Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jiwa Yang Terkoyak
Suamiku Pria Tajir #7
Oleh Sept
Rate 18+
"Buka pintunya atau aku dobrak?" ujar pria berbadan tinggi, tegap dan memiliki lengan yang berotot kekar tersebut. Rasanya sangat mungkin Leon dapat membuka pintu itu dengan mudah. Mengingat postur Leon yang memang seperti orang keturunan bule, badan tinggi besar, sayang minim ahlak.
Bingung dah panik, Nur melihat sekeliling. Karena terdesak, ia akhirnya nekat keluar lewat jendela.
Bruakkk
Pintu sudah berhasil didobrak paksa oleh Leon. Pria itu memindai seluruh ruangan. Ia mencari sosok gadis ranum yang siap ingin dipetik. Sejak pertemuan mereka di lift beberapa waktu lalu, Nur memberikan kesan tersendiri bagi pria berhati buaya tersebut. Aura Nur yang berbeda dari kebanyakan gadis perkotaan, membuat Leon langsung tersihir.
Sikap Nur yang menundukkan wajah, diam, dan pemalu, membuat Leon penasaran. Seolah ia ingin mencicipi dan merasakan. Barangkali ia sudah bosan dengan Rena yang over terbuka dan sudah ia hafal baik luar maupun dalamnya. Leon ingin sensasi yang lain, dan ia menginginkan Nur saat ini.
"Gadis manis, di mana kau? Jangan bersembunyi. Kalau kau takut, aku akan melakukannya dengan pelan. Keluarlah!" bujuk Leon sembari menyingkap apapun di depannya.
Ia memeriksa kamar mandi dalam, kosong. Nur tidak ada di sana. Kemudian mencari di sudut lain, sempat berjongkok di depan ranjang. Ia mengintip ke bawah, mungkin gadis itu sembunyi di kolong dipan. Namun, nyatanya Nur tidak ada di mana-mana.
WUSHHH
Suara angin masuk dengan kencang. Korden jendela pun menari-nari tersapu angin. Nur yang kala itu gemetaran berdiri di luar jendela, dengan pijakan kecil nan berbahaya. Ia hanya bisa berdoa, semoga ada yang menolong dirinya.
Tap tap tap
Pelan-pelan terdengar suara derap langkah yang semakin mendekat, membuat Nur semakin cemas. Ia takut bila pria bar-bar itu menemukan dirinya. Sembari mulutnya terus komat-kamit membaca doa, Nur melirik ke bawah sekilas. Baru sekejap memejamkan mata karena ngeri dan merasa takut, tiba-tiba ada yang menarik tangannya.
Srakkk
Bukkkk
Leon menarik dan melempar tubuh gadis itu di atas ranjang. Setelah itu ia mengunci gerak sang gadis. Leon duduk tepat di atas perutnya. Membuat Nur tidak bisa lari ke mana-mana.
"Lepaskan!" pinta Nur yang panik. Ia terus menendang. Namun, tidak kena sasaran. Leon terlalu kuat bagi wanita seperti dirinya.
"Lakukan dengan cepat!" sentak Leon sembari mencoba melepaskan pakaian Nur.
Krakkkk
Seketika Nur langsung menutupi bagian depan tubuhnya. Nur dapat melihat, betapa menyeramkan kilat mata pria jahat tersebut.
"Kalau kau berikan baik-baik, maka akan aku lakukan dengan lembut. Tapi, sepertinya kau tidak mengerti maksud ucapanku," pria itu kembali menyeringai. Membuat tubuh Nur langsung lemas, sepertinya ini adalah akhir dari kisahnya.
Tidak terasa, bulir bening keluar dari matanya, Nur memandang Leon dengan tatapan memohon. Tapi, Leon sama sekali tidak peduli. Pria itu sudah dirasuki setan messum. Yang ada dalam kepalanya hanya ingin merasakan kehangatan tubuh gadis yang ada dalam kuasanya itu.
Bukkkk
Leon melempar kemejanya jauh, pria itu kemudian merendahkan tubuhnya. Ia seolah sudah siap menghajar mangsanya tersebut. Dengan kasar ia mencengkram kedua tangan Nur, kemudian merampas bibir Nur dengan paksa.
"Ish!" Leon menatap marah, ia mengusap bibirnya yang berdarah. Rupanya Nur sengaja mengigit dirinya.
"Kau mau main kasar?" bisiknya dengan napas panas yang memburu.
Jantung Nur seperti kehilangan kendali, berdebar-debar tak karuan. Butiran keringat pun sudah membasahi dahinya. Mata gadis itu melirik kanan dan kiri, mencari sesuatu. Ia makin cemas, ketika tidak ada apapun yang mampu ia raih. Dan ketika wajah Leon semakin mendekat, dengah gerakan cepat dan keras Nur membenturkan kepalanya.
Entah apa yang dipikirkan gadis itu, yang jelas caranya itu berhasil membuat Leon tumbang. Kepala Nur tadi menghantam tepat mengenai hidup pria bar-bar tersebut. Alhasil, kini Leon meringis memegangi hidupnya yang mengeluarkan darah.
"Sialll!" maki Leon sambil menahan sakit. Melihat ada kesempatan untuk kabur, karena pria itu masih menikmati rasa sakitnya, dengan cepat Nur mendorong tubuh Leon. Ia berlari kencang menuju pintu depan.
"Ish!" desis Leon kesal. Ia lantas meraih tisu di atas nakas, menyumpat hidungnya yang terus mengeluarkan darah.
"Berhenti!" teriaknya saat melihat Nur sudah menghilang dari balik pintu.
"Siall!" kembali pria itu merutuk. Karena Nur terlanjur pergi, Leon pun memutuskan kembali ke apartemen miliknya.
***
Tidak memiliki ponsel, tidak tahu nomor telpon Arya, Nur pun kini duduk di sebuah bangku taman. Letakkan tidak jauh dari apartemen, di sana tepat di sebelah jalan raya yang ramai. Nur merasa lebih aman saat ada di antara kerumunan orang-orang.
Matanya menatap kosong kendaraan lalu lalang. Pakaian yang ia kenakan pun compang-camping. Sudah mirip gelandangan karena sebagian yang robek. Tapi Nur tidak peduli, ia bahkan dapat merasakan, banyak orang yang lalu lalang menatapnya dengan heran dan aneh. Tapi, ia tetap tidak beranjak. Di kerumunan seperti ini, ia merasa aman.
Waktu terus berjalan, tidak terasa malam pun tiba. Masih di tempat yang sama. Tidak makan dan minum, Nur tetap duduk di bangku taman selama berjama-jam.
Haus, tidak memiliki uang. Nur pun menoleh kanan kiri. Ada keran air di dekat sana, dengan bergegas ia langsung minum dari keran secara langsung. Puas membasahi kerongkongan, Nur kembali duduk di bangku taman yang tadi.
Mau kembali ke apartemen tapi takut, akhirnya ia hanya duduk sambil menunggu. Menunggu sesuatu yang tidak pasti.
Tin tin tin
Suara klakson cukup kencang dan berulang di seberang jalan, menarik perhatian Nur yang kala itu malah melamun.
Mata Nur langsung berair tak kalah menatap siapa yang datang mendekat. Pria itu setengah berlari menyebrangi jalan yang terlihat ramai. Kesedihan Nur sepertinya melebur, gadis itu tak kuasa menahan tangis.
"Kenapa di sini? Apa yang terjadi?" Pria itu mengamati penampilan Nur dari ujung kaki sampai bawah.
"Katakan! Siapa yang berani melakukannya?"
Kali ini suara pria itu mulai meninggi. Jelas sekali kalau ia sedang menahan amarah. Bersambung.
Instagram : Sept_September2020
Fb : Sept September
Terima kasih