Lysaa seorang gadis yatim piatu yang berusaha keras mencari tahu siapa yang telah membunuh kedua orang tuanya. Namun siapa sangka, ia tanpa sengaja malah membongkar kasus besar yang selama ini berusaha di tutupi oleh sejumlah pihak.
Berbekal ilmu bela diri yang di ajari oleh Ayahnya serta kepiawaiannya dalam meretas data serta informasi yang di ajari Ibunya membuat Lysaa memantapkan tujuannya untuk menghukum orang-orang yang telah menjadikannya seorang gadis sebatang kara.
Bagaimana cerita selanjutannya?
Yuk baca kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pesona Lysaa
Bab 7
Pesona Lysaa
Bab 4 Pesona Lysaa
"Kenapa kita kesini?" Tanya Shin Yeri ketika mereka sudah berada di kantin sekolah.
"Bukankah tadi kau tidak jadi makan?" Ujar Lysaa sembari duduk di salah satu kursi panjang di sana.
Shin Yeri tidak menyangka Lysaa ternyata memperhatikan dirinya meski gadis itu tidak pernah bersikap ramah padanya. Setidaknya ia bersyukur Lysaa tidak menganggap dirinya sebagai musuh. Shin Yeri bertekad untuk mencoba berteman baik dengan Lysaa. Tidak akan ada yang berani mengganggunya jika ia dekat dengan Lysaa, begitu pikirnya.
"A.. apa kau mau juga? Biar aku ambilkan." Kata Shin Yeri.
Lysaa melihat sekitar banyak mata yang secara curi-curi melirik ke arahnya. Lysaa yang sudah terbiasa dengan sikap waspada menggunakan instingnya untuk melihat apakah ada yang berniat jahat kepadanya.
"Tidak usah. Biar aku ambil sendiri."
Lysaa berjalan mendekati menu masakan kantin di ikuti Shin Yeri. Setelah mengisi penuh tempat makanan, mereka pun duduk kembali di kursi panjang yang kosong.
"Boleh aku bergabung?" Tanya seorang siswa laki-laki kepada mereka.
Mata Shin Yeri melotot dan nyaris keluar karena terkejut. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Hyun!"Gumam Shin Yeri pelan, namun masih terdengar oleh Lysaa dan siswa laki-laki itu.
"Oh, kau mengenalku? Itu bagus! Jadi kita bisa duduk bersama." Ujar lelaki yang bernama Hyun itu langsung duduk di samping Lysaa.
(Siapa yang tidak mengenal seorang 'Hyun', pria tampan di sekolah Chungdam ini. Bahkan ia mau berbicara dengan ku pun pasti sudah pasti membuat iri pada gadis di sekolah ini. Batin Shin Yeri).
Berbeda dengan Shin Yeri yang merasa takjub akan kehadiran Hyun di meja mereka, Lysaa sedang berbinar menyantap makanan miliknya.
(Ini enak! Sangat enak! Emm...enak sekali! Batin Lysaa).
Lysaa tidak peduli Hyun yang memperhatikan dirinya. Ia begitu terlena dengan kenikmatan makanan yang nyaris habis itu.
Hyun yang memperhatikan Lysaa tersenyum. "Apa aku tidak begitu menarik sampai dia tidak menoleh sedikit pun kepadaku." Kata Hyun seolah berbicara dengan siapa saja di situ sambil terus memperhatikan Lysaa.
Pemuda itu merasa baru kali ini ia di abaikan. Namun itu tidak membuatnya kesal, tetapi malah semakin membuatnya tertarik akan sosok gadis bernama Lysaa.
Shin Yeri melongo melihat Lysaa begitu cepat menghabiskan makanannya.
"Kau mau lagi, ini punyaku. Aku kenyang." Kata Hyun menyodorkan makanannya kepada Lysaa.
Lysaa menoleh ke arah Hyun. Sekalipun Hyun tersenyum manis padanya, Lysaa tetap datar menanggapi senyuman itu.
"Kau tidak bisa menarik kata-kata mu!"
Lysaa menarik tempat makanan Hyun mendekat ke arahnya. Tanpa merasa sungkan, Lysaa mulai menikmati makanan itu.
Lysaa sangat menyukai masakan di kantin itu. Dia yang kerap kali hanya makan makanan cepat saji atau roti seadanya merasa makanan di kantin itu sungguh luar biasa enaknya. Dan bagi Lysaa, ia tidak suka menyia-nyiakan makanan. Karena sewaktu hidup di panti asuhan dulu, begitu susah dirinya untuk makan karena jatah makanan yang begitu terbatas.
Shin Yeri kembali melongo melihat Lysaa yang seperti itu. Baru kali ini ia tidak takut melihat Lysaa karena di matanya, Lysaa seperti anak kecil yang sangat senang di kasi permen, atau seperti gadis lugu yang baru pertama kali menemukan hal yang baru.
Habis tak bersisa. Semuanya makanan itu sudah masuk ke perut Lysaa. Herannya perutnya itu masih saja terlihat datar. Kemana makanan sebanyak tadi hilangnya pikir Shin Yeri.
"Kenapa tidak kau habiskan?" Tanya Lysaa kepada Shin Yeri. Melihat makannya baru habis separuh.
Bagaimana Shin Yeri bisa menghabiskan makanannya, sedangkan tadi di kelas ia juga sudah makan sedikit bekal makan siangnya.
"Aku... aku sudah kenyang." Kata Shin Yeri yang masih sedikit takut-takut kepada Lysaa.
Tanpa ragu Lysaa menarik nampan makanan Shin Yeri dan menghabiskan potongan daging yang belum tersentuh.
Hyun terkekeh melihat kelakuan Lysaa, sendangkan Shin Yeri ternganga tak bersuara.
"Ah, kenyang." Ujar Lysaa yang telah menghabiskan makanan Shin Yeri.
Lalu ia pun beranjak dari duduknya dan mulai melangkah pergi tanpa bicara.
Shin Yeri bergegas beranjak mengikuti Lysaa dan Hyun pun mengikuti langkah kedua gadis itu dari belakang.
Setelah beberapa saat Lysaa berhenti melangkah. Ia menoleh ke arah Hyun yang langsung tersenyum padanya.
"Kenapa kau mengikutiku?" Tanya Lysaa bingung.
"Aku suka mengikutimu."Jawab Hyun santai.
"Apa kita sekelas? Aku tidak pernah melihatmu."
"Tidak, kita tidak sekelas. Tapi itu ide yang bagus, aku akan pindah ke kelas mu."
"Jangan ikuti aku, dasar aneh!" Ujar Lysaa datar.
"Lysaa, dia itu cowok idola di sekolah ini. Apa kau tidak mau mencoba dekat dengannya?" Tanya Shin Yeri berbisik yang menyayangkan sikap Lysaa terhadap Hyun.
"Kau tidak takut lagi padaku?" Tanya Lysaa kepada Shin Yeri.
"I.. Itu masih... sedikit." Kata Shin Yeri mendadak hilang rasa beraninya tadi.
Setelah itu Lysaa kembali tidak banyak bicara. Para siswa dan siswi yang melihat Lysaa berjalan di ikuti Shin Yeri dan Hyun, semakin menambah rasa ingin tahu mereka siapa sebenarnya Lysaa, sampai-sampai murid populer mengikuti kemana saja langkahnya pergi.
Hari demi hari Shin Yeri dan Hyun semakin menempel pada Lysaa. Sudah hampir 3 minggu Lysaa menjalani masa pendidikannya di sekolah itu dengan damai. Setelah beberapa peristiwa yang cukup menggemparkan sekolah, kini tidak ada murid yang berani bersikap kasar kepada Lysaa.
Bahkan hari ini Shin Yeri sudah berani mengajak Lysaa main ke Apartemennya. Tentu saja Hyun tidak ingin ketinggalan berada di antara mereka.
Shin Yeri mengajak bertemu kembali di perempat jalan dekat sekolah. Dari sana mereka berencana baru pergi bersama-sama. Bukan rencana bersama, tetapi hanya rencana Shin Yeri saja yang memaksa Lysaa untuk main ke Apartemennya dengan menjanjikan banyak makanan yang enak-enak yang sudah ia siapkan untuk Lysaa. Hal yang berkaitan dengan makanan tentu tidak dapat di tolak oleh Lysaa.
Shin Yeri terkadang mengamati Lysaa dalam diamnya. Ia mengetahui Lysaa mudah sekali di bujuk dengan makanan.
"Lama sekali, apa Lysaa tidak jadi datang?" Tanya Hyun yang sudah bertemu dengan Shin Yeri di perempatan jalan.
"Entahlah. Tapi aku rasa dia akan datang. Sikapnya memang cuek dan datar, tapi aku merasa dia selalu memperhatikan dalam diam."
"Oh, kau juga merasa seperti itu?" Tanya Hyun melihat ke arah Shin Yeri.
"Itu dia!" Kata Shin Yeri tidak menjawab pernyataan Hyun karena dari jauh ia melihat Lysaa berjalan santai mendekat ke arah mereka.
Hyun melihat ke arah yang di tunjuk Shin Yeri dengan tatapan matanya. Hyun langsung tersenyum begitu melihat Lysaa benar-benar datang menghampiri mereka.
Shin Yeri melirik sekilas ke arah Hyun yang tersenyum dengan wajah tampannya. Gadis itu berdecak karena pemuda itu sama sekali tidak dapat menutupi perasaannya.
"Kau begitu menyukainya ya." Kata Shin Yeri.
Hyun tidak menanggapi Shin Yeri. Ia masih terus memandangi Lysaa yang juga melihat ke arah mereka dengan wajah datarnya.
Begitu jarak Lysaa hanya tinggal beberapa meter saja, Shin Yeri mengerutkan keningnnya menatap penampilan Lysaa ketika tidak menggunakan seragam sekolah.
"Hei Lysaa, apa-apaan penampilanmu itu?!" Tanya Shin Yeri kesal.
"Pft... Hihihi!"
Hyun tidak dapat menahan tawanya. Penampilan Lysaa yang lucu begitu menggemaskan baginya.
Celana olah raga bertampal di sana sini dengan sisa kain potong beda warna dan motif menutupi bagian jenjang kaki Lysaa. Baju kaos kebesaran tampak tak bersalah menutupi bagian atas tubuhnya. Hanya sepatu cats berwarna putih yang terlihat menonjol dari keseluruhan penampilan Lysaa.
"Kenapa? Ini nyaman."
Benar, seperti itulah Lysaa. Ia tidak mempermasalahkan penampilannya selama itu nyaman baginya.
Shin Yeri mencelos lalu menepuk jidatnya.
Bersambung...
padahal fokusnya Lisa melihat foto ibunya