NovelToon NovelToon
BUKAN IBLIS

BUKAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan
Popularitas:760
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.

tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BI BAB 27 - Sungai tenang.

"Turun." Titah dingin dari pangeran kencur kaya raya tersebut membuatku tersentak dan terbangun dari tidurku. Ha? Tidur?

'bisa-bisanya aku tertidur??!!'

Edo turun lebih dulu lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan aku yang masih planga-plongo diatas motor ninja mehong miliknya.

tega ah.

Aku yang masih setengah sadar mengucak mata lalu melompat turun dari motor.

Walau dengan sedikit sempoyongan, aku tetap berusaha berjalan untuk mengikuti langkah pemuda yang sudah berada jauh di depan sana.

"Hoamm~" aku menguap lalu menepuk pipiku kuat beberapa kali.

'kaunnie keren sadarrr!'

'saat ini kamu lagi dalam misi yang ngehasilin uang banyak!'

Aku mengayun langkahku lebih cepat agar sejajar dengan Edo yang seolah tidak sedang bersama siapa-siapa itu.

Santai banget dia jalannya, mana laju pulak.

Aku menggaruk tengkuk lalu garukanitu pindah pada bagian bawah hidung. Dengan wajah yang masih bantal aku tetap berjalan dengan pedenya tanpa tahu bagaimana kondisi wajahku sekarang.

Dungu.

Bisa-bisanya aku tertidur, kalau tadi aku jatuh lalu kepala ku di lindas pengendara lain bagaimana?

Haish.

Aku menggeleng menertawakan kebodohanku sendiri. Habisnya enak sih adem, tadi angin malam seakan menghipnotis ku sehingga diriku ini secara tidak sengaja kehilangan kesadaran.

Tap..

Tap..

Tap..

Langkahku terayun lebih cepat mengikuti pemuda di depan. Sebenarnya aku cukup tidak menyangka bahwa perjalanan aku dan Edo akan cukup panjang juga sehingga aku dengan dungunya merasa ngantuk lalu tertidur dengan posisi duduk dibonceng.

Entah bagaimana tadi aku bisa tidak jatuh padahal kalau dipikirkan dengan akal sehat kemungkinan aku akan jatuh itu sudah mencapai kurang lebih 77% namun ya sudahlah.

Mungkin bokongku terlalu sakti sehingga posisiku tidak bisa bergeser sama sekali dari jok motor ninja-nya Edo?

Wah! Kalau itu benar berarti aku bisa ikut lomba kesaktian bokong nih! Eh, tapi bokongku sedang lecet... Lupa.

Eee?!!. Bukankah akan lebih hebatt?!! Bokongku sedang bukan dalam kondisi baik namun kesaktiannya tidak berkurang sama sekali.

Sekali lagi.

'bukankah itu hebatt?!!'

Ekhem, aku berdehem lalu kembali menjadi patung bernyawa seperti biasanya.

Lupakan pemikiran kekanak-kanakan tadi.

Tap..

Tap..

Aku terus berjalan dengan pandangan mengedar ke segala arah, perjalanan kami ditemani sepi, seperti yang kalian tahu bahwa pemuda yang berjalan beriringan denganku ini sombong, dan aku juga sedikit sombong.

Sebenarnya aku ingin bertanya.

mengapa tidak memakai motor ninja nya itu saja?

Apa rumah ibu kantin itu begitu terpencil sampai-sampai tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda dua?

Sempit banget dong?

Tapi yasudahlah. Yang terpenting sekarang kami sudah sampai ke daerah perumahan yang salah satu rumah tersebut terdapat rumah ibu warungnya.

Sembari berjalan, pandanganku lagi-lagi mengedar mengamati sekitaran yang sepi. Netra sendu ku memang 'kadang' aktif melihat-lihat begini, dia kepoan.

Heumm... daerah yang kami datangi ini daerah perkampungan. Rumah-rumah warga berjejer dengan masing-masing rumah terdapat minimal satu pohon didepannya sehingga kampung yang sedang kami kunjungi ini terlihat sangat indah juga masih asri.

Oh iya! Kampungku pun sama. Tapi walau kampungku juga terbilang masih asri, kampung tempat kami berada saat ini menurutku lebih lebih lebih dan lebih asri lagi! Pokoknya keren.

"Sedikit lagi kita sampai kerumahnya ibu warung, mending sebelum itu lo cuci muka dulu." Santai Edo dengan jari yang menunjuk ke sungai yang berlokasi tidak terlalu jauh dari tempat kami berada.

Aku menatap sungai yang baru saja Edo tunjuk, sungai yang terbilang lumayan besar dengan air yang luar biasa tenang.

Aku mengangguk lalu mulai berjalan dengan langkah ringan menuju kali tersebut. Heum.. mungkin si Edo-edo itu jijik dengan belek ku makanya ia menyuruhku untuk mencuci muka. Yeah.. Meskipun aku sendiri tidak tahu apa di mataku tersebut ada belek atau tidak.

Asik juga keluyuran malem-malem dikampung orang.

Aku berjalan santai meminjaki batang kayu tersebut. Setelah sampai ke batang paling tepi, aku segera menyimbak air didepanku terlebih dahulu.

Walaupun air disini terlihat begitu bersih dan tenang aku tentu saja harus tetap memastikan apakah air yang akan ku basuhkan ke wajahku tersebut aman dari kotoran dan bakteri.

Aku ini bersih orangnya, eak.

Aku mengobok lalu kuhura-haru air jernih yang merendam kedua tanganku tersebut, kutatap lamat-lamat air itu lalu kucium sedikit.

Kali aja ada tai.

...(( komentator L : astaga.. 😭😭 ))...

Setelah memastikan air yang akan ku basuhkan ke wajahku tersebut tidak terkontaminasi oleh 'ular kuning' atau sampah apalah, aku segera mengambil air jernih tersebut dengan telapak tanganku sebagai wadahnya.

Prash! Was was was..

Ku basuh wajahku beberapa kali juga ku pijat-pijat sedikit. Aku terdiam untuk meresapi sensasi dari dinginnya air kali, Setelah dirasa cukup, aku tidak langsung berdiri dari jongkok ku melainkan celingak-celinguk mengamati keadaan sekitar.

Sepi bener.. lebih sepi dari kampung aku. Eh, tapi kampungku enggak punya kali ya kalau nggak salah? Cuma ada sungai ga si?

Aku asyik membantin cukup lama dengan sudut bibir yang tanpa sadar kuangkat. Huh! Udah lama ga maen aer hihiii.

Aku terkekeh sedikit sebelum berniat berdiri dari jongkok ku, Oke cukup! kasian Edo. Takut tuh anak nungguin. walaupun ya agak gak mungkin ketua kelas sombong itu sudi menungguku mencuci muka.

Aku bangkit lalu berbalik untuk melangkah namun baru beberapa langkah aku sudah merasakan sesuatu yang tidak mengenakan hinggap di kakiku. Sesuatu yang dingin, kasar, juga.. aneh? Itu menyapa kakiku yang hanya dilapisi sepatu joging dan kaus bebek unyu.

Aku yang terkejut tentu saja reflek melompat. "Ayam ayam," ketika sadar bahwa melompat tidak ada gunanya, aku segera menghentikan aksi kekanak-kanakan yang baru saja tanpa sadar kulakukan. Secepat kilat, pandanganku melesat kearah bawah, tepatnya pada kakiku.

Apa itu tadi?? Aku menampilkan raut bingung ketika aku sama sekali tidak menangkap ada sesuatu yang mencurigakan disana, Kutatap lamat-lamat kaki itu lalu netraku beralih ke air dibawah.

'ular?..'

Hanya itu tebakanku yang paling masuk akal. Ular kan? Ularkah? Memangnya benar sesuatu yang tadi menyapa kakiku itu adalah ular? Aku terdiam dengan raut skeptis.

Kalau ular si aku akan santai-santai saja secara aku ini tidak takut ular sehingga kalau yang melilit kakiku barusan adalah makhluk tanpa kaki dan tangan itu aku tidak akan repot-repot panik.

Tapi tergantung jenis apa ular itu sih.. Maksudnya.. apa ular itu berbisa atau tidak? Karena kalau ular yang berbisa aku memilih untuk angkat tangan.

Sekali lagi aku katakan ya, aku tidak takut ular. Tapi, 'ketidak takutan ku' tergantung pada jenis ular itu sendiri.

Aku masih sayang nyawa bos.

Huh. Aku membuang nafas, karena sepertinya sesuatu yang tadi menyapa kakiku sudah tidak terlihat dan aku sudah membuat tebakan tentang apa 'sesuatu' tersebut, ular paling! Jadi aku berinisiatif untuk melanjutkan langkahku kembali namun sesuatu yang dingin dan kasar yang baru saja membuat diriku menebak-nebak apakah dia itu kembali menyapa kakiku yang kali ini tidak akan kulepaskan dari pandangan.

Dengan cepat netraku beralih menatap kakiku dibawah, oke! Kena! Kalau yang membungkusi kakiku itu adalah ular biasa akan aku ambil lalu ku lempar sampai ke langit ketujuh, berani-beraninya ular keroco mempermainkan seorang Kaunnie heh?! tapi kalau ular berbisa dengan kepala berbentuk seperti sendok ya Wasallam. aku yang akan mengamputasi kakiku sendiri lalu melemparkan ular berbisa dengan kakiku bersamanya itu sampai ke langit ketujuh.

Gapapa buntung asal nyawa tidak melayang.

Tidak mengapa cacat asal lembaran hidup tidak berakhir.

Namun ternyata... "Ul-- HAHH?!!!," Yap. 'sesuatu' yang sudah dengan percaya diri kuduga adalah hewan melancar juga mendesis, ternyata BUKAN sama sekali BUKAN.

Nada bicaraku yang biasanya kalem secara tiba-tiba berubah menjadi cocot terompetnya Starla.

Dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya tanganku parkir kedepan mulut, gerakan reflek ketika aku sedang shock, ku pandangi dengan terkejut 'sesuatu' berupa seonggok daging merah berbentuk tangan sedang menggenggam erat kakiku yang kecil dibawah sana.

'jadi ituuu?!'

'bukan ular?!!'

Kalau begitu, maaf karena sudah seuzon.

Walau kemungkinan memotong kakiku sirna begitu saja karena 'sesuatu' yang memegang kakiku itu bukan ular, aku tetap tidak bisa senang karena YA INI LEBIH PARAH DARI ULAR ENGGAK SEEEEHHH?!!!

"Udah gaa?! Cepetan," gerutuan Edo yang ternyata tetap setia menungguku dari sana membuatku secara reflek memegangi mulutku sendiri.

'oke. Tenang, tenang, tenang..'

Aku berusaha menarik nafas lalu dengan perlahan kakiku ku gerakan. Lepas! Gerakan kakiku yang awalnya enggan menjadi semakin brutal ketika tangan itu tidak melepas genggamannya pada kakiku.

"Lepas setan!" erangku tertahan ketika tangan tersebut keukeh tetap menggenggam kuat kakiku.

Karena aku pintar, aku jadi tidak kehabisan ide untuk terlepas dari genggaman tangan setan durjana tersebut. Kenapa aku tidak pernah luput dari situasi membagongkan sih?! Netraku bergerak liar mencari sesuatu yang menurutku bisa untuk melepas secara paksa tangan merah kaku yang bentuknya begitu menggelikan.

'nah!'

Aku bersorak ketika netraku menangkap kayu nganggur yang mengapung tidak jauh dari tempatku berada. Dengan pergerakan yang terbatas karena si syalan dibawah sana, tanganku berusaha keras untuk menjangkau kayu tersebut. Aku bahkan sampai nungging.

Dapat! Setelah aku berhasil menjangkau kayu yang cukup besar tersebut, dengan cepat aku langsung memukulkan batang kayu itu kearah tangan yang masih menggenggam kakiku kuat.

Bok bok bokk!

Ku tumbuk tangan itu secara brutal sampai tangan pucat berkulit merah tersebut mengeluarkan cairan hitam yang sepertinya adalah darah versi setan? Entahlah aku pun tak tahu.

Setelahnya, tangan tersebut akhirnya terlepas. Lekas saja aku langsung berniat ngibrit namun seruan berat setan tersebut lagi-lagi membuatku terdiam diatas batang kayu besar yang dikelilingi air itu.

"Putri baik, putri cantik.." suara berat yang sepertinya tertuju kepadaku ( karena aku cantik jadi tentu saja itu pasti tertuju kepadaku ) tersebut membuat alisku terangkat satu. Apa katanya? Putri? Aku kah? Dengan alis yang bertaut aku celingak-celinguk mencari asal suara.

'mana setannya?..'

Ku pandangi aneh sungai yang lumayan besar tersebut lalu air kali yang tadinya tenang tiba-tiba bergetar. Mulutku menganga ketika pusaran kecil ditengah-tengah sungai tercipta, semakin lama semakin besar pusaran itu sampai pusaran tersebut membentuk suatu lobang yang mengeluarkan makhluk yang tak kalah aneh juga didalamnya.

DEGH!

Makhluk berkulit merah dengan dua tanduk panjang di kepalanya, rambut makhluk tersebut gondrong ikal dengan wajah yang dipenuhi lobang-lobang.

Tanpa sadar aku mundur beberapa langkah, aku menutup mulutku dengan netra yang melotot shock pada pemandangan yang ku saksikan sekarang.

'apaan lagi ini?!!'

Sosok tersebut menatapku dengan matanya yang hijau menyala, mulutnya menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang bak jejeran pisau-pisau kecil yang tajam.

"Put--#

"Weh! Lo ngapain aja si? Dari tadi gue manggil gak nyaut-nyaut," seseorang menepuk punggung belakangku membuatku secara reflek berbalik arah menatap siapa orang tersebut.

Oh, ternyata Edo.

Setelah tahu siapa pelaku yang mengagetkanku tersebut, aku dengan gerakan patah-patah berbalik lagi berniat mencari keberadaan si sosok ditengah kali namun sosok itu tiada. Hilang seolah tidak pernah menampakan dirinya.

Sial, apa itu tadi?

Dengan pemikiran yang masih penuh tanda tanya, aku terpaksa berbalik sembari membirit Edo untuk mengikutiku.

Ga beres. Ada yang gak beres.

Setelahnya kamipun melanjutkan perjalanan untuk sampai kerumah ibu warung.

Sembari berjalan pikiranku melayang kesana-kemari. Apa itu tadi? Hantu. Ya, sudah jelas hantu. Namun yang membuatku heran adalah kalimat yang makhluk bertanduk itu ucapkan.

Walaupun wujud makhluk tersebut tidak biasa dan memiliki ciri fisik sama persis seperti apa yang digambarkan almarhumah sahabatku, aku tetap tidak bisa menjadikan hal tersebut sebagai poin utama yang ku herankan saat ini.

Ada hal yang menurutku lebih penting. Kalimat yang makhluk tersebut ucapkan. itu poin utamanya.

Putri baik, putri cantik??.. itu jelas tertuju kepadaku.

Dia menampakan dirinya kepadaku itu berarti kalimat yang ia ucapkan tersebut jelas tertuju untukku, kan? Atau bukan? Bagus sih kalau bukan.

Argh! Kenapa menjadi semakin rumit?! Tanpa sadar aku berdecak prustasi sehingga membuat pemuda yang berjalan bersamaku memandangku aneh.

"Apa?" Ketus ku pada Edo yang tidak pemuda itu respon.

Tap..

Tap..

Kami terus melanjutkan langkah sampai akhirnya rumah yang katanya milik ibu warung sudah berada tepat didepan mata.

Bangunan sederhana dengan cat tembok hijau mengelupas itu hanya diterangi oleh lampu kecil ditambah lagi rumah tersebut tidak memiliki jendela ventilasi sehingga kesan suramnya lebih menguat menurutku.

Oke. Pokus dulu pada misi satu. Sembari mengepalkan tangan aku memantapkan hati untuk tidak memikirkan hal lain selain hal apa yang akan kulakukan saat ini dengan Edo.

Edo mengambil langkah untuk mengetuk pintu kayu.

Tok tok tok..

Pemuda dengan jaket keren juga rambut acak-acakan itu sedikit berdecak ketika tidak ada seorang pun yang keluar dari dalam padahal pemuda tersebut sudah mengetuk beberapa kali.

Tok tok tokk!!

Edo sedikit menyalurkan kekesalannya pada pintu tersebut sehingga ketukannya pada si pintu kian menguat. Hadeh.

Aku maju satu langkah untuk mengambil kendali. "Aku aja yang ngetuk." Ujarku karena tidak ingin pemuda yang wajahnya sudah sedikit merah karena menahan amarah itu menghancurkan pintu.

Bisa berabe nanti kalau pintunya hancur, bisa-bisa mbak Nimas dibobol maling.

Tok..

Baru satu ketukan yang ku layangkan pada pintu namun pintu tersebut sudah terbuka dan memperlihatkan wujud wanita yang sangat kukenal. Tentu saja wanita itu adalah ibu warung.

Edo berdecak tidak terima, ia meraih bahuku untuk mendorongku ke belakangnya. Pemuda tersebut ingin kembali mengambil kendali. Hadeh.

"Ada yang perlu kita bicarakan." Ujar Edo lalu melenggang masuk kedalam rumah si ibu warung begitu saja. Hadeh~ Pemuda itu memang tidak pernah ingin kalah, ya?

Ibu warung melayangkan tatapan tidak terima kepada Edo yang melengserkan posisiku begitu saja lalu wanita tersebut berjalan ke arahku dan mempersilahkan ku untuk juga ikut masuk kedalam rumahnya.

1
kalea rizuky
orang mana Thor kok tau pentol/Curse//Curse/
Yoyoo
cemangatt
Yoyoo
kiw
Diana
👍Seru banget, kayak nonton film di bioskop
minsook123
Thor, aku rindu banget sama ceritamu, please update secepatnya!
Jiraiya
Gak bisa move on! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!