Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Bahagia di atas Luka
"lo ngga apa-apa kan ?" Tanyanya.
"emangnya kenapa ?" Aku balik bertanya.
"ya kali aja mood lo jadi kaya perosotan. Swiing langsung jatoh kebawah."
"haha.. Ngga lah." Jawabku.
"bagus deh." Balasnya.
"oh iya. Makasi ya sarapannya." Ucap Arfan sambil tersenyum.
Entah kenapa aku mulai menyukai senyumannya. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum.
"kalo setiap hari boleh ?" Tanyanya.
"emmhh..." aku pun tertawa.
"laury .."
"hem ?"
"serius." Ucap Arfan.
"maksudnya ?"
"sarapannya."
Aku tersenyum, bingung hendak mengatakan apa kepada Arfan. Aku senang, berdebar juga bimbang. Apa ada yang bisa menggetarkan hatiku selain Reska ?.
Akhirnya aku tidak memberikan jawaban apapun kepada Arfan. Hanya sekedar senyuman malu dan bingung. Arfan menemaniku kembali ke kelas dan berpisah didepan pintu kelas. Baru saja aku membalikkan badan, Reska muncul dihadapanku dan membuatku terkejut. Reska menahan tubuhku yang hampir jatuh. Wajahnya juga terkejut karna aku rasa dia tak ada niat untuk membuatku terkejut hingga hilang keseimbangan. Aku memukul lengan atasnya dan dia membantuku berdiri kembali.
"aw.. Makanya kalo jalan liat-liat."
"lo yang ngapain di belakang gue, reskaaaa."
"ya suka-suka gue dong. Makanya jangan diri didepan pintu."
Aku hendak meninggalkannya masuk.
"eh mau kemana ?" Ucapnya sambil menarik lenganku.
"ayo mintain duit LDKS."
"ya entar dulu. Ambil buku catatannya." Ucapku sambil melepas genggamannya.
"buruan."
"brisik."
Aku dan Reska berkeliling kelas untuk menanyakan siswa/i yang hendak membayar biaya LDKS yang akan kita setorkan kepada Bu Vira. Saat menuju kelas terakhir, aku dan Reska bertemu Risky yang begitu bahagia melihat Reska.
"hai, darimana ?" Tanya Reska sambil memegang lengan Risky.
"dari toilet." Jawabnya lembut.
"ikut yuk, kita lagi mintain uang ldks."
"emang ngga apa-apa" Ucapnya sambil melihatku.
Aku hanya menyadarinya saat mataku masih melihat kebuku catatan. Aku berpura-pura mencari kesibukan agar tak memperhatikan mereka.
"ngga apa-apa dong, sayang. Kamu kan osis juga. Yuk."
"okey."
"ayo jalan." Ucap Reska sambil menepuk punggungku.
"a.."
Aku membalasnya dengan muka kesal, memukul lengan atas Reska. Namun dia malah tertawa senang kepada Risky.
"emang usil dia."
Entah kenapa bisa pas sekali di kelas ini ada Bu Vira. Aku sangat tidak ingin bertemu Bu Vira saat bersama dengan Reska.
"ehhh .. Ada kamu laury. Eh si reska. Ibu pesenin biar ga pacaran mulu sama laury malah bawa gandengan yang lain."
"ka reska.."
"ka reska .. Ka risky.."
Adik-adik kelas begitu antusias dengan kehadiran Reska dan Risky yang menjadi pasangan favorit bagi mata mereka.
Tiba-tiba aku menemukan sosok lelaki yang aku kenal. Dia sedang mencatat di meja salah satu siswa, sambil menunduk dan bertanya. Tanpa sadar aku dengan pelan menghampiri.
"hai.." dengan sangat lembut aku menyapanya.
Dia membalasku dengan begitu riang di wajahnya.
"hai.. Nih gue bantuin, tadi ada beberapa anak yang bayar."
"thank you." Aku menerima selembar kertas yang diberikannya.
Aku berjalan bersama kedepan untuk menghadap Bu Vira.
"ih kamu mah keduluan kan sama arfan."
"kali ini saya ngga telat kan, bu." Balas Arfan.
"bagus." Ucap Bu Vira sambil memberikan jempol kepada Arfan.
"eh reska, kamu tuh ya bukannya bantuin laury tugas."
"bu dari tadi saya bantuin, bu. Tanya tuh sama laury."
"bohong kan dia pacaran mulu kan ? Kamu ditinggalin pasti ya." Bu Vira.
"bu, dia sekarang udah ada saya, bu. Jadi sekarang kalo mau ledekin laury sama saya aja, bu jangan sama reska lagi nanti pacarnya marah." Jelas Arfan sambil tersenyum.
"iya juga ya , bener kamu. Udah laury kamu sama dia ajah, ngga usah sama reska, ga jelas."
"hahaha" kita tertawa bersama mendengar candaan Bu Vira.
Aku sedang berdiri memeriksa loker untuk menaruh seragamku, karna saat ini pakaian olahraga yang ku kenakan. Saat ku tutup pintu lokerku, aku terkejut menemukan wajah Risky di balik pintu yang sejak tadi menungguku.
"kiky.. " Ucapku terkejut.
"gue pengen ngomong sama lo."
"ngomong apa ?" Tanyaku.
"kita nih sama-sama perempuan ya , harusnya lo ngerti gimana perasaan gue. Sekarang gue tanya sama lo , apa lo seneng liat pacar lo deket-deket sama cewe lain?" Ungkap Risky.
Risky yang selama ini aku tahu dia baik dan lembut, begitupun yang Reska tahu. Kini dia membuka topengnya sendiri dihadapanku.
"oh iya lupa , lo kan ngga punya pacar ya."
"oh atau mungkin lo cemburu karena reska deket sama gue ? Reska jadi pacar gue ? Reska lebih memilih gue ?"
Ya , apa yang di katakan Risky benar, aku cemburu jika itu Reska. Aku tak bisa berkata apa-apa dihadapannya. Aku juga tidak bisa berharap Reska ataupun Arfan akan datang untuk mencairkan ketegangan ini.
"ky, ayo udah mau mulai." Teriak Maura seperti baru menemukan Risky.
"oh ! Udah tersampaikan semua ?" Tanya Maura, seolah apa yang dikatakan Risky saat ini sudah terencana sejak lama untuk disampaikan kepadaku.
"gue duluan." Ucapku langsung meninggalkan mereka.
Aku berbaris di bagian perempuan. Aku memperhatikan wajah Risky yang baru memasuki lapangan, terlihat kesal kearahku.
Kelompok laki-laki kelasanku dengan Risky sedang tanding basket. Aku memilih untuk ke kantin karena tidak ada siapapun yang ingin ku lihat, termasuk Reska.
Aku bersama Nuha pergi ke kantin. Ternyata sudah jam istirahat dan banyak yang berkumpul di kantin. Baru saja mau memasuki pintu kantin, aku sudah dicegat oleh lelaki si pembawa susu strawberry. Dia mengulurkan tepat dihadapanku sambil tersenyum tanpa berkata apapun.
"duh gue duluan deh, ngga kuat melihat ke-uwu-an ini." Ledek Nuha yang langsung pergi.
Baru saja tanganku melayang untuk mengambilnya. Susu itu langsung menghilang di sambar orang dan langsung ditenggaknya.
"udah di bilang alergi susu masi aja di bawain susu." Ucapnya sambil diikuti oleh 2 perempuan dibelakangnya.
Dia adalah Reska. Aku hendak mengejarnya karena kesal. Namun, tanganku ditahan oleh Arfan.
"nih." Dia mengeluarkan susu dari tangannya yang satu lagi, masih dengan senyumnya yang membuatku berdebar.
"udah antisipasi, takut diambil lagi. Makanya beli 2." Ucapnya dengan tawa kecil.
Aku tertawa malu sambil membuka tutup botol susu.
"harusnya ini kan buat lo." Ucapku.
"ngga, itu buat lo." Jawabnya.
"gue minum ya." Izinku.
"silahkan." Balasnya.
Aku berjalan menjauh dari kantin menuju tempat pertama kali aku bertemu dengan Arfan. Taman di belakang sekolah, dibawah pohon yang rindang.
"kenapa suka banget kesini ?" Tanya Arfan sambil duduk.
"teduh, sunyi, tenang." Jawabku.
Arfan menanggapi dengan anggukan kepala.
"kenapa waktu itu kesini juga ?"
"emmhh.. Panggilan hati mungkin. Biar ketemu sama lo." Jawabnya.
"Ga lucu." Sahutku tersenyum sambil bersandar di pohon yang berseberangan dengannya.
Diapun ikut tersenyum dan tertunduk.
.
.
.