NovelToon NovelToon
Tatap Aku, Suamiku

Tatap Aku, Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahmuda / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:17M
Nilai: 4.9
Nama Author: Casanova

Musim pertama : Tatap Aku, Suamiku
Musim Kedua : Bunda dari Anakku


Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Wira (22 tahun) nekad membawa kedua orang tuanya ke Yogyakarta untuk melamar Naina ( 17 tahun), yang hanya seorang gadis yatim piatu.
Wira yang terlahir dari keluarga berada, menikah dengan Naina yang hanya gadis dari keluarga biasa.

Lima tahun pernikahan, guncangan menghantam kehidupan rumah tangga mereka. Dunia Naina hancur seketika. Kebahagiaan yang selama ini direguknya, apakah hanya sebuah kebohongan semata atau memang nyata. Apakah pernikahan ini sanggup di pertahankan atau harus berakhir??

Ikuti perjalanan rumah tangga Wira dan Naina

“Tolong tatap aku lagi, Suamiku.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

S1. Bab 6

Wira menepikan mobilnya tepat di depan Stevi. Dengan berat hati, mengikuti niat baik istrinya yang memiliki hati selembut dewi.

Tangan Wira menahan pergerakan Naina, saat ia melihat sendiri istrinya hendak membuka pintu dan turun.

“Sayang, mau kemana? Di luar hujan. Disini saja, bicara lewat jendela mobil,” ujar Wira, memohon.

“Tidak apa-apa, Mas. Tidak sopan,” sahut Naina, tersenyum. Segera turun untuk menemui Stevi dengan kedua tangan menutup kepalanya dari gerimis.

“Stev, ayo ikut. Mas Wira akan mengantarmu pulang,” ajak Naina.

“Tidak perlu, Nyonya. Aku naik taksi saja,” tolak Stevi. Dalam hati ingin sekali bisa pulang dengan Wira. Selama ini dia harus memutar otak mencari alasan hanya untuk pulang bersama Wira, tetapi saat ini ibu peri menawarinya dengan sukarela. Tidak apa-apa juga, paling Wira hanya akan marah-marah sebentar setelah itu melunak kembali.

“Ayo Stev, nanti keburu hujannya tambah lebat. Sebentar lagi malam, kasihan putrimu menunggu,” ucap Naina, memberi alasan.

Setelah berbagai bujuk dan rayu, akhirnya Stevi menurut. Saat masuk ke mobil, membuka pintu belakang, hatinya mencelos. Melihat kursi depan yang diisi Naina. Tempat yang selama ini diisi olehnya tanpa sepengetahuan Naina.

Bunyi pintu tertutup, menandakan semua penumpang sudah siap berangkat. Wira segera mengeluarkan tisu dari dashboard dan membantu Naina membersihkan wajahnya yang basah.

“Sudah Mas, Nai sendiri saja,” ucap Naina merona malu, karena kemesraan yang Wira tunjukan di depan Stevi. Tangannya buru-buru mengambil ahli tisu dari tangan Wira, memilih membersihkan wajahnya sendiri.

“Istri Mas tidak boleh sakit, siapa yang ngelonin Mas tidur nanti,” goda Wira, seolah lupa ada orang lain yang mengisi mobil mereka. Wira seakan tidak peduli dengan kehadiran Stevi yang duduk di kursi belakang.

“Mas ....” Pipi mulus itu kembali memerah, saat hal intim mereka di atas tempat tidur dipamerkan di depan orang lain.

“Iya Sayang,” ucap Wira mengalah.

Mendengar berbagai gombalan yang keluar dari bibir Wira, Stevi hanya bisa mencebikan bibirnya diam-dia, menahan kesal. Apalagi saat melihat tangan Wira yang tidak mau melepas genggamannya pada tangan sang istri. Kembali Stevi membuang pandangan, menahan gejolak iri yang memenuhi relung hatinya.

“Stev, rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah maka Mas Wira kan, ya?” tanya Naina, memastikan.

“Iya, Nyonya. Masih satu komplek,” sahut Stevi dengan santai.

“Oh syukurlah.” Naina tersenyum menatap Wira yang fokus dengan kemudinya.

***

Sepanjang perjalanan Stevi memilih bungkam, mengalihkan pandangannya pada jalan raya, menikmati kepadatan lalu lintas sore. Hiruk pikuk, suara klakson mendominasi di tengah jalan yang tersendat.

Rute yang harusnya bisa dilewati dalam setengah jam harus molor lima belas menit dari yang seharusnya. Mobil sedan hitam Wira, berhenti tepat di pinggi jalan, di depan sebuah rumah dua lantai. Bangunan dengan konsep klasik modern didominasi waran putih tulang itu terlihat lebih mencolok dibanding rumah-rumah lainnya. Naina sampai terperangah menatap seberapa mewah desain hunian yang menjadi tempat tinggal sekretaris suaminya.

“Pak, terimakasih tumpangannya,” pamit Stevi pada Wira, setelah mobil yang ditumpanginya berhenti.

“Terimakasih, Nyonya,” lanjut Stevi, tersenyum, sebelum membuka pintu mobil dan keluar.

“Sayang, kamu mau kemana?” tanya Wira, memilih tetap di mobil.

“Mau berbasa basi saja, Mas. Tidak enak, seperti driver online saja,” sahut Naina, ikut turun mengekor Stevi setelah sekretaris itu berpamitan.

“Stev, kita jalan ya. Titip salam untuk putri dan suamimu,” pamit Naina, melambaikan tangannya dan kembali ke mobil.

Begitu menjatuhkan tubuhnya, kembali duduk di mobil. Naina kembali cerewet seperti biasa. Meskipun dia bukanlah ibu-ibu tukang gosip, tetapi melihat kondisi rumah mewah Stevi, jiwa penasarannya terpanggil.

“Mas kenal dengan suami Stevi? Sepertinya suami Stevi orang berada. Kenapa dia masih mau bekerja?” tanya Naina. Memberondong Wira dengan banyak pertanyaan.

“Sudah mulai pintar menggosipkan orang, ya!” sahut Wira, tersenyum usil.

“Bukan begitu Mas. Nai hanya penasaran saja. Aneh saja, disaat para ibu-ibu di luar sana ingin menghabiskan waktu dengan putra putrinya, kenapa Stevi harus capek-capek bekerja dan meninggalkan putrinya, kalau meman suaminya mampu. Kasihan putrinya masih kecil, Mas,” jelas Naina.

“Karena tidak semua orang bisa berpikir seperti Nainanya Mas. Sudah, jangan memikirkan orang lain, cukup pikirkan Mas saja, Nai,” ucap Wira, menaik turunkaan kedua alisnya.

***

Tak lama, setelah melewati beberapa blok, mobil Wira masuk ke pekarangan rumah dua lantai yang asri, hunian kedua orang tua Wira. Di teras rumah, keduanya sudah disambut pasangan paruh baya yang sedang berbincang, menghabiskan senja dengan mengobrol.

“Pa ....”

“Ma ....” Naina menyapa, dan mencium tangan kedua mertuanya.

Begitu selesai mencium punggung tangan mama Wira, Naina langsung memeluk mama mertuanya.

“Ma, apa kabar? Mama sehat?” tanya Naina.

“Mama sehat, Nai. Kalian darimana saja?” tanya Mama Wira.

“Dari kantor, Ma. Memang khusus berkunjung ke sini. Sudah lama tidak bertemu mama. Nai kangen,” sahut Naina, masih belum rela melepaskan pelukannya.

Pasangan mama dan menantu itu akhinya memilih masuk ke dalam rumah, mencari tempat berbincang yang lebih nyaman. Keduanya jarang bisa memiliki waktu luang, sehingga jarang bisa bertemu. Belakangan Nai mulai sibuk dengan butiknya, Nai jarang mengunjungi mereka.

Hingga saat malam tiba, Wira masih betah disana. Duduk bersandar di sofa ruang tamu mengobrol dengan papanya. Mamanya dan Nai, sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam.

“Mas, nanti pulang kita mampir mencari martabak telur, ya,” ucap Naina tiba-tiba. Memotong obrolan suami dan mertuanya. Wira yang sedang bersandar manja di sofa sembari memejamkan matanya, langsung membuka kedua netranya. Menatap Naina, yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

“Nai mau?” tanya Wira, menegakan duduknya.

“Hmmmm,” gumam Naina.

“Baiklah, nanti pulang dari sini, kita mampir membelinya.” Wira berkata. Tangannya tiba-tiba sudah meraih tangan kanan Naina, mengenggamnya erat. Mengoyang-goyangkannya sambil bicara.

“Nai sudah selesai membantu mama?”

Sebuah anggukan dan senyuman cukup menjawab pertanyaan suaminya, Naina berbalik menatap papa mertuanya yang sedang menyimak obrolan putra dan menantunya.

“Kepala Mas pusing, tolong pijat,” pinta Wira, tersenyum memohon. Dengan sekali sentak, tangan Wira sudah menarik tubuh Naina duduk di pangkuannya.

“Mas,” protes Naina.

“Iya Sayang.”

“Ada papa, jangan seperti ini.” Naina duduk dengan risih di atas kaki kiri Wira.

“Papa tidak keberatan, silakan lanjutkan saja,” sahut papa Wira, memilih pergi ke dalam rumahnya.

Sepeninggalan papa mertuanya Naina, terpaksa memijat pelipis Wira dengan pelan. Pijatan lembut dan menenangkan, membuat suaminya tersenyum dalam mata terpejamnya.

“Enak Sayang, ke atas sedikit.” Wira membuka matanya, menatap Naina dengan penuh cinta. Tangannya pun merengkuh pinggang ramping Naina dan menariknya lebih mendekat.

“Nai sudah tahu kapan akan terbang?” tanya Wira.

“Mungkin minggu depan. Kenapa Mas?” tanya Naina, heran.

“Mas lihat jadwal dulu, kalau tidak padat kita terbang bersama.”

“Mas serius?” tanya Naina memastikan.

“Serius. Sudah lama kita tidak traveling bersama,” sahut lelaki itu tersenyum.

“Terimakasih Mas. Nai mencintaimu,” ucapnya tersenyum malu- malu, mengedarkan pandangannya. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa, Naina mengecup bibir suaminya.

Mendapati Naina menciumnya, lelaki itu tidak melewatkan kesempatan. Mengeratkan pelukan di pinggang istrinya, membiarkan Naina terjatuh menimpa tubuhnya yang duduk bersandar. Membalas ciuman ringan istrinya, hingga Naina nyaris kehabisan nafas.

“Aku lebih mencintaimu, Nai,” sahut Wira, di sela ciumannya.

“Mas, sudah. Ada mama papa. Jangan gila,” ucap Naina setelah berhasil melepaskan diri dari ciuman Wira, memukul pelan dada suaminya, supaya Wira tidak melanjutkannya lagi.

“Mas suka melihat pipi Nai yang memerah menahan malu.” Gelak tawa Wira terdengar, seiring telapak tangan yang mengusap pipi merona istrinya.

***

TBC

1
Afan Lilah
knapa mantan Mertua jd segalak ini ya?
Nayy
hedeeeeh...wes ruwet koyo dawet
Nayy
thooorrrr.....naruh bawang nya kebanyakan 😭😭😭
Bahkan seakan ikut merasakan sakit yang sesakit itu bagi Dennis
Nayy
kereeeennn.....🥳🥳🥳 itu baru laki laki gentleman brooo....dennis
full bintang ,subricrible, vote d tutup kopi
kalea rizuky
dih mau manasin ya bang gk mempan
kalea rizuky
bapak e wira ttep tolol
kalea rizuky
pdhl lu dalang kehancuran nay jg lo nis sok pahlawan
kalea rizuky
nayna g tau ya Denis itu biang keladi kehancuran mu meski suamimu emank bloon jg emak mertua munafik durjana
kalea rizuky
Denis kakk baik lo sebenernya karena emak aja yg jalang
kalea rizuky
laki. goblokkk
kalea rizuky
Naina lemah males cerai ywdah suami tukang selingkuh kok di pertahan kan najis ddh
Lilik Juhariah
the best karyamu memporak porandakan htiku thor , sport jantung
Lilik Juhariah
walaupun novel ni dah end daribdulu , gemes juga , hak naina dong mau cinta sama siapa kan kalian dah cerai , kamu yg nikah sama stevy
Lilik Juhariah
kenapa susah sekali ngomong , mendem terus , modelan gini gmn BS idup tenang Nay, keluarin unek unekmu
SisAzalea
dalam cerita ini,yg paling bodoh adalah Naina,bodoh dulu,sekarang dan mungkin selama nya
SisAzalea
apa lagi niiii
SisAzalea
pandai pulak Wira kali ni
sebelum2 ni terlalu baik sampai tak peka langsung.
SisAzalea
yes yes,lakukan Naina..berjuang lah utk mu & Wira
SisAzalea
jadi Naina sakit,jadi Wira pun sakit..aku takmau jd mereka...huhuhu
Rini Susianti
satukan wira dan naina, dalam pecahnya rumah tangga mereka wira tidak bersalah, tapi wira nya bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!