Lysaa, Gadis Penakluk
Bab 1
Pelarian
Seorang gadis memaksakan tubuhnya yang terluka untuk lari menyelamatkan diri.
Ia terus berlari sambil bersembunyi dari kejaran orang-orang yang berusaha untuk membunuhnya.
Drap... Drap... Drap...
Hanya suara langkah kaki yang terdengar di keheningan malam itu. Ia berusaha keluar dari komplek pergudangan menuju jalan raya yang sedikit ramai.
Saat sedang berlari dari jauh ia melihat terowongan air di depan sana. Dengan cepat ia menghampiri lalu mencoba membuka besi bulat penutup saluran pembuangan air.
"Uugghh!" Suara rintih menggunakan seluruh kekuatan yang ada.
Usahanya tidak sia-sia. Ia berhasil membuka penutup itu lalu segera masuk dan menutup kembali tepat ketika orang-orang yang mengejarnya memasuki jalan yang ia lalui tadi.
Hosh... Hosh...Hosh...
Dalam lubang besar tempat pembuangan air itu, sang gadis terus berlari mencari jalan keluar yang lain. Untung saja tidak sedang hujan hingga terowongan itu tidak di penuhi dengan air.
Sang gadis melihat GPS dari jam tangan yang ia pakai. Ia segera mencari arah untuk bisa kembali ke markasnya.
***
"Brakk!!" Suara pintu yang di buka dan dorong dengan paksa.
"Astaga Lysaa! Kau terluka lagi?"
Seorang pria segera menghampiri sang gadis yang tiba-tiba muncul dari bilik pintu sebuah peti kemas. Ia berusaha memapahnya dan membawa gadis yang di panggil Lysaa itu ke sebuah ranjang besi yang sudah di lapisi busa serta beberapa kain tebal untuk kenyamanan penggunanya.
"Haish, banyak sekali luka mu. Seberapa banyak kau menghabisi orang-orang di luar sana?!"
"Kau mau menolong ku apa tidak? Aku tidak butuh ocehanmu!"
"Baiklah..., baiklah aku tolong. Tapi Lysaa, apa kau tidak sayang dengan tubuh mu? Kau sudah memiliki banyak bekas luka. Sayang sekali rasanya kulit putih yang harusnya mulus jadi terlihat beberapa bekas luka." Oceh lelaki itu sambil tangannya terus bekerja membersihkan luka Lysaa dan mengobatinya.
"Bukankah ada kau yang bisa menutupi jejak itu?"
"Hei kepala batu! Aku ini hacker, bukan dokter oplas!" (Operasi plastik).
"Aww!! Kau mau mati hah?!!" Sarkas Lysaa yang merasa kesakitan ketika pria yang berdebat dengannya itu menekan luka yang agak dalam dengan kasa yang sudah di beri alkohol (ethanol).
"Kenapa baru sekarang kau merasa kesakitan? Diam lah! Kau mau sembuh tidak?!" Kata lelaki itu menggerutu terhadap Lysaa.
"Dojun, aku sudah berhasil membunuh Park Ji Saeng."
"Haah?! Kau serius?!" Tanya pria yang di panggil Dojun ternganga dan menghentikan pengobatannya terhadap luka Lysaa.
"Besok kau bisa lihat beritanya." Ujar Lysaa sambi merebahkan dirinya.
Wajah Lysaa terlihat cukup puas, hingga ia begitu santi berbaring menunggu pengobatan lanjutan yang akan di berikan oleh pria yang bernama Dojun itu.
Dojun meletakkan obat dan alat pembersih luka Lysaa. Ia segera menghampiri meja yang terdapat beberapa komputer jenis terbaru serta laptop yang sedang menyala.
Dengan cepat Dojun menggerakkan jarinya. Dan berhenti ketika sesuatu yang ia cari telah berhasil ia temukan.
"Kau gila Lysaa! Kau buronan sekarang!" Kata Dojun masih tidak percaya menatap Lysaa yang tetap santai berbaring sambil memejamkan mata.
"Jadi aku harus bilang wow gitu?!" Jawab Lysaa dengan mata terpejam.
Dojun melangkahkan kakinya mendekat kembali ke arah Lysaa. Ia kembali mengambil obat-obatan dan segera menyelesaikan tugasnya.
"Jadi setelah membunuh Park Ji Saeng. Informasi apa yang kau dapatkan?"
"Dia mengatakan bukan dia pembunuhnya, dia hanya di suruh. Oleh siapa aku tidak tahu, karena sampai akhir dia tetap bungkam."
"Bagaimana dengan bukti-bukti itu?"
"Aku sudah meletakkan di tempat pribadinya seperti yang kau suruh."
"Bagus! Setidaknya orang-orang akan berpikir dia pantas mati dengan kasus korupsi sebanyak itu."
Selesai membersihkan dan mengobati luka Lysaa, Dojun kembali menghampiri dan fokus menatap layar komputernya.
Lysaa membuka matanya lalu beranjak perlahan menarik gorden pembatas sebagai pembatas untuk menutup sedikit ruang yang di buat seperti kamar. Lysaa menuju lemari besi yang tidak berada jauh darinya. Ia membuka softlen berwarna abu-abu yang sedang ia gunakan, kemudian menaruhnya di wadahnya.
Topi kopluk serta wig berwarna pirang ia lepaskan hingga rambut hitam panjangnya tergerai dengan indah. Ia pun letakkan topi dan wig itu ke dalam lemari besi tempat menyimpan barang-barang bila ia melakukan misinya. Lalu ia melepas sepatu bootnya yang masih ia kenakan. Dengan perlahan-lahan Lysaa mencoba melepas hodie hitamnya serta celana ketat hitam panjang. Luka yang baru dia dapat tentu saja belum sembuh dan itu membuat Lysaa sedikit meringis kesakitan saat melepas semua pakaiannya dan menyisakan tanktop hitam serta celana boxer bernuansa hawai.
"Sreekk...!" Suara gorden ketika di geser ke pinggir.
Dengan perlahan Lysaa mendekati Dojun untuk melihat bagaimana perkembangan hasil dari misi yang baru saja selesai ia kerjakan.
"Bagaimana?" Tanya Lysaa
"Apa?" Jawab Dojun dan mengalihkan pandangannya sesaat dari komputer untuk melirik Lysaa.
"Yaaa! Lysaa!! Kenapa kau memakai boxer ku lagi?!".
"Ini nyaman." Jawab Lysaa dengan santainya dan terkesan cuek.
"Kau kan sudah aku belikan pakaian dalam wanita kenapa masih memakai boxer ku?!"
"Kau saja yang memakainya."
"Yaaa! Kau sudah gila?!"
"Sudah lah, lanjukan pekerjaan mu. Jangan sampai Paman Dave tahu aku yang membunuh Park Ji Saeng. Kau tahu, terakhir kali aku membunuh Ketua Choi dia menghukum ku 3 bulan tidak boleh melakukan aktifitas di luar sana. Dan itu membuatku gila."
"Hehehe, itu wajar karena kau kepala batu."
"Triiiing... ! Triiing....!"
Suara dering telpon selular milik Lysaa menghentikan pembicaraan mereka. Lysaa melihat sebuah nama yang tertera di layar handphonenya. Ada nama Uncle tertera di sana dan itu membuat Lysaa sedikit panik.
"Siapa?" Tanya Dojun setelah melihat Lysaa terdiam dan seperti ragu untuk mengangkat panggilan itu.
"Paman Dave katakan aku sudah tidur." Ujar Lysaa dan langsung memberikan handphonenya ke tangan Dojun.
"Apa?! Dasar gila!"
"Siapa yang kau katakan gila Dojun?!!"
Suara barito Paman Dave terdengar membunuh walau bernada tenang. Rupanya saat memberikan handphonenya tadi Lysaa terlebih dahulu sudah menyentuh tombol hijau untuk terhubung dengan sang Paman.
"Aa...eh Paman? Bukan.. bukan. Aku sedang menonton film dan itu membuat ku terpancing emosi."
Dojun berkilah sambil menatap tajam Lysaa dan meremas rambutnya sendiri dengan kesal. Ia tak menyangka Lysaa akan mengerjainya dengan menjebak dirinya untuk menghadapi panggilan telepon dari Paman Dave mereka.
Lysaa terkekeh tak bersuara. Dengan langkah pelan dan gontai ia menuju ranjang besi miliknya dan merebahkan diri disana dengan nyaman. Lysaa dapat mendengar percakapan mereka karena sebelumnya telah mengaktifkan mode speaker pada panggilan itu.
"Kau sudah melihat berita itu?" Tanya Paman Dave.
"Berita apa Paman? Aku sedang asik menonton film dari komputer ku."
"Apa Paman mu ini seorang anak kecil hingga kau coba untuk berbohong?"
Mendadak bulu di tubuh Dojun meremang mendengar ucapan Pamannya.
"Oh berita! Apa benar ini Paman? Park Ji saeng pengusaha real estate itu mati malam ini? Ya Tuhan... " Tanya Dojun pura-pura antusias seolah-olah dia baru saja mengetahui kabar itu.
"Dimana Lysaa?"
"Dia..." Ucapan Dojun menggantung. Sekilas ia melirik ke arah Lysaa yang menatapnya tajam sambil menggerakkan tangannya ke lehernya sendiri persis seperti orang yang mengancam seseorang untuk membunuhnya.
"... sudah tidur Paman." Ucap Dojun setelah melihat ancaman dari Lysaa.
"Katakan padanya, ini yang terakhir kali dia bertindak sendiri. Jangan sampai Paman menutup seluruh aksesnya jika dia terus keras kepala."
Dojun menelan salivanya dengan susah payah mendengar ancaman Paman Dave. Lysaa yang mendengarnya pun menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
Sebaik apapun mereka mencoba membohongi Paman Dave, usaha mereka selalu sia-sia karena lelaki yang sudah menginjak usia kepala empat itu pasti tahu apa yang mereka perbuat.
Ya, itu tidak lah mengherankan karena Paman Dave sendiri juga bekerja sebagai intelejen seperti Ayah dan Ibu Lysaa. Gerak gerik yang di lakukan Lysaa sudah mirip anggota intelejen dalam menjalankan misinya. Paman Dave tentu saja tahu pergerakan itu karena dia dan Ayah Lysaa serta Ibunya telah mengajarkan banyak hal kepada Lysaa di usianya yang masih kecil.
Lysaa kecil didik untuk bisa bertahan hidup. Agar bisa bertahan hidup ia di ajarkan beberapa jenis bela diri serta cara menggunakan senjata tajam termasuk juga pistol.
Kehidupan masa kanak-kanak Lysaa di lalui dengan keras. Ia melewati masa bermain dan bercanda dengan teman-teman seumurannya. Bahkan sekolah Lysaa pun harus di adakan di rumahnya.
Kehidupan sebagai intelejen memiliki kewaspadaan tinggi karena nyawa mereka sewaktu-waktu bisa terancam mengingat misi yang mereka lakukan sangat berbahaya. Hal itu tidak terlepas dari kecemasan mereka terhadap keluarga seperti anak-anak mereka. Mereka bisa saja bertemu musuh kapan saja. Dan untuk bertahan hidup mereka harus bisa melindungi diri. Untuk itu lah Lysaa di didik walau ia masih sangat kecil.
Bersambung...
Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
𝐫𝐢𝐧𝐝𝐮°•∂υσ кαℓєм࿐•
Masa boxer pria dipake dia 😂
2023-08-03
0
.
keren ya lysaa ..gadis yg pemberani n kepala batu
2023-08-01
0
💜Bening🍆
wehhh.. tokoh ceweknya bkn tipe menye2... bahkan tipe berdarah dingin😬🤭
2023-07-31
1