Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.
Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.
"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.
Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.
Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.
Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Di Cegat Orang
Bakso pesanan mereka akhirnya sudah jadi. Anya segera meraciknya lagi dengan saus sambal, kecap dan cuka. Anya mencoba kuahnya terlebih dahulu. Sementara Elvaro hanya tersenyum melihat Anya yang begitu menikmati makanan sederhana itu dengan senang hati.
Elvaro mengikuti cara Anya dalam meracik baksonya. Dan ia pun segera mencobanya. Ternyata memang enak. Tidak kalah dari bakso yang ada di restoran.
"Kamu suka bakso?" tanya Elvaro.
"Suka, " balas Anya.
"Padahal, saya bisa membawa kamu makan bakso di tempat yang lebih mewah. "
"Bakso pinggir jalan lebih enak. Apalagi harganya lebih bersahabat dikantong celana."
Anya keceplosan ngomong.
"Oohh... Jadi karena harga yah."
Anya pun terdiam dan kembali menikmati bakso miliknya dengan lahap. Tidak lama mereka pun selesai makan.
"Bang berapa totalnya?" tanya Anya ke si Mas tukang bakso.
"Tiga puluh ribu Mbak."
Anya baru saja akan memberi Mas tukang bakso itu uang untuk membayar. Tapi Elvaro menyela dengan memberi si Mas tukang bakso segepok uang.
"Ini mah kebanyakan, Pak, " ucap si Mas tukang bakso.
"Udah. Kamu ambil saja. Kamu harus menaruh lebih banyak kursi dan kalau bisa pasang AC atau kipas angin. Nanti biar orang yang makan gak kepanasan, " usul Elvaro.
Si Mas tukang bakso tersenyum senang.
"Terima kasih, Pak. Saya akan usahakan."
Elvaro dan Anya pun pergi naik ke mobil dan pergi dari sana.
"Wahhh... orang kaya memang beda, yah? Ngeluarin uang segepok kayak ngeluarin uang dua ribu aja, " ujar Anya.
"Dua ribu? Dua ribu dolar maksudnya?" ulang Elvaro malah bertanya-tanya tidak tahu rupa uang dua ribu rupiah.
"Bukan dolar tapi rupiah!"
"Rupiah? Emang ada uang dua ribu rupiah?" sahut Elvaro.
Anya tertegun tidak percaya. Ternyata orang sehebat Elvaro tidak pernah melihat uang receh dalam hidupnya.
"Waaahh gila!" Anya hanya menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah tidak usah membahas hal yang tidak perlu. Ngomong-ngomong, kita sekarang mau kemana?"
"Yah, kemana lagi? Pulanglah! "
"Oke."
Namun, tiba-tiba saja ada dua motor yang mengejar mobil Elvaro. Mereka mengepung mobil Elvaro dari sisi kanan dan sisi kiri. Mereka terus berteriak sambil menggedor kaca pintu mobil.
"Woy! Berhenti! Turun!"
Elvaro mau tidak mau menepikan mobilnya dan berhenti. Anya sama sekali tidak panik dan tetap dalam keadaan tenang.
"Jangan turun! Tetaplah di dalam mobil, " ujar Elvaro memperingati Anya.
Elvaro kemudian turun dari mobil untuk menghadapi orang-orang bertopeng ini.
"Siapa kalian?" tanya Elvaro.
"Ah, bacot!"
Salah satu orang bertopeng itu tidak ingin basa basi dan langsung menyerang Elvaro. Elvaro menghindar dan menangkis serangannya. Namun, ketiga temannya iku menyerang bersamaan. Empat lawan satu. Untuk sekarang Elvaro mungkin masih bisa bertahan. Namun, empat lawan satu itu tidak seimbang. Elvaro yang mulai lengah mendapatkan tendangan keras dikepala, sehingga ia merasa pusing.
Jatuhnya Elvaro dibuat kesempatan oleh mereka untuk menyerang secara bertubi-tubi. Salah satu dari mereka hendak melayangkan pukulan keras. Tetapi dengan sangat tidak terduga Anya menahan pukulan itu dengan satu tangan.
Elvaro terkejut melihat Anya yang sama sekali tidak menurut padanya. Tetapi ia lebih terkejut melihat dirinya bisa menahan pukulan orang itu dengan sangat baik.
"Kalian curang! Empat lawan satu itu sangat curang."
Anya menatap dingin orang bertopeng itu. Dan dengan satu pukulan kuat pria bertopeng itu terpental cukup jauh.
"Siapa yang berani cari masalah denganku?" ucap Anya sambil berdecak pinggang.
Elvaro tertegun kaget melihat kehebatan Anya. Ternyata walau tubuhnya kecil, pukulannya kuat dan hebat. Ketiga teman pira bertopeng bersama menyerang Anya. Tetapi dengan mudahnya Anya mengalahkan mereka dengan waktu sebentar. Menyadari kehebatan ilmu bela diri Anya ke empat pria bertopeng itu segera kabur dan pergi.
"Wow!" gumam Elvaro terkesan melihat kehebatan Anya.
"Mereka siapa, sih? Musuh anda, yah?" tanya Anya.
"Entahlah. Saya juga tidak tahu siapa mereka dan apa mau mereka?" sahut Elvaro sambil merapihkan bajunya.
"Tapi, kenapa kamu hebat sekali? " sambung Elvaro bertanya.
"Yah, asal anda tahu saja, kalau saya ini adalah master taekwondo!" seru Anya.
"Master? Sombong banget, yah!"
"Yah, memang patut disombongkan tahu!"
Elvaro tertawa kecil mendengar ucapan Anya.
"Kalau tahu begitu, tadi saya tidak usah capek-capek turun melawan mereka. Jika tahu, kamu saja tadi yang turun dan habisi mereka. Bikin repot saja! " keluh Elvaro bercanda.
"Waahh.. Benar-benar. Benar, seharusnya saya tidak membiarkan pria lemah menghadapi mereka tadi, " balas Anya sambil naik ke dalam mobil.
"Apa? Pria lemah? Hei, siapa yang kamu sebut pria lemah? " sahut Elvaro segera menyusul nya.
Anya sedari kecil memang belajar taekwondo. Karena dulu ayahnya adalah seorang pelatih taekwondo. Jadi, ia pun sangat hebat dalam ilmu bela diri.
Di dalam mobil Anya terus bermain ponsel. Entah apa yang dilihatnya. Sementara Elvaro terus memikirkan ke empat orang yang menyerangnya tadi sambil mengemudi.
[Apa mereka orang suruhan? Siapa yang menyuruh mereka? Apa mungkin dia?] Bathin Elvaro.
***
Hari menjelang sore. Syella baru saja pulang sekolah. Kebetulan, Bima juga baru pulang. Ia melihat Syella yang ragu-ragu masuk rumah. Bima pun mendatanginya.
"Hei, anak kampung! " seru Bima.
Syella tidak menggubrisnya. Tetapi ia sedang menangis sampai tersedu. Bima menyadari ada yang salah dengannya. Bima perlahan membalikkan badan Syella dan melihat penampilan Syella yang sangat kacau.
"Apa yang terjadi?" tanya Bima.
"Hiks.. Hiks.. Hiks..."
Tangisan Syella malah semakin kencang. Bima merasa bingung sendiri.
"Hei, jangan menangis. Ada apa?" tanya Bima kini dengan nada yang begitu lembut.
"Hiks.. Hikss... Kak Bima? Bagaimana ini? " sahut Syella dengan suara berat dan bergetar.
Syella menatap Bima dengan mata yang sudah memerah karena terlalu banyak menangis. Ia mencengkram kuat ujung baju Bima dengan gemetar.
"Ada apa? " tanya Syella.
"Saya, tidak mau sekolah disana. Saya ingin berhenti dan pindah. Tapi, saya tidak mau membuat semua orang khawatir, " ucap Syella sambil menangis.
"Hari ini, hari pertama saya masuk sekolah. Tapi, mereka menyiksa saya dan merundung saya. Hari ini saya sama sekali tidak belajar, mereka mengurung saya di toilet sampai petang. Menyiram saya dengan air kotor dan meninggalkan saya sendirian disana. Saya takut sekali. Bagaimana ini? Apa yang harus saya lakukan sekarang? " sambung Anya menceritakan apa yang dia alami selama disekolah hari ini.
"Apa? Beraninya mereka melakukan ini pada keluarga Sugito, " geram Bima.
[Tunggu! Tapi, kenapa aku harus marah? Dia kan bukan keluarga Sugito yang sesungguhnya. Seharusnya aku merasa senang dia diperlakukan tidak baik. Tapi... ] Bathin Bima sedang berdebat dengan pikiran dan perasaannya.
Bima kembali menatap Syella yang masih terisak. Entah kenapa hatinya yang lembut merasa sangat kasihan padanya. Walaupun ia memang sangat tidak menyukai pernikahan ini dan keluarga Anya. Tetapi ia tidak bisa mengesampingkan hati nuraninya.
"Besok, aku akan antar kamu ke sekolah. Tunjukkan padaku orang yang telah melakukan ini padamu. Aku akan balas perbuatan mereka padamu. Beraninya mereka macam-macam terhadap keluarga Sugito, " ucap Bima dengan mantap.
Syella hanya mengangguk. Kemudian Bima mengajak Syella masuk lewat pintu belakang. Dan meminta salah satu pelayan untuk mengurus Syella serta pakaiannya yang kotor. Tidak lupa Bima juga meminta pelayan itu untuk merahasiakannya dari semua orang.