Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 23
Bagas sebenarnya begitu malas untuk pergi bekerja, tetapi jika di rumah terus dia juga merasa canggung kalau bertemu dengan Wati. Setelah kejadian itu, Bagas selalu saja tak sanggup kalau menatap wajah Wati secara langsung.
Alhasil dia menghabiskan waktu di warung sembako sampai sore hari, anak buahnya tentu saja merasa iba melihat sang majikan yang begitu tak bersemangat setelah ditinggalkan oleh istrinya itu.
"Jangan lemes terus, Pak Bagas. Masih ada neng Cantik yang harus diurus." Basri menghampiri Bagas yang sudah bersiap untuk membuka pintu mobilnya, tetapi pria itu malah menghela napas berat sambil memejamkan matanya.
"Iya, ini udah berusaha semangat. Saya duluan, mau ke makam dulu."
"Iya, Pak Bagas. Hati-hati," ujar Basri.
Bagas akhirnya memutuskan untuk pergi ke pusara terakhir istrinya. Dia duduk di depan pusara terakhir istrinya sambil mengusap batu nisan bertuliskan nama istrinya di sana.
Dia berharap akan ada petunjuk yang dia dapatkan, dia berharap akan diberitahukan Siapa sebenarnya yang membunuh istrinya tersebut. Kenapa ada orang yang begitu tegak ingin membunuh Winarsih?
"Dek! Mas datang, Mas kangen. Kamu kangen gak? Mas kangen banget loh, kangen dengar suara kamu, kangen peluk kamu. Temui Mas, Yang. Jangan biarkan Mas kebingungan seperti ini," ujar Bagas.
Bagas terus saja berbicara seolah-olah Winarsih bisa mendengarnya, tetapi sayangnya sampai langit berubah menjadi gelap pekat, Bagas sama sekali tidak bisa mendengar suara Winarsih.
Bagas bahkan tidak bisa merasakan kehadiran wanita itu, Bagas sungguh merasa sedih. Dia hanya bisa merasakan semilir angin yang semakin lama semakin kencang, wajahnya seperti ditampar.
"Kenapa kamu tega banget sih, Dek? Kenapa kamu nggak mau sekali temuin aku? Aku kangen, aku juga ingin menuntaskan masalah ini. Kasih tau Mas solusinya," ujar Bagas seperti orang yang sudah tidak waras.
Sampai akhirnya dia merasakan perutnya begitu perih sekali, akhirnya Bagas pulang karena waktu memang sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Selain itu, dia merasakan tubuhnya merinding semua. Seperti ada sosok yang terus mendekati dirinya dan memperhatikan dirinya, tetapi dia merasa kalau itu bukanlah istrinya.
Bagas yang takut kesambet tentu saja memilih untuk cepat pulang, karena takutnya nanti malah akan geger karena dirinya kerasukan setan yang ada di kuburan.
"Kirain Bunda, kamu mau nginep di kuburan," ujar Winda ketika melihat Bagas pulang.
Saat Bagas tak kunjung datang, Winda akhirnya menanyakan keberadaan Bagas kepada anak buahnya yang ada di warung sembako. Tentunya dia mendapatkan nomor anak buah Bagas dari Wati.
"Pengennya gitu, tapi gak berani."
"Ck! Kamu itu! Cepat saja mandi, habis itu buruan makan. Bunda akan hangatkan makanan untuk kamu," ujar Winda.
Winda merasa iba sekali melihat wajah putranya, dia merasa bersalah karena tidak datang dari kemarin-kemarin. Dia juga merasa menyesal karena pernah menentang pernikahan anaknya itu dengan Winarsih.
"Iya, Bun," jawab Bagas.
Bagas akhirnya segera masuk ke dalam kamarnya, dia membersihkan tubuhnya dan mengganti bajunya dengan piyama tidur. Setelah itu, dia melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
Bagas lalu memakan makanan yang sudah disiapkan ibunya dengan tidak bersemangat, karena tetap saja fokusnya saat ini terhadap Winarsih saja.
"Mending tidurlah," ujar Bagas.
Bagas kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya, tetapi saat dia melihat pintu kamar putrinya, Bagas menghentikan langkahnya. Dengan perlahan dia masuk ke dalam kamar putrinya, dia bisa melihat ada Wati yang sedang duduk sambil menatap wajah putri cantiknya.
"Bobo yang anteng, jangan rewel. Nanti Bibi nangis," ujar Wati.
Wati mengelus lembut pipi gembul Cantik, lalu dia mengecup kening Cantik dengan begitu lembut. Terkadang dia merasa kalau hidupnya sangatlah menyedihkan, karena dia terlahir sebagai anak dari hasil hubungan haram.
Selain itu, dia tidak diakui oleh ayahnya dan dibuang setelah dilahirkan. Namun, dia merasa kalau nasib Cantik lebih menyedihkan lagi.
Bayi semungil itu sudah ditinggal meninggal oleh ibunya, ibunya meninggal karena dibunuh oleh ibu kandungnya, sedih dan juga kesal terhadap bi Tuti kalau dia sudah mengingat akan hal itu.
'Tak salah memang aku memilih Wati untuk mengurus putriku, aku harus bersikap baik agar wanita itu tidak meminta berhenti bekerja.' Bagas hanya mampu berbicara di dalam hati sambil memperhatikan Wati yang sedang berbicara sendiri.
Wati yang begitu serius sedang curhat dengan bayi mungil itu tak sadar kalau Bagas memperhatikan dirinya sejak tadi, wanita itu hanya sedang ingin mengeluarkan unek-uneknya yang kini ada di dalam pikirannya.
"Kami tau, Neng Cantik. Bibi itu sebenarnya sedang dilema, Bibi baru tahu kalau bi Tuti itu ibu kandung Bibi. Wanita itu dengan teganya membuang Bibi di depan rumah kedua orang tua angkat Bibi, sedih tau pas tau kalau Bibi itu terlahir dari hasil hubungan haram."
Deg!
Bagas langsung membulatkan matanya dengan sempurna mendengar apa yang dikatakan oleh Wati, dia tidak menyangka kalau pengasuh dari putrinya itu merupakan anak kandung dari pembantunya.
Bagas sebenarnya ingin langsung menghampiri Wati, dia ingin bertanya langsung kepada wanita itu. Namun, Bagas masih ingin mendengar sendiri apa yang akan dikatakan oleh Wati saat ini.
"Tolong Bibi, Neng. Bibi tidak tahu harus apa sekarang, Bibi bingung harus bersikap bagaimana terhadap ibu kandung Bibi itu. Karena jujur Bibi benci sekali sama bi Tuti itu, karena dia adalah orang yang jahat."
Wati terdiam, dia sedang mengingat pengakuan dari bi Tuti. Wanita itu mengaku sengaja membunuh Winarsih karena ingin menjadikan dirinya sebagai istri dari Bagas, bi Tuti ingin memberikan kebahagiaan dan jaminan lewat jalan sesat.
Wati tiba-tiba saja menangis, air matanya berurai di kedua pipinya. Cantik menggeliatkan tubuhnya, Wati yang takut Cantik bangun dengan cepat membekap mulutnya.
'Apa maksud dari semua ini?' tanya Bagas yang masih dia katakan di dalam hati saja.
Bagas pergi dari sana, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Dia sedang mencerna apa yang dikatakan oleh Wati, hingga tidak lama kemudian matanya membulat dengan sempurna.
"Yang membunuh kamu itu adalah ibu kandung Wati, itu artinya yang membunuh kamu adalah---"
Bagas rasanya tak kuasa menyebutkan nama pelayan yang sudah cukup lama bekerja dengan dirinya itu, dia begitu percaya dengan wanita itu, tetapi ternyata wanita itu tak sebaik yang dia kira.
"Itu artinya bi Tuti yang membunuh istriku, tapi... Apa motif pembunuhan dari wanita itu? Kenapa istriku meninggal dengan keadaan seperti itu? Apakah bi Tuti sengaja pergi ke dukun untuk membunuh istriku?"
Bagas berpikir dengan begitu keras, hingga tidak lama kemudian dia merasakan kemarahan yang luar biasa. Jika benar bi Tuti yang membunuh istrinya, Bagas berjanji tidak akan melepaskan wanita itu.
"Besok aku harus selidiki dengan baik, aku tak akan bekerja sampai aku mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan aku."
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭