janggal yang terjadi

"Bau apa nih, anyir amat. Kamu nyium bau nya gak yang" protes Gilang di kursi tengah

"Iya nih bau banget" jawab wita

Aku dan kak joan pun mencium bau nya, kepalaku menengok ke kebelakang, tepat di kursi baris ketiga. Sosok di lukisan itu duduk diam menatapku dengan tatapan dingin. Membuat bulu kuduk ku merinding seketika

Gilang juga memegang tengkuk nya, beberapa kali menoleh kebelakang, untungnya ia tidak bisa melihat sosok itu yang berada tepat di depan muka nya. Jika liat aku yakin Gilang akan pingsan

Ku baca doa dalam hati, perlahan bau itu menghilang dan hawa kembali normal

Saat kami tiba di kampus. Ternyata di lapangan basket sudah ramai para mahasiswa yang menonton. Kami memilih tempat duduk di barisan depan.

Wita mulai bersorak menyemangati Gilang, sedangkan aku masih banyak diam. Entah kenapa perasaan ku jadi campur aduk

Beberapa menit ku lalui dengan diam. Aku tau beberapa kali juga kak Joan melirik ke arahku tapi tidak ku hiraukan

"Gue ke toilet dulu ya, kebelet nih" ucapku pada wita lalu pergi ke toilet lantai satu gedung kedokteran tak jauh dari kantin yang masih ramai mahasiswa. Tak lupa aku juga beli satu botol aqua.

Setelah selesai aku segera keluar dari dalam bilik toilet, namun aku berhenti menatap cermin wastafel di hadapanku. Di cermin itu tertulis sesuatu dengan darah

HELP...!!

Ku sentuh darah dari kaca, bau anyir tercium pekat. Dari sudut mataku sosok wanita bule itu muncul lagi. Kali ini aku berusaha lebih berani menatapnya.

Penampilan nya sangat mengenaskan. Baju nya yang robek berlumur darah dan wajah di penuhi luka sayatan. Saat aku ingin bertanya tiba tiba sosok itu menghilang menjadi gumpalan asap

Aku bergegas kembali ke lapangan. Kak Joan dan Gilang sudah berada di pinggir lapangan bersama wita, aku menghampiri mereka.

"Sorry, lama" ucap ku

Ku tatap kak Joan yang sibuk mencari sesuatu di tas nya dengan kening berkerut. Ku beri aqua botol di tanganku padanya. Ia menatapku tersenyum

"Thanks" ucapnya lalu minum. Gilang menyenggol denganku memberi isyarat dengan dagu nya. Saat aku menoleh ternyata ada Rendy

"Aku mau ngomong" ujarnya lalu dengan kasar menarik tanganku menjauh

"Sakitt..! Lepasin gue, apa apan sih lo.." sentak ku melepas tangannya. Nafas Rendy kian memburu menatapku

"Ngapain kamu sama dia. Aku dateng ke rumah tapi kamu gak ada?!" Ucapnya penuh emosi

"Kita udah putus ya, lo ga ada hak ngatur gue" jawabku ketus

"Tapi aku masih sayang sama kamu, Nad!" Rendy sedikit membentak ku. Beberapa orang mulai melihat kami, membuatku risih

"Harus berapa kali lagi gue bilang, kita udah putus dan lo gak berhak ngatur gue" emosiku memuncak

Kak Joan datang lalu menarik ku ke belakang badannya.

"Hey bro.. Jangan ganggu dia, sekarang dia pacar gue!" Gertak kak Joan. Aku sedikit terkejut dengan perkataan nya tapi ya sudah lah. Semoga Rendy tidak ikut campur lagi setelah ini

Bughhh..!!

Tangan Rendy terkepal dengan rahang mengeras. Aku syok, ia menatap nyalang kak Joan, baku hantam tak terhindarkan. Aku memekik saat kak Joan menerima pukulan di wajah nya. Lalu Ia menatap Rendy dan balas memukul wajahnya

"STOP! STOP..!! KALIAN APA-APAAN SIH..!" aku berteriak melerai. Ku tarik tangan kak Joan sedikit menjauh. Lalu aku maju ke hadapan Rendy

"Kita udah gak punya hubungan apapun" Tekan ku

"Kamu gak bisa liat rasa sayang ku ke kamu, Nad..!! Aku masih sayang sama kamu!" Mata Rendy menatapku liar dengan emosi

"Gue benci sama lo, jadi gue harap jangan pernah ganggu hidup gue lagi..!" Setelah mengatakan itu Rendy terdiam lalu aku meraih tangan kak Joan, kami pergi meninggalkannya

Meski rasanya hatiku sakit mengatakan nya. Tapi aku sadar cepat atau lambat memang harus menjauhi Rendy. Aku dan kak Joan masuk ke dalam mobil sedangkan wita menemani Gilang mengemasi barangnya

"Don't cry, I'm here with you" kak Joan menenangkan ku. Ku tatap wajah nya yang membiru, ku usap pelan

"I'm sorry" ucapku, kak Joan menggeleng

"No problem"

Gilang dan wita masuk ke dalam mobil dan kak Joan mengantar kami pulang ke rumah masing masing.

1
Afiq Danial Mohamad Azmir
Wahhh!!
Alexander
Nggak kebayang ada kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!