NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

“Karina..”

Karina menyadari lambaian tangan di depan wajahnya sebelum ia mendengar suara suaminya. Ia berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya meletakkan tas selempangnya di atas sofa yang ada di dekatnya dan memutar tubuhnya, mengikuti Steve yang sudah berjalan beberapa langkah darinya.

Karina menatap sekelilingnya, dan ia melihat seorang pelayan laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan, mengenakan setelan jas, dengan sebuah tag nama di dadanya dan menggunakan sarung tangan putih. Pelayan tersebut tampak sedang berbicara kepada Steve, dan setelah dirinya cukup dekat dengan mereka, Karina mendengar ternyata pelayan tersebut sedang menjelaskan tentang kemewahan akomodasi yang ada di mansion yang akan mereka tinggali ini. Karina mendengarkan penjelasannya dengan setengah hati, karena dirinya tidak terlalu peduli seberapa mewah akomodasi yang disediakan oleh tempat yang akan menjadi rumahnya selama dua minggu kedepan ini.

Satu-satunya informasi yang benar-benar masuk ke telinga dan mencuri perhatiannya adalah sesuatu yang tampaknya tidak terlalu penting bagi orang lain kecuali dirinya sendiri. Informasi yang membuat Karina dengan cepat menoleh ke arah pelayan tersebut.

“Ada berapa kamar tidur?” tanya Karina, menatap pelayan itu dengan tatapan yang sangat fokus. Jika tatapan mata dapat mengeluarkan laser, mungkin pria di depannya ini sudah terbakar karena laser yang keluar dari mata Karina.

“Ada dua kamar tidur, mademoiselle.” Pelayan tersebut menatap ke arah Karina, menjawab pertanyaannya itu dengan nada yang sangat santai dan ramah. Tapi, tentu saja jawaban darinya itu tidak terasa santai sama sekali bagi Karina.

Hanya ada dua kamar tidur, dan mereka datang berempat. Itu berarti Karina dan Steve harus berbagi kamar. Yang berarti mereka akan tidur di kamar yang sama. Yang berarti.....

Karina mengerjapkan matanya dengan cepat, seketika ia merasa bagaikan disiram air dingin hingga kesadarannya kembali sepenuhnya. “Hmm, dua kamar tidur. Oke..... tadi anda sedang menjelaskan tentang kolam renang di halaman belakang, kan? Silahkan lanjutkan.”

Pelayan tersebut mengangguk sopan dan kembali melanjutkan bicaranya. Ketika mereka mulai bergerak menuju halaman belakang, Karina melihat beberapa pelayan lainnya yang lewat sambil mendorong empat troli yang berisi koper-koper milik mereka. Karina memperhatikan troli yang berisi kopernya masuk ke kamar tidur utama, dan ia mendengus pelan begitu melihat troli yang berisi koper Steve juga masuk ke kamar yang sama.

Luar biasa. Dirinya harus berbagi tempat tidur yang sama dengan Steve selama dua minggu ke depan. Dan entah mengapa Karina sama sekali tidak kepikiran tentang fakta yang satu ini.

Pasangan suami istri saling berbagi kamar dan juga tempat tidur tentu merupakan hal yang normal. Tentu saja mereka tidak akan tidur di kamar yang terpisah. Karena ya, selain untuk urusan bisnis, perjalanan kali ini juga sebagai bulan madu mereka. Jadi tentu saja ayahnya akan memesan mansion dengan jumlah kamar yang sesuai dengan kebutuhan. Dan juga apa yang harus Karina khawatirkan tentang berbagi kamar dengan Steve?

Jawabannya adalah segalanya. Karina mengkhawatirkan segalanya.

Meskipun Karina dan Steve adalah suami istri, tapi pada kenyataannya mereka bukanlah pasangan sungguhan. Walaupun mereka sudah tinggal di bawah atap yang sama selama enam bulan belakangan ini, Karina sama sekali belum pernah tidur sekamar apalagi seranjang dengan Steve. Dan setelah dipikir-pikir, bagaimana bisa dirinya benar-benar tidak mengantisipasi soal ini.

Di sampingnya, Steve terlihat sangat santai. Wajahnya begitu datar, dan dia terlihat sangat serius mendengarkan setiap penjelasan dari sang pelayan. Karina tidak bisa menebak kalau dia benar-benar mendengarkan atau hanya berpura-pura.

Karina mengalihkan tatapannya dari Steve dan menghela napas pelan. Sepertinya memang hanya dirinya yang merasa terkejut dan sama sekali tidak menyangka harus berbagi kamar, dan hal ini membuatnya merasa sangat bodoh.

*Karina dan Steve terus berjalan mengikuti pelayan, membiarkan pria itu mengarahkan mereka untuk melihat setiap aspek dan akomodasi dari mansion besar ini. Mansion ini memiliki ruang tamu, dapur, ruang olahraga, ruang keluarga, sauna, area bar, dan sebagainya. Yang mengejutkan, bahkan ada ruang musik, kolam renang dalam ruangan di balkon kamar tidur utama mereka dan satu lagi yang jauh lebih besar di halaman belakang. Tentu saja mansion* ini masih tidak sebanding dengan rumah orang tua mereka yang super mewah, namun termasuk cukup mengesankan untuk ukuran mansion liburan.

Kedua ibu mereka entah menghilang kemana, mengikuti seorang pelayan lainnya ke suatu tempat di taman belakang. Hanya Steve dan Karina yang dengan setia mengikuti dan mendengarkan semua penjelasan dari pelayan laki-laki ini, yang sebenarnya tidak diperlukan, karena mereka bisa menyusuri seluruh isi mansion ini sendiri nantinya. Baik Karina dan Steve tahu bahwa pelayan tersebut hanya menjalankan protokol tugasnya, maka karena itu keduanya tetap mendengarkan untuk menghormati tugasnya itu.

Karina mengerucutkan bibirnya. Bagaimana bisa mansion sebesar ini hanya memiliki dua kamar tidur? Tidak bisakah mereka menambahkan satu kamar lagi? Rasanya Karina ingin menanyakan hal tersebut. Tapi ia sadar pasti akan kedengaran sangat aneh jika ia menyuarakan pertanyaan tersebut, jadi ia memutuskan untuk menyimpan pertanyaan itu untuk dirinya sendiri.

Tur mengelilingi mansion ini berakhir di kamar utama yang merupakan kamar Karina dan Steve. Para pelayan membungkuk memberi hormat kepada mereka sebelum akhirnya keluar meninggalkan keduanya di dalam kamar tersebut.

Karina kembali berpikir, kenapa ada begitu banyak pelayan yang disediakan di mansion ini? Karina tidak yakin mereka akan membutuhkan pelayan sebanyak itu selama tinggal disini. Dirinya mungkin berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi Karina tidak merasa ia membutuhkan banyak orang yang ditugaskan khusus untuk melayani dirinya.

“Kenapa ayah memesan tempat yang begitu besar dengan pelayan yang begitu banyak? Apakah semua ini perlu?” Karina bertanya begitu pintu kamar mereka ditutup. Ia mendudukkan dirinya di kasur, dan tubuhnya melenting pelan di atas kasur yang berukuran sangat besar itu. Karina mengelus-elus permukaan kasur pelan, kasur ini sangat empuk dan Karina merasa cukup puas untuk yang satu ini. Well, sebenarnya ia sangat puas dengan semua aspek yang ada di mansion ini. Bahkan mereka menyediakan grand piano di dalam ruang musik. Sungguh mengesankan, bukan?

Steve berjalan melewatinya dan meletakkan jasnya di atas kursi meja rias. Karina menengadah menatap langit-langit kamar, dan mendapati langit-langit yang polos tanpa hiasan apa pun. Karina merapatkan bibirnya, sepertinya ia sudah terbiasa dengan hiasan bintang-bintang yang ada di kamar yang ia tempati di rumah, sehingga merasa agak sedikit kecewa ketika melihat warna putih polos langit-langit di kamar ini.

“Agak sedikit berlebihan, tapi aku bisa mengerti mengapa ayah memesan tempat semewah ini dengan begitu banyak pelayan. Selain karena ibu kita juga ikut, juga karena ini adalah perjalanan bulan madu kita.” Jawab Steve, dan kalimat terakhirnya itu membuat Karina bergidik, rasanya ia ingin berteriak mendengarnya.

“Ugh, menjijikan. Kukira hanya orang-orang di film saja yang melakukan perjalanan bulan madu.” Ujar Karina sambil mengerutkan alisnya.

Steve terkekeh pelan, dan Karina merasakan sisi kiri tempat tidur sedikit menurun ketika pria itu mendudukkan dirinya disana. “Bulan madu itu suatu hal yang penting untuk pasangan yang baru menikah. Kamu berkata begini karena kamu datang kesini bersamaku. Pandanganmu pasti akan berbeda jika kamu berbulan madu dengan Felix.”

“Hmm, ya, tidak salah sih. Tapi kita sudah menikah hampir setengah tahun, rasanya sudah terlambat untuk sebuah bulan madu. Dan ditambah lagi, bukankah ayahku kejam sekali mengirim kita untuk perjalanan bisnis dan bulan madu pada saat yang bersamaan? Mana ibu kita juga ikutan datang. Bulan madu macam apa ini?”

Karina sadar bahwa dirinya sudah mengajukan pertanyaan yang sangat serius ketika ia mendapati Steve tidak langsung menjawabnya dengan jawaban-jawaban yang mengejek seperti biasanya.

Setelah terdiam beberapa saat, Steve tertawa pelan sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur, mengganjal punggungnya dengan beberapa bantal. Karina mengedarkan pandangannya pada sekitar kasur. Apakah mereka yakin bahwa tempat tidur ini dibuat untuk dua orang? Selain ukurannya yang sangat besar, kenapa juga mereka menyediakan bantal sebanyak ini? Karina menghitung ada enam bantal dan empat guling di kasur ini. Sungguh tidak perlu.

“Jangan terlalu dipikirkan, anggap saja ini adalah seperti perjalanan bisnis plus family trip. Ini tidak terlalu buruk kok, mansion ini sangat bagus. Dan juga kita punya pemandangan laut yang indah dari balkon kamar.” ujar Steve setelah berhasil menemukan posisi yang nyaman untuk punggungnnya. Karina melihat tangan Steve yang mulai bergerak untuk melonggarkan dasinya. Kenapa pula pria ini mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi untuk perjalanan yang memakan waktu panjang? Memangnya mereka akan langsung menemui klien begitu mendarat di Corsica?

Tunggu..... apakah mereka benar-benar akan langsung menemui klien sekarang juga?

“Jangan bermalas-malasan, cepat ganti pakaianmu. Asisten Maxence tadi mengirim pesan dan mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan mobil dalam tiga puluh menit. Kita akan bertemu mereka untuk makan malam.”

Rasanya Karina ingin manjatuhkan dirinya di lantai dan menendang-nendang seperti anak kecil yang tidak diizinkan membeli mainan yang diinginkannya. Untuk kedua kalinya Karina merasa dirinya sangat bodoh. Seharusnya ia tahu bahwa jadwal padat mereka akan langsung dimulai begitu mendaratkan kaki disini karena kali ini mereka datang sebagai 'pemeran utama' dari pertemuan penting proyek baru mereka ini. Bagaimana bisa ia pikir dirinya bisa menikmati waktu, bermalas-malasan dan tidur dengan tenang begitu tiba disini. Karina rasa dirinya harus membiasakan diri dengan agendanya kali ini.

Dengan dramatis, Karina berdiri sambil menatap Steve dengan mata membulat, “Apakah kita akan langsung membicarakan proyek? Aku bahkan belum membaca berkas-berkasnya sama sekali!”

“Tapi tidak perlu khawatir, kita hanya akan makan malam bersama mereka. Maxence bilang dia ingin menjamu dan menyapa kita setelah penerbangan yang panjang. Bukannya kamu sudah terbiasa ikut dengan ayahmu dalam agenda-agenda semacam ini?”

Karina kembali mendudukkan dirinya di kasur, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ya, aku hanya hampir yakin kalau sebenarnya kita sedang melakukan perjalan bulan madu dan melupakan alasan utama kenapa kita ada di sini.”

Steve menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk permukaan kasur di sebelahnya. “Bangunlah. Kamu hanya punya waktu setidaknya dua puluh menit lagi sampai jemputan tiba di sini. Aku akan memberitahu ibu kalau kita akan keluar untuk makan malam dengan klien.”

Karina mengerang, merasa dirinya seperti anak kecil yang sedang diomeli karena melewatkan alarm paginya untuk berangkat ke sekolah. Ia memutar bola matanya sebelum menatap Steve sinis dan berdiri dengan malas. “Baik, tuan. Apa yang bisa kulakukan tanpa suami yang sangat disiplin sepertimu.”

Steve bangun dari kasur sambil tertawa pelan. Dia berjalan ke arah meja rias dan mengambil ponsel yang berada di saku jasnya. “Chateau Marmont?” tanya Steve sambil mengetik dengan cepat di ponselnya.

Karina merasa bersyukur Steve bertanya sambil fokus pada layar ponselnya, karena pertanyaan singkat itu membuat Karina tersenyum, dan ia tidak yakin dirinya mau kalau Steve melihat senyumnya itu. Tapi Karina tetap berusaha menjawab suaminya itu dengan nada bercanda. “Ah, aku tidak menyangka kamu akan mengingat restoran favoritku.”

Steve tidak mengatakan apa-apa dan hanya merapatkan bibirnya. Karina memperhatikan pria itu sejenak, masih sambil tersenyum. Tapi dirinya tidak menyadari bahwa ujung telinga Steve sedikit memerah karena ucapannya itu. “Apa kamu mau memesan terlebih dahulu?” Tanya Steve.

Steve menoleh, mendapati Karina yang sedang menarik kopernya dan beranjak masuk ke dalam ruang ganti. “Pesan saja apa yang menurutmu enak dan cocok untukku.”

Itu jelas bukan jawaban yang Steve harapkan, dia menatap pintu ruang ganti yang perlahan tertutup dengan tatapan kaget. “Biasanya kamu pemilih soal makanan.”

Pintu kembali terbuka dan kepala Karina muncul dari balik pintu. “Suasana hatiku sedang baik, jadi kamu bisa pesan apa saja, suamiku. Cukup pastikan tidak ada tomat pada makananku.”

Steve tersenyum tipis sambil mendengus pelan. Tentu saja istrinya ini tetaplah pemilih soal makanan. “Pilih pakaian berwarna merah.” Ujar Steve sambil berjalan melewati ruang ganti menuju pintu kamar.

“Merah? Kenapa??” Steve mendengar suara Karina yang menyahut dari dalam ruang ganti.

Steve meraih gagang pintu dan mulai berjalan keluar. “Ya, gak kenapa-kenapa. Pokoknya pakai saja pakaian berwarna merah.”

1
Shirase
wah banget, alurnya udah bagus ditambah dengan jumlah kata yang banyak untuk 1 bab! ini bakal jadi karya romance yang bagus untuk kedepannya!! semangatt/Hey/
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!