Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE KE TUJUH: WANITA TIDAK DIKENAL.
"Roman mana?!" tanya Winda langsung tanpa canggung sedikitpun.
"Ada didalam lagi istirahat!" ajak Bu Marisa langsung melangkah berbarengan dengan Winda.
"Aku deg-degan ma, untuk menemui Roman." kata Winda semangat.
Hanya dengan memperlihatkan foto di hand phonenya Bu marisa memperkenalkan putranya kepada Winda.
Winda langsung minta pada Bu Marisa untuk di pertemukan dengan Roman.
Di tambah lagi ada niat tersembunyi di dalam hatinya bila berpacaran dengan Roman yang merupakan anak tunggal dari Bu Marisa dan pak Rifky pemilik perusahaan besar di Asia tenggara ini.
"Roman sedang apa didalam ma...," tanya Winda penasaran ingin melihat wajah Roman seperti yang diceritakan oleh Bu Marisa.
"Biasanya dia banyak membaca buku!" jawab Bu Marisa singkat sambil memasuki ruangan yang serba lux besar, luas dan mewah tampak indah dan bersih.
"Buku apa itu ma...?!" tanya Marisa penasaran.
"Entahlah, banyak buku yang tersusun di ruangan belajarnya. Dan yang kutahu dia banyak mengoleksi buku-buku hadist dan tafsir Qur'an." cerita Bu Marisa menjelaskan Winda.
Masih banyak yang ingin diketahui oleh Winda. Namun, ibu Marisa keburu menyuruhnya duduk karena mereka sudah ada di ruangan tengah.
Winda sungguh takjub dengan isi ruangan rumah Bu Marisa.
Dalam hati Winda sedikit gugup membayangkan putra Bu Marisa yang religius dari ceritan yang di dengar tadi.
Tanpa sengaja mata Winda melihat seorang pria tampan sedang duduk melihat hand phonenya.
Saat itu Roman lagi menatap seorang gadis anggun lagi tersenyum menatapnya. Gadis itu adalah Morrin.
"Bang Roman...!" panggil Winda tanpa malu-malu secepat itu berada di depannya.
Roman yang dipanggil oleh seorang wanita yang belum dikenalnya segera mematikan hand phonenya.
Sedangkan Winda yang terkagum-kagum melihat ketampanan Roman juga tanpa malu-malu duduk didekatinya.
"Maaf, siapa ya...?" tanya Roman menggeser duduknya menjauh.
"Itu Winda! Putri teman mama!" jawab Bu Marisa berjalan mendekati Roman dan Winda.
"Teman mama yang mana?" tanya Roman agak curiga.
"Nanti ku perkenalkan!" timbal Bu Marisa bimbang.
Ada perasaan yang mengganjal didalam hatinya melihat mamanya yang mendatangkan seorang wanita sedikit nakal.
"Soalnya ma, aku tidak mengenal Winda sama sekali. Melihatnya saja baru sekarang ini!" tegas Roman mendesak ibunya.
"Dia sudah lama mengenalmu, cuman baru sekarang dia ada waktu untuk memperkenalkan dirinya kepadamu." jawab Bu Marisa membohongi putranya.
Roman lalu berdiri menarik tangan ibunya menjauh dari Winda.
"Ma, tidak seharusnya mama membawa sembarang perempuan masuk kedalam rumah ini," ucap Roman pelan.
Bu Marisa tidak terima ditegur oleh Roman putranya,
"Aku yang mengundangnya datang kesini. Biar kamu tahu mana gadis yang pantas masuk di rumah ini!" bentak Bu Marisa memarahi Roman.
Ternyata benar juga kecurigaan Roman, ibunya sengaja mendatangkan Winda untuk di perkenalkan dengannya.
"Apa mama tidak melihat! Kalau gadis itu tidak pantas untukku!" tolak Roman tegas, tidak menerima keinginan Ibunya.
"Pacaran saja belum, sudah memberi penilaian negatif terhadap orang!" bantah ibu Marisa.
"Bu...," baru saja Roman akan mengatakan kalau ibunya tidak perlu memilihkan dia perempuan sudah dipotong oleh Bu Marisa
"Sudahlah aku tidak mau berdebat denganmu!" tolak Bu Marisa meninggalkan Roman.
"Masih ada ya..., Ibu yang memaksa pilihannya!" sindir Roman.
Marisa kontan menghentikan langkahnya berbalik menatap tajam Roman.
"Okey, kalau kamu menolak tawaran mama. Tapi..., aku juga tak mau Morrin jadi menantuku!" teriak Bu Marisa lalu berbalik lagi meninggalkan Roman.
Bagaikan petir yang menyambar telinganya Roman mendengar Penolakan ibunya.
Morrin adalah harga mati untuk hatinya. Dia tidak akan menerima perempuan lain selain Morrin dan sangat bertolak belakang dengan mamanya.
Roman juga sangat patuh dan sayang dengan ibunya. Roman jarang berbicara apalagi sampai berdebat.
Akan tetapi baru kali ini dia ngotot berdebat dengan ibunya sendiri. Sosok wanita yang sangat dikagumi dan disayangi.
BERSAMBUNG.