Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Hanna yang sedang duduk bersantai di atas tempat tidur dengan membaca majalah, Hanna mengambil ponselnya ada pesan masuk dengan nomor yang tidak dikenal.
'Siapa ini?' Hanna membuka chat masuk.
"Kak, ini aku Santi teman kuliahnya Sarah, aku mengambil nomor kakak dari ponsel Sarah. Sejujurnya aku ingin memberitahu hal penting pada kakak, tapi aku tak punya bukti untuk ditunjukkan. Sebelumnya maaf, jika aku lancang. Aku tak tega melihat kakak dibodohi oleh dua orang yang kakak sayangi. Suami dan adik kakak punya hubungan terlarang. Aku hanya memberitahu kakak saja, tidak apa-apa kalau pun tak percaya padaku. Itu saja yang ingin aku sampaikan. Selamat malam kak." isi pesan chat yang telah Hanna baca.
Hanna mengerutkan keningnya, ia belum percaya dengan apa yang ia baca dari pesan itu. Karena ia tidak mencurigai sesuatu pada suami dan adiknya.
'Tidak mungkin Mas Revan dan Sarah mengkhianati aku,' ucapnya dalam hati.
Revan masuk ke kamarnya, ia melihat Hanna yang sedang menatap ponsel.
"Sayang, kau sedang apa?"
"Eh, Mas. Aku sedang bertukar pesan dengan temanku."
"Kau sangat serius sekali,"
"Iya, Mas." Hanna tak akan memberitahu Revan tentang pesan yang dikirim Santi, ia akan menyimpannya sendiri dan akan mencari tahu.
"Mas, sudah lama kita tidak melakukan hubungan," ucap Hanna dengan malu-malu, namun ia tetap bertanya karena dalam rumah tangga hal itu adalah kewajiban. Hanna takut jika Revan telah bosan padanya.
"Maaf sayang, akhir-akhir ini badan Mas sering capek dan lelah. Jadi Mas belum bisa melakukannya." Hanna mengangguk mengerti dengan ucapan suaminya, ia hanya bisa sabar menerima alasan Revan. Bagaimana pun ia seorang istri yang butuh nafkah batin dari suaminya.
"Ya sudah, Mas. Kalau gitu aku tidur duluan."
"Iya, sayang. Selamat malam dan mimpi indah."
Tok... Tok...Tok, suara ketukan pintu dari luar. Hanna yang akan segera tidur, ia kembali terbangun.
"Mas, buka pintunya," ucap Hanna, ia yakin bahwa itu Sarah. Lalu Revan berjalan membuka handle pintu.
"Sarah, ada apa?" tanya Revan.
"Boleh aku masuk, kak. Mau bertemu kak Hanna sebentar."
Hanna bangun dari tidurnya, kemudian ia menghampiri Sarah yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Sarah, ada apa?"
"Ini aku bawakan susu untukmu, kak."
"Wah, tumben sekali. Terima kasih, ya."
"Diminum ya, kak. Biar badan kakak tidak lelah."
"Iya, Sar. Terima kasih sudah buatkan susu untuk kakak,"
"Kalau begitu aku permisi dulu, kak." Revan menatap kepergian Sarah, ia curiga dengan apa yang dilakukan Sarah.
Hanna menghabiskan susunya. Setelah 5 menit ia merasakan kantuk, matanya tidak bisa ditahan lagi. Hingga pada akhirnya Hanna tertidur di samping tempat tidur, kemudian Revan membawanya ke atas tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya.
'Sepertinya Sarah memasukkan obat tidur, anak itu ada-ada saja,' gumamnya.
Revan pergi meninggalkan Hanna yang sudah tertidur efek obat tidur, ia berjalan menuju lantai bawah untuk menemui Sarah.
"Kak Revan," panggilnya dengan nada manja.
"Apa yang kamu lakukan pada Hanna, sayang."
"Aku memasukkan obat tidur, Mas. Malam ini aku ingin tidur denganmu sampai pagi."
"Kau ini ada-ada saja, aku akan membuatmu kewalahan dan minta ampun padaku."
"Lakukan saja, kak. Kau membuatku candu."
Mereka kembali melakukan hubungan terlarang. Sarah sengaja memasukkan obat tidur pada susu yang diminum oleh Hanna. Agar dirinya bisa leluasa tidur dengan Revan, malam ini Revan tidur di kamar Sarah dengan memeluk erat tubuhnya .
Cup... "Aku mencintaimu, kak Revan."
Hari sudah pagi, Hanna baru bangun dari tidurnya. Ia merasa aneh pada dirinya sendiri, biasanya ia selalu bangun pagi dan tak pernah kesiangan.
Hanna mengambil ponselnya dan melihat jam yang tertera di sana.
"Apa! Ini jam 8 pagi, kenapa aku baru bangun." Hanna benar-benar panik, selama menikah dengan Revan baru kali ini ia bangun kesiangan. Hanna segera mandi, setelah itu ia langsung turun kebawah dan ia melihat Revan sedang sarapan bersama adiknya.
"Mas, maaf aku baru bangun, kenapa Mas tidak membangunkan aku?"
"Mas kasihan lihatnya, jadi Mas tidak membangunkanmu,"
Hanna menghampiri mereka berdua, entah kenapa perasaannya tidak enak dan ia merasa ada yang tidak beres.
"Terima kasih sudah membuatkan sarapan untuk kakak, kakak tidak tahu kenapa bisa bangun kesiangan."
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Sekarang kakak makan saja. Perut kakak pasti sudah lapar," kata Sarah.
"Terima kasih, Sar." Hanna menatap Sarah yang terlihat berbeda dari biasanya, ia juga menatap suaminya heran.
Hanna jadi kepikiran dengan pesan yang dikirimkan oleh Santi.
"Mas, sudah selesai. Kalau gitu Mas berangkat dulu." Revan berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Sarah.
"Kami berangkat dulu ya, kak," ucap Sarah. Ia mengikuti Revan dari belakang menuju mobilnya.
'Ada apa dengan hatiku, kenapa hatiku merasa tidak enak. Kenapa hatiku merasa sakit melihat Mas Revan pergi dengan Sarah,' lirihnya, Hanna mengambil ponselnya dari saku, lalu ia menghubungi nomor Santi.
"Selamat pagi kak Hanna, ada apa?"
"Santi, kakak ingin bertemu denganmu setelah kamu pulang kuliah."
"Boleh, kak. Kita bertemu dimana?"
"Di taman saja, yang dekat dengan apotek kemarin."
"Baik, kak."
"Kakak ingin penjelasan dari kamu, San. Hati kakak merasa tidak enak,"
"Kak aku matikan dulu teleponnya, ya. Itu ada Sarah baru saja sampai."
"Tunggu, San. Bolehkah kakak minta kamu mengambil foto mereka berdua dan kirim pada kakak."
"Baik, kak. Aku matikan dulu teleponnya,"
Santi memperhatikan Sarah dan Revan dari jauh, ia mendekat dan berdiri di balik dinding untuk memotretnya.
Revan mengecup bibir Sarah, kemudian Sarah memeluknya. Mereka tidak tahu bahwa ada yang memotretnya. Setelah mendapatkan foto, Santi langsung mengirimkannya pada Hanna.
Hanna melihat ponselnya ada pesan masuk dari Santi, lalu ia membuka pesan itu. Seketika tangannya bergetar tak percaya melihat foto yang dikirim oleh Santi. Jantungnya berdetak kencang, hatinya sakit, ia memukul dadanya yang terasa sesak. Air mata menetes membasahi pipi mulus Hanna, ia merasakan sesak di dadanya melihat Revan yang mengecup bibir Hanna. Bagaimana jika ia tahu bahwa mereka berdua sering melakukan hubungan terlarang di belakangnya?
"Apa benar kalian mengkhianatiku?" lirihnya.
Hari sudah siang, Hanna pergi ke taman untuk bertemu dengan Santi. Ia menunggunya di sana dengan panasnya terik matahari yang menyinari tubuhnya.
Tak lama kemudian Santi datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Maaf kak, aku lama, ya."
"Tidak apa-apa, San. Duduklah di sini," perintahnya, Santi mengangguk lalu ia duduk di samping Hanna.
"Maaf kan aku kak, aku sudah membuat kakak kepikiran soal pesan kemarin."
"Tidak, San. Justru kakak sangat berterima kasih padamu. Kakak benar-benar sakit hati melihat foto yang dikirimkan olemu. Mas Revan tega mengecup Sarah padahal dia adiu."
"Maaf, kak. Sebelumnya aku lancang. Jika boleh, aku ingin berkata sejujurnya pada kakak."
"Katakanlah apa yang telah kamu ketahui, kakak akan menerimanya dengan lapang,"
"Sebenarnya, Sarah dan suami kakak sering melakukan hubungan suami istri, aku tahu karena membaca pesan Sarah dengan suami kakak."
Tubuh Hanna bergetar hebat, mendengar pengakuan Sarah.
"Benarkah," tanyanya dengan nada bergetar.
"Iya kak, bukankah kakak tahu Hanna sering mengeluh pusing dan sering keramas. Mungkin dia sudah melakukan hubungan. Em baru mungkin sih, kak. Aku juga hanya tahu dari pesan chat nya. Coba kakak cari tahu sendiri."
Air mata Hanna tak terbendung lagi, ia menangis dihadapan Santi.
"Maaf sudah buat kakak menangis, saranku lebih baik kakak cari tahu sendiri untuk membuktikan ucapanku,"
"Terima kasih, San. Kakak sangat berterima kasih padamu."
"Ya sudah, kak. Kalau gitu Santi permisi." Hana mengangguk mengiyakan ucapan Santi, ia duduk sendirian di taman, memikirkan apa yang dikatakan Santi.
'Aku harus mencari tahu,' lirihnya.