NovelToon NovelToon
Sewindu Untuk Wisnu

Sewindu Untuk Wisnu

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia / Chicklit
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Amerta Nayanika

"Jangan pernah berharap ada cinta dalam hubungan ini, Ndu." - Wisnu Baskara Kusuma.

"Aku bahkan tidak berharap hubungan ini ada, Mas Wisnu." - Sewindu Rayuan Asmaraloka.

*****

Sewindu hanya ingin mengejar mimpinya dengan berkuliah di perantauan. Namun, keputusannya itu ternyata menggiringnya pada garis rumit yang tidak pernah dia sangka akan terjadi secepat ini.

Di sisi lain, Wisnu lelah dengan topik pernikahan yang selalu orang tuanya ungkit sejak masa kelulusannya. Meski dia sudah memiliki kekasih, hubungan mereka juga masih tak tentu arah. Belum lagi Wisnu yang masih sibuk dengan masa dokter residen di tahun pertama.

Takdir yang tak terduga mempertemukan kedua anak manusia ini dalam satu ikatan perjodohan.

Pernikahan untuk menjemput ketenangan hidup masing-masing. Tanpa cinta. Hanya janji bahwa hati mereka tak akan ikut terlibat.

Akankah perjanjian yang mereka buat dalam pernikahan ini dapat ditepati? Atau malah membawa mereka jatuh ke dalam perasaan masing-masing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amerta Nayanika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Si Pemilik Hati

Beberapa minggu kemudian….

Seperti sebuah pemandangan umum. Rumah sakit selalu hening meski dipenuhi berbagai macam manusia. Ada yang datang hanya untuk menjenguk atau mengantar, ada juga yang mengantre sejak sore di koridor ruang rawat jalan.

Namun, yang paling parah sunyinya ada di sini. Di ruangan yang memiliki peraturan untuk tidak berbicara sembarangan atau mereka tak akan bisa pulang tepat waktu malam ini.

Ruangan paling sunyi dan tenang daripada yang lain. Tak ada yang berani membuka suara selain topik menu makan malam apa yang akan mereka pesan dan makan bersama di sana. Hanya ada satu bilik yang tertutup rapat di sana.

Di balik tirai itu, Wisnu sebagai dokter internship di bulan pertama memeriksa kondisi pasien remaja di hadapannya bersama seorang dokter senior.

“Nyeri menstruasi, ya?” tanya dokter Olin —dokter senior dari spesialisasi obsteri.

Remaja itu mengangguk pelan. “Kali ini lebih sakit daripada biasanya, Dok. Terus, juga … darahnya …” Dia melirik pada Wisnu yang masih berdiri diam di samping dokter senior.

Tatapan mereka bertemu, Wisnu dapat menemukan gurat tak nyaman dan malu saat remaja itu hendak mengatakan keluhannya. Melihat itu, Wisnu pamit keluar dari bilik, sedikit menjauh dari sana agar pasiennya tetap nyaman.

“Sudah selesai, Nu?” tanya Raka — teman Wisnu sejak masih kuliah. Pria itu juga baru selesai memeriksa seorang pasien yang baru datang.

Wisnu menggeleng. “Pasiennya nggak mau ngomong kalau ada aku.”

Raka mengangguk beberapa kali. Matanya fokus pada ponselnya yang tengah menampilkan aplikasi ojek online. Deretan nama restoran dengan menu andalan mereka, tampil menggiurkan pada layar pipih itu.

“Nu.”

Wisnu menoleh pada dokter Olin yang baru keluar dari bilik. Wanita itu berdiri di samping Wisnu, sedikit membungkuk untuk mengetikkan resep di komputer.

“Pasien tadi, cuma nyeri datang bulan biasa. Saya resep kan obat pereda nyeri, nanti tolong kamu berikan, ya. Setelah istirahat sebentar dan nyerinya sudah mendingan, boleh pulang.”

Wisnu terdiam sebentar sebelum bertanya, “Pasiennya, Dok?”

“Kamu juga,” sahut dokter Olin sambil tersenyum sebelum melangkah pergi.

Setelah dokter Olin pergi dari sana, Wisnu mendudukkan dirinya di balik meja tinggi itu. Dia meraih ponselnya yang bergeming di dalam sakunya, mengirimkan sebuah pesan pada seseorang yang memiliki janji dengannya malam ini.

“Mau makan malam apa, Nu?” tanya Raka tanpa menoleh. Ibu jarinya masih menjelajah pada laman berisi daftar makanan itu.

Wisnu melirik sebentar. “Nggak usah, kamu aja.”

“Kenapa? Lama loh, nunggu pasien. Kita pesan makan dulu aja.” Raka masih kekeh. Tangannya mengulurkan ponsel pada Wisnu, meminta temannya itu untuk memilih menu makan malam mereka.

Wisnu menggeleng lagi. Pria itu beranjak dari tempatnya untuk mengambil obat yang diresepkan dokter Olin sebelumnya.

Sebelum itu, dia sempat menjawab ucapan Raka lebih dulu. “Ada janji makan malam sama Dara.”

...****************...

Aroma bunga lavender dari parfum yang dia kenakan bercampur dengan aroma khas hand sanitizer puskesmas tempatnya bekerja sekarang. Senyuman manis terukir begitu matanya menangkap siluet pria yang duduk di depan sana.

“Wisnu!” panggilnya dengan senyuman paling manis.

Wisnu yang sebelumnya hanya duduk di kursi tunggu yang sepi sambil menunduk itu kini mengangkat kepalanya. Pandangannya langsung tertuju pada pujaan hatinya yang berjalan mendekat.

Lelah yang semula bergelayut di pundak Wisnu itu hilang seketika. Senyuman manis itu menyambutnya dengan hangat seperti biasanya. Bertemu dengan Dara setiap hari ternyata tidak membuatnya bosan.

Tangannya terbuka lebar, membawa Dara ke dalam pelukannya. Wanita itu mendongak dan menumpukan dagunya di dada Wisnu. Matanya berbinar indah seperti bulan purnama yang menggantung di langit malam ini.

“Maaf, ya, aku telat jemputnya,” kata Wisnu. Dia menunduk, menatap langsung pada pujaan hatinya.

Dara menguraikan pelukannya, dia meraih tangan Wisnu untuk bergandengan dengan tangan rampingnya. Sambil menggeleng, dia berkata, “Tapi, kamu masih bisa tepati janji kamu buat makan malam bareng aku hari ini, kan?”

Keduanya berjalan masuk ke dalam mobil Wisnu. Membiarkan ke mana saja kendaraan roda empat itu membawa mereka malam ini.

Sinar hangat lampu jalanan menyapa mereka dari luar sana. Jalanan malam ini tidak terlalu padat, Wisnu dapat menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal di tengah jalanan Jogja.

Sesekali obrolan ringan terdengar tumpang tindih dengan suara radio yang menguar pelan di dalam mobil itu. Sementara Wisnu yang fokus dengan jalanan di depan sana, Dara tidak sedikit pun melepas pandangan dari kekasihnya.

“Tadi, pasien aku-”

“Shut!” Dara buru-buru menghentikan kalimat Wisnu. “Kalau kita lagi berdua, jangan ngomongin kerjaan!” pintanya.

Wisnu tersenyum tipis tanpa menoleh. “Ya udah. Mau makan apa malam ini, Cantik?”

Senyuman Dara semakin tinggi begitu mendengar panggilan hangat dari Wisnu untuknya. Wanita itu memalingkan wajahnya yang memerah, pandangannya kini mengarah ke luar jendela.

“Apa aja, aku nggak rewel anaknya,” sahut Dara tanpa menoleh pada kekasihnya.

Wisnu mencuri pandang sebentar pada Dara yang masih memalingkan wajahnya. Dia terdiam sebentar sebelum berkata, “Makan di rumah aku aja, mau nggak?”

“Apa?”

Dara akhirnya kembali menoleh pada Wisnu. Tempo bicara Wisnu yang cepat itu membuatnya tak yakin dengan apa yang dia dengar tadi. Maka dari itu, Dara kembali memastikannya.

“Makan di rumah aku,” ulang Wisnu dengan lebih jelas. “Makan bareng sama Ayah, sama Bunda. Nanti aku kenalin kamu ke mereka.”

Dara terdiam, tak bisa berkata-kata. Momen ini kembali terjadi sekarang. Momen di mana Wisnu memintanya untuk bertemu dengan orang tuanya.

“Kenapa?” tanya Dara setelahnya.

Wisnu menaikkan bahunya. “Kan, aku udah kenal sama keluarga kamu. Emang kamu nggak mau kenal sama keluarga aku juga?”

Wisnu tahu betul, topik ini menjadi pembicaraan yang paling dihindari oleh Dara. Sejak mereka menjalin hubungan, Dara selalu menghindar jika Wisnu memintanya untuk berkenalan dengan Ayah dan Bunda.

Dara menunduk dalam-dalam. Dia meremas kain celananya erat. “Maaf, kayaknya aku belum siap.”

Wisnu menghela nafasnya pelan, membuat Dara melirik dari ujung matanya.

Jawaban yang Dara berikan selalu sama. Entah persiapan seperti apa yang akan dia lakukan sebelum bertemu keluarga Wisnu. Entah definisi siap seperti apa yang dapat membuatnya mau bertemu dengan keluarga Wisnu.

Meski begitu, Wisnu tetap diam. Dia tak akan memaksa jika memang Dara masih tidak mau bertemu dengan orang tuanya.

Wisnu menghentikan mobilnya di depan bangunan tempat makan yang sudah menjadi langganan mereka sejak kuliah. Dia melepaskan seatbelt dan bersiap untuk turun.

“Bukannya aku nggak mau. Maaf.”

Wisnu menoleh pada Dara yang masih bergeming dengan posisi yang sama. Dia mengusap surai lembut wanita itu sambil mengangguk. “Nggak apa-apa, Sayang.”

“Turun, yuk. Kita makan yang enak.”

1
Nurhikma Arzam
semangat windu semangat juga thor
Nurhikma Arzam
wanita dan ketakutan nya bisa di mengerti tp itu to much dara
Nurhikma Arzam
mulai curiga nih apa ya rahasianya
Nurhikma Arzam
Dara-Dara kenapa kamu nggak mau sih ketemu keluarga wisnu🤦🏻‍♀️
Nurhikma Arzam
mode perjodohan mulai nih kayanya 😂
Nurhikma Arzam
agak bingung Brahaman itu ayah siapa?
Nurhikma Arzam: ooh paham paham
Nurhikma Arzam: ooo paham paham
total 3 replies
Nurhikma Arzam
satu sisi kasian sama sewindu tp sisi lain orang tua juga ada benarnya hmmm
Nurhikma Arzam
Hallo Daffa kandidat sad boy aduuh. nasip jadi second lead male 🥲
Nurhikma Arzam
Dara awas aja kalau kamu menyesal ya. awas aja kalau akhirnya wisnu mengiyakan perjodohan itu. jangan jadi duri kamu 😏
Nurhikma Arzam
oke mulai mengerti jadi ini kisah tentang perjodohan. semangat thor
Nurhikma Arzam
bagus nih buat aku yang bukan orang jawa bisa belajar 😁
Nurhikma Arzam: harus sih kak wkwkw
Amerta Nayanika: wah kayaknya aku harus bikin translate nih, wkwkwk
total 2 replies
Nurhikma Arzam
Halo kak aku mampir cerita nya bagus. jangan lupa mampir juga di cerita aku ya 😊
Amerta Nayanika: halo kakak!! terima kasih ya❤️🙆‍♀️
total 1 replies
Akbar Cahya Putra
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
Amerta Nayanika: halo🙌
tunggu updatenya setiap hari ya!! thank you❤️
total 1 replies
★lucy★.
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
Amerta Nayanika: udah nih, yuk baca!🙆‍♀️
total 1 replies
Mary_maki
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Amerta Nayanika: halo halo🙌
makasih ya, jangan lupa likenya❤️ thankyou 🙆‍♀️✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!