Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. DONOR MATA
Joanna kembali ke klinik dan dengan setia menemani Hope selama dirawat di sana.
Sampai hari di mana Hope diperbolehkan pulang untuk rawat jalan anak itu tetap tidak mau membuka suaranya.
Joanna membawa Hope pulang ke rumahnya. Bukan sekedar menjalankan perintah dari tuannya, tapi karena rasa sayang yang sudah tumbuh di hatinya sejak Hope dilahirkan. Meski setelah itu dia tidak pernah melihat Hope lagi karena Hope mengikuti Prada pindah ke Indonesia, sedangkan Joanna masih tinggal bersama Mr. Anthony dan Prado. Sehingga Hope tidak mengenalinya di pertemuan mereka kali ini.
Terlebih rasa bersalahnya yang besar, sampai keponakan angkatnya itu mengalami kebutaan salah satu matanya.
Meskipun ini adalah misi rahasia dan bentuk hukuman dari tuannya, Joanna berniat untuk merawat dan menyayangi Hope seperti putra kandungnya sendiri.
“Bocah tampan, aku akan melindungi dan menyayangimu. Kau adalah keponakan kesayanganku,” bisiknya di telinga Hope yang sedang tertidur di kamarnya.
*
Mr. Anthony dan Prado sudah menyusun rencana pembalasan.
“Tidak perlu tergesa. Kita akan menikmati proses pembalasan ini. Selayaknya jamuan makan malam, ada appetizer, main course dan dessert. Jangan sampai terlewat satu pun!”
Prado mengangguk paham.
“Dan yang paling penting, aksi kita harus senyap dan tanpa jejak. Kau lepas dulu semua asesorisnya, beri dia kenyamanan, sampai tanpa disadarinya tiba-tiba dia sudah naked!” lanjut Mr. Anthony.
“Dan saat itulah kita akan menikmati dessertnya. Papa sudah menyiapkan seseorang sebagai eksekutor. Kurasa itu akan menjadi pukulan telak dan lebih menyakitkan baginya. Jadi kau tidak perlu mengotori tanganmu sendiri!”
Otak perencanaan adalah Mr. Anthony Garcia. Sedangkan Prado bertugas memastikan semua berjalan baik sesuai komandonya.
Sebagai langkah awal, Prado menugaskan anak buahnya untuk menangkap pelaku yang sudah melukai mata Hope.
“Lucky, 29 tahun. Hmmm ... namamu bukan lagi Lucky setelah ini, karena kemalangan akan selalu membayangimu,” gumam Prado saat membaca data diri pelaku.
Lucky sedang makan siang bersama dua orang temannya ketika ring tone ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari kakak lelakinya.
'Lucky, kau harus segera pulang. Ayah sedang kritis dan dirawat di rumah sakit. Bawa juga istri dan anakmu.'
Setelah membaca pesan itu, Lucky segera menghabiskan makan siangnya.
"Aku harus pulang, ayahku sedang sakit."
"Okay, nanti kami info ke bos. Semoga ayahmu segera sembuh," salah satu temannya menjawab.
Lucky melambaikan tangan, bergegas menaiki motornya dan memacunya dengan kecepatan tinggi. Dia harus menjemput anak dan istrinya terlebih dulu. Satu jam perjalanan ditempuhnya, dia takut akan terlambat dan menyesal bila ayahnya sudah pergi terlebih dulu.
Rumahnya tampak lengang dan sepi ketika Lucky tiba. Karena pekerjaannya di dunia hitam, membuatnya jarang pulang. Lucky sengaja menyembunyikan identitas dan keberadaan keluarganya.
Tapi hal itu tidak berlaku untuk Mr. Anthony, segala informasi bisa didapatkan dengan mudah bila dia menginginkannya.
Lucky membuka pintu, karena tidak melihat istrinya, Lucky menuju ke ruang tidur. Alangkah terkejutnya Lucky ketika melihat istrinya tak sadarkan diri dan terikat di ranjang. Tentu saja semua itu ulah anak buah Prado. Mereka juga yang sudah menghack ponsel milik kakak Lucky dan mengirim pesan itu.
Seorang pria berdiri di dekat pintu menodongkan senjata ke arah Lucky. Dan seorang lagi duduk di sisi kiri ranjang. Mereka segera menyelinap ke kamar istri Lucky setelah memastikan kedatangan Lucky.
"Dimana anakku?" Lucky sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya.
"Aman bersama kami."
Lucky sudah paham, kata aman yang dimaksud adalah sebaliknya.
"Baiklah, lepaskan anak dan istriku. Kita selesaikan masalah ini. Apa yang kalian inginlan dariku?" Lucky tidak mau keluarganya terlibat dan terkena imbas dari pekerjaan kotor yang dijalaninya selama ini.
"Diam dan ikuti kami. Maka kau dan keluargamu tidak akan terluka."
Tanpa Lucky ketahui, anaknya berada di kamarnya dan sedang tertidur nyenyak.
Memang Prado memerintahkan anak buahnya untuk hanya menangkap Lucky hidup-hidup. Dan menggunakan keluarganya sebagai sandera tanpa melukainya sedikitpun.
Tangan Lucky diborgol dan matanya ditutup kain. Setelah masuk ke mobil, Lucky dibius. Salah satu anak buah Prado melepas ikatan dari tubuh istri Lucky, lalu pergi membawa sepeda motor milik Lucky. Setelah terbangun nanti, anak dan istri Lucky tidak akan mengetahui apa pun. Semua dilakukan dengan senyap dan rapi, sehingga siapa pun tidak menyadari sesuatu telah terjadi.
*
Sebelum melakukan operasi, Lucky harus menjalani beberapa pemeriksaan, dan harus memenuhi persyaratan sebagai donor mata.
Di antaranya : tidak menderita penyakit hepatitis, HIV, tumor mata, sepsis, sipilis, glaukoma leukimia, serta tumor-tumor yang menyebar, seperti kanker payudara dan kanker leher rahim (kanker serviks).
Hasil pemeriksaan aman dan Lucky dinyatakan layak sebagai pendonor.
Dokter Rossy yang akan menangani operasi kecil Lucky, tetapi untuk transplantasi kornea mata Hope, tetap dihandle oleh dokter Brian Garcia.
Dan di sinilah sekarang, dokter Rossy sedang melakukan pemeriksaan kondisi mata Lucky.
“Kondisi mata kanannya tidak bagus. Dia mengalami surfer’s eye atau pterigium, ada selaput yang hampir mencapai kornea. Sedangkan mata kirinya dalam kondisi baik,” dokter Rossy menjelaskan hasil pemeriksaanya.
“Baiklah, memang mata kirinya yang aku inginkan. Segera operasi dan ambil kornea mata kirinya. Aku sedang membutuhkan donor kornea mata saat ini,” dengan santai Prado menjawab.
Sementara wajah Lucky yang tangan dan kakinya terikat di ranjang pasien, terlihat semakin pucat setelah mendengar percakapan itu. Tubuhnya gemetar ketakutan. Dia tidak bisa bersuara karena mulutnya ditutup dengan lakban.
“Hah? Jangan gila Kau! Mata kanannya sudah bermasalah dan sekarang kau akan ambil kornea mata kirinya? Bukankah lebih baik kita cari donor kornea mata di bank mata saja?” dokter Rossy berusaha mencegah tindakan Prado.
“Mata harus diganti dengan mata. Lakukan saja yang kuminta. Ingat, waktumu tidak banyak!”
Lucky terkejut, ternyata ini pembalasan yang dia terima karena sudah melukai mata seorang anak laki-laki waktu itu.
Menurut peraturan yang berlaku, donor mata hanya bisa dilakukan setelah pendonor meninggal dunia. Tapi peraturan itu tidak berlaku sama sekali untuk Prado.
Dokter Rossy segera mengambil kornea mata kiri Lucky. Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit untuk melakukan operasi kecil itu.
Untuk hasil yang lebih baik, operasi tranplantasi kornea harus dilakukan dalam waktu kurang dari dua kali dua puluh empat jam setelah kornea mata diambil dari pendonor.
Prado dan Joanna bergegas menuju ruang perawatan Hope. Di sana Hope sedang asyik memainkan aplikasi strategi bisnis hasil rancangan Philbert di tablet canggih miliknya.
“Bersiaplah Hope, kau akan segera mendapatkan penglihatanmu kembali," Prado mendekati Hope.
"Bagaimana perasaanmu, kau pasti senang bukan?” Joanna memeluk Hope.
“Wait Uncle, Aunty ... sebelum operasi, Hope ingin bertanya satu hal.”
“Ada apa hmmm?” Prado mengelus kepala Hope.
“Aku harus tahu, siapa pendonor kornea itu?”
Prado dan Joanna saling berpandangan. Joanna mengangguk memberi kode.
Lalu Prado menjawab, “Pria yang sudah melukai matamu waktu itu.”
Hope berpikir sejenak. Dia berhak memutuskan untuk menerima donor kornea itu atau tidak.
Akankah Hope menerima donor kornea itu?