Pak Penghulu, Nikahi Aku!

Cia terus saja melirik Alkan lewat sudut matanya, rasanya mata Cia enggan sekali berkedip, kala menatap wajah tampan nan teduh si Bapak Penghulu.

Tanpa sadar, Cia menggigit kukunya sendiri gemas. Apa lagi saat Alkan melahap sempol ayam yang baru saja diberikan Kang Sempol. Entah kenapa, mata Cia selalu terarah pada jakun jantan, yang membuat dia harus bersusah payah menelan salivanya.

Alkan yang tidak sadar tengah ditatap gadis cantik tanpa berkedip,terlihat santai melahap makanan murah namun nikmat tiada tara, jajanan yang biasa dia beli saat pulang bekerja.

Karena hari ini Alkan tidak kekantor KUA, jadi dia menikmati sempol di sore hari. Padahal belum lama dia pulang dari acara teman kuliahnya, yang mengadakan acara syukuran kelahiran putra pertamanya. Namun sepertinya cacing yang ada didalam perut kembali dangdutan.

"Kang, nanti bungkusin kayak biasa ya!" seru Alkan pada Kang Sempol.

"Siap Mas Alkan! pasti buat kesayangan ya." sahut Kang Sempol, pria bertopi itu sangat tahu kalau orang rumah Alkan sangat menyukai sempol ayam buatannya.

"Tuh tau, yang pedes ya. Soalnya si kesayangan aku sukanya pedes," ujar Alkan menimpali ucapan pedangan langganannya.

Kretek! bunyi hati seseorang,

Alkan tersenyum manis, tanpa tahu kalau saat ini ada hati yang retak, kala mendengar kata 'kesayanganku' dari bibir tipis Sang Penghulu.

Cia tersenyum tipis, guna membuktikan kalau saat ini dia baik baik saja, walaupun sebenarnya dia sedang tidak baik baik saja. Kedua matanya terus saja menatap Alkan tanpa bosan, bahkan kalau Cia diharuskan memilih, antara menatap uang sekoper atau menatap Alkan yang tengah tersenyum. Cia akan lebih memilih menatap senyuman Alkan, karena uang sekoper pun tidak bisa dia miliki kalau hanya ditatap, benar bukan.

"Tak bosan mataku tak bosan," ujar Yasmine tiba tiba, membuat lamunan Cia buyar, bahkan Alkan pun hampir saja tersedak sempol yang dia makan.

"Oh sungguh, mataku takkan bosan, untuk memandangmu, wahai sang pak peng...," ucapan Yasmine terhenti kala Cia membekap mulutnya dengan dua tusuk sempol miliknya.

Untung saja Yasmine tidak tertusuk bambu yang ada disempol. Kalau sampai tertusuk entah apa jadinya, dia pasti tidak akan bisa bernyanyi lagi.

Padahal rencananya dia akan mengikuti audisi bernyanyi di kampusnya besok.

"Uhuk! astaga dragon ball Kak Cici, kau tega sekali padaku, kalau tenggorakan ku tidak perawan lagi gara gara sogrok tusukan sempol gimana? Gak entis dong beritanya, masa gini 'seorang gadis cantik putri dari Bapak Gentala, mati kesogrok tusukan sempol', mau di tarok dimana mu...," ucapan Yasmine terhenti kala melihat Alkan menatapnya aneh.

Bahkan pria itu masih menyuapkan sempolnya, namun kedua mata coklat miliknya terus saja menatap heran kearahnya dan Cia.

"Duh punteun, maaf keganggu ya Kak. Ini biasa kita mah kalau lagi ngomong berdua, ramenya satu RT. Jangan khawatir jangan khawatir, kita masih sehat lahir batin kok." cerocos Yasmine tanpa malu dan ragu, dan itu makin membuat Alkan semakin dibuat heran.

Bahkan gadis remaja itu menyenggol lengan Cia, agar sepupunya ikut membuka mulut. Namun Cia, malah membuang muka kearah lain.

"Gak apa apa atuh neng, Akang mah malah suka sama yang cerewet kayak Neng gini." sahut Kang Sempol.

Kedua mata Yasmine membola mendengar ucapan kang sempol, apa lagi saat melihat pria bertopi itu mengedipkan sebelah mata padanya.

Sedangkan Cia, gadis itu berusaha menahan tawanya, saat melihat wajah ngeri yang ditampilkan Yasmine saat ini. Bahu Cia bahkan bergetar, karena sudah tidak kuat lagi, akhirnya tawa keras gadis itu pecah.

Cia tertawa sampai matanya menyipit, bahkan tawa dia menular pada Kang Sempol. Disaat Yasmine meneguk minumannya berkali kali, Cia malah tertawa lebar.

Cia bahkan lupa, kalau disana masih ada Bapak Penghulu sang pujaan hati. Tawa lepas yang dikeluarkan Cia, diam diam mampu membuat salah satu sudut bibir Alkan terangkat.