Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Bryan dan Eliza PART II
Mereka berdua berjalan menuju kantin namun tiba-tiba ditengah jalan Bryan menghentikan langkah mereka.
"El tunggu. Apa kamu mau menjadi pacarku?" tanya Bryan sambil menggenggam tangan Eliza.
"Eh loh Ry, kok kamu tiba-tiba menanyakan ini?" tanya Eliza dengan gugup.
"Sudah cepat jawab, tidak ada pengulangan dari pertanyaan saya." tegas Bryan.
"Eh itu." jawab Eliza dengan sengaja menggantungkan jawabannya.
"Memangnya kamu mau aku jawab apa?" Eliza balik bertanya kepada Bryan.
"Kamu tuh diminta jawab malah balik tertanya kepada saya!" Bryan mulai kesal. Dia kira Eliza segera memberikan jawaban namun ternyata malah balik bertanya.
Eliza tertawa melihat tampang lucu Bryan. Saat ini wajah Bryan seperti anak kecil yang mengharapkan ibunya memberikan sebuah permen karena mendapatkan nilai terbaik di kelas.
Bryan langsung pergi meninggalkan Eliza yang masih menertawakannya.
"Hei tunggu, mengapa kamu pergi begitu saja. Memangnya kamu tidak ingin mendengar jawabanku?"
"Saya sudah tidak berminat mendengar jawabanmu El." Teriak Bryan.
Kemudian Eliza berlari menyusul Bryan yang saat ini sudah hampir sampai di kantin sekolah.
Saat dikantin, Bryan melihat ada sekelompok murid perempuan mulai membentuk sebuah kelompok kecil. Mereka mulai bergosip membicarakan kedekatan Eliza dan Bryan.
"Sst, lihat tuh. Bryan ke kantin bareng Eliza. Mungkin benar tentang gosip diluaran sana yang mengatakan bahwa mereka berpacaran!" murid berkacamata mulai mengutarakan argumennya.
"Tidak mungkin, mereka kan baru kenal. Bisa saja mereka hanya teman biasa." Bantah murid berambut kepang dua.
"Tapi aku pernah lihat mereka jalan berdua ke sebuah mall loh sambil pegangan tangan." tutur si murid berambut ikal kepada teman-temannya.
Mereka semua terkejut dengan penuturan si murid berambut ikal. Mereka tak menyangka bahwa hubungan Bryan dan Eliza sudah sangat dekat.
"Kamu serius?"
"Serius, untuk apa aku berbohong. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, mereka berpegangan tangan."
"Aduh, kalau sampai mereka pacaran maka akan terjadi hari patah nasional."
Raut wajah kelima murid yang sedang duduk disudut kantin nampak bersedih ketika membayangkan Bryan dan Eliza berpacaran.
Sementara Bryan dan Eliza hanya bersikap acuh, berpura-pura tidak mendengar. Bryan langsung menuju ke stand bubur ayam karena dia melihat sepertinya makanan itu sangat lezat. Dia memesan dua porsi untuk dirinya dan juga Eliza. Bryan memilih duduk di dekat pohon beringin untuk menghindari tatapan aneh dari sorot murid-murid lain yang sedang berada di kantin. Eliza berjalan dan mengambil kursi di depan Bryan. Sebetulnya Eliza sangat gugup harus duduk berhadapan dengan Bryan. Entah mengapa akhir-akhir ini jantung Eliza selalu berdegup kencang jika berdekatan dengan Bryan tapi dia berusaha menutupinya.
Pesananpun datang dan mereka segera menyantap bubur ayam.
"Bagaimana El, apakah bubur ayamnya enak?" tanya Bryan.
"Hu'um, sangat enak. Terima kasih Ry." Ucap Eliza dengan sorot mata sungguh-sungguh.
Jantung Bryan semakin berdegup kencang menyaksikan tatapan mata Eliza. Baginya, sorot mata itu ibarat sebuah oase di gurun pasir yang sangat tandus. Begitu sangat menyejukan.
Selama beberapa detik mereka tanpa sengaja saling bertatapan.
"Ry, aku mau menjadi pacarmu!" Ucap Eliza membuyarkan lamunan Bryan.
"Hah, apa katamu?" Tanya Bryan tidak percaya.
"Aku mau menjadi p-a-c-a-r m-u." dengan menegaskan kata "pacar" di depan wajah Bryan.
Bryan langsung berdiri dan bubur ayam yang sedang dalam genggaman tumpah untung saja tidak mengenai seragam putih abu-abu yang di pakai.
Eliza hanya tertawa melihat tingkah konyol laki-laki yang kini menjadi pacarnya. Dan saat itu mereka resmi berpacaran.
...****************...
Sore hari setelah jam sekolah usai, Bryan sengaja mengajak Eliza mampir ke sebuah mall terbesar di Jakarta. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun Eliza, rencananya Bryan ingin mentraktir gadis pujaannya.
Mereka memasuki sebuah restoran mahal dengan masih menggunakan seragam sekolah. Seorang pelayan menghampiri.
"Selamat sore *k*ak, mau pesan untuk berapa orang?" tanya pelayan itu sambil menunjuk beberapa meja kosong.
Saat itu keadaan restoran cukup ramai. Muda-mudi berkumpul bersama dengan orang terkasih. Suami-istri menghabiskan waktu bersama dengan anak-anak mereka sambil menikmati menu di restoran itu. Anak-anak, tua-muda memenuhi tiap sudut restoran.
"Silahkan kak, dipilih menu apa yang di inginkan?" ucap pelayan dengan menyodorkan buku menu.
Eliza dan Bryan sibuk memilih menu namun Eliza nampak terkejut melihat harga dari sepiring nasi goreng.
"Gila, ini benar harganya segitu Ry? Oh astaga, dengan harga segitu bisa untuk makan 2 hari keluargaku."
"Ha-ha-ha, bagiku harga segitu tidak masalah. Anggap saja, sebagai kado ulang tahunmu sayang." rayu Bryan.
"Ck, kau mencoba merayuku?" sindir Eliza.
"Menurutmu?"
Eliza mengalihkan pembicaraan.
"Aku pesan nasi goreng ini saja Ry, super pedas! Minumnya ice lemon tea.
"Saya juga pesan menu yang sama Mbak."
"Baik kak, mohon ditunggu." pelayan menulis semua order-an, mengambil kembali buku menu dan berjalan meninggalkan Bryan dan Eliza.
Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, makanan datang dan mereka segera menyantap hidangan itu selagi hangat.
...****************...
Satu tahun kemudian
Saat ini seluruh murid kelas tiga SMA sedang mempersiapkan diri menghadapi UAN. Mereka disibukan dengan berbagai macam pembekalan, bimbingan belajar agar bisa lulus ujian. Eliza dan Bryan pun tidak luput dari kegiatan tersebut.
Mereka sibuk mengikuti try out dimana-mana, belajar sampai larut belum lagi mengikuti pembekalan yang diadakan oleh pihak sekolah. Pokoknya super sibuk bahkan waktu untuk berpacaran tidak ada tapi hati mereka tetap satu.
Ujian nasional sudah diselenggarakan dan seluruh murid SMA Harapan Pelita dinyatakan LULUS 100%. Senyum kebahagiaan terukir dari wajah masing-masing. Seketika lapangan basket SMA Harapan Pelita menjadi lautan air mata tak sedikit dari mereka yang menangis bahagia karena bisa lulus ujian. Itu artinya tinggal sedikit lagi langkah mereka mencapai cita-cita.
Hari perpisahan
Tepat pukul delapan pagi seluruh murid SMA Harapan beserta tamu undangan memenuhi lapangan basket yang sudah disulap menjadi auditorium mini. Hari itu mereka akan melakukan perpisahan sekolah. Menjadikan moment terakhir sebelum mereka benar-benar melepas seragam putih abu-abu.
Diantara deretan murid laki-laki sosok Bryan terlihat paling tinggi daripada teman sebayanya. Saat itu dia menggunakan kemeja putih, blazer hitam, dasi hitam, celana kain hitam dan sepatu pantofel hitam. Nampak gagah dan berwibawa. Dia mengarahkan pandangan kesana kemari mencari sosok gadis yang sangat dicintai. Namun hingga saat waktunya perpisahan dimulai, gadis itu tidak hadir menampakan batang hidungnya. Bryan kecewa padahal dia ingin sekali memperkenalkan Eliza ke kedua orang tuanya.
"Ry, kamu sedang mencari siapa?" tanya Gugun teman yang duduk disamping Bryan.
"Eliza." Jawab Bryan singkat.
"Memangnya kamu tidak tahu, bahwa Eliza sudah pergi dari kota ini. Menurut informasi yang aku dengar dia melanjutkan kuliah diluar negeri tapi aku tidak tahu pasti di negera mana. Keluarga nya juga sudah tidak tinggal di kota ini. Mungkin mereka balik ke kampung halaman."
"Ya ampun Ry, kasihan sekali kamu. Kamu itu pacarnya tapi hal begini saja tidak tahu. Ck ck ck, hubungan macam apa yang kalian jalani?" sindir Gugun.
Bryan mengepalkan tangan, emosinya tidak bisa terbendung. Dia sangat marah. Dia sangat emosi.
"Mengapa kamu meninggalkanku tanpa sepatah katapun El?" tanya Bryan dalam hati.
Sejak saat itu Bryan memutuskan untuk tidak lagi berpacaran padahal banyak perempuan yang tergila-gila dan mendambakan cintanya tapi hati Bryan sudah diberikan kepada Eliza. Gadis yang begitu dia cintai. Bagi Bryan, Eliza merupakan gadis satu-satunya yang amat sangat berharga di dunia ini.
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan