Istri Rasa Selingkuhan

Usai mengetahui Regan adalah seorang bos mafia, pikiran Trista runyam. Dia merasa salah karena sudah mencintai lelaki seperti itu, dan Trista tahu, hidupnya tidak akan bisa tenang jika memilih hidup bersama Regan.

"Ini sangat memusingkan," gumam Trista sembari berjalan gontai memasuki ruang tamu. Dia lalu menghempaskan diri ke sofa.

Bersamaan dengan itu, Andra pulang. Berbeda dengan Trista, wajah lelaki tersebut tampak sumringah. Ia bahkan membeli martabak untuk dimakan bersama dengan Trista.

"Wah! Kenapa tuh muka. Kayak nahan berak," ejek Andra sembari duduk ke sebelah Trista.

"Jangan senyum-senyum! Bikin aku tambah kesal tahu nggak!" balas Trista.

"Kenapa? Baru diputusin?" tanya Andra.

"Bisa dibilang begitu. Aku merasa masa depanku akan kelam sekarang..." Trista mendengus kasar.

"Sudahlah... Nanti juga dia bakalan kembali kalau masih cinta. Apalagi kan kalian pacarannya lama."

Trista hanya diam. Karena pada kenyataannya dia tidak putus dengan Regan. Hanya saja fakta kalau Regan bos mafia membuat Trista merasa hubungannya sekarang salah. Apalagi saat dirinya bisa merasakan Regan menunjukkan sisi obsesinya.

"Apa kita punya wine atau sampanye di sini?" celetuk Trista.

"Kayaknya ada. Kau mau minum?" tanggap Andra.

Trista mengangguk lemah. Andra lalu segera mengambilkan sebotol sampanye yang di simpan dalam lemari. Ia juga tak lupa membawakan dua gelas untuk dirinya dan Trista.

Andra segera membuka wine dan menuangkannya ke dalam gelas. Trista menatapnya dengan serius.

"Kau kelihatan bahagia," komentar Trista.

"Nggak kelihatan, tapi memang bahagia. Karena Ajeng sepertinya sudah bisa menerima semuanya," sahut Andra. Ia duduk di seberang Trista.

"Menerima jadi pacar suami orang?"

"Hei! Hanya statusku saja yang suamimu! Tapi hati dan ragaku tidak!"

"Terserah." Trista segera menenggak sampanye. Dia langsung menghabiskan satu gelas. Berbeda dengan Andra yang tampak minum sedikit demi sedikit.

Setelah habis satu gelas, Trista menuang sampanye lagi ke gelas. Kemudian meminumnya sampai habis.

"Gila! Ternyata minummu banyak juga," pungkas Andra.

"Memang! Itu adalah salah satu kehebatanku. Mau bertanding?" balas Trista percaya diri.

"Enggak. Besok aku--"

"Hahaha! Bilang aja nggak berani. Dasar pengecut!" potong Trista.

"Apa? Pengecut kau bilang?" Andra terpancing, dan segera menghabiskan minuman di gelas, lalu menuangnya kembali.

Kegiatan minum alkohol yang di awali dengan tenang, berubah menjadi kompetisi tak terduga. Mereka bahkan sudah menghabiskan satu botol.

"Biar aku yang ambilkan kali ini," ujar Trista seraya berjalan ke lemari tempat menyimpan alkohol. Di sana dia mengambil dua botol wine. Ia dan Andra kembali menghabiskan wine itu bersama-sama.

Perlahan rasa mabuk mulai menyelimuti mereka. Akan tetapi kompetisi masih berlanjut. Keduanya masih imbang.

Trista yang merasa terpacu melepas kemejanya. Hingga kini dia tampak mengenakan tank top yang memperlihatkan sedikit belahan dada.

Glek!

Andra menenggak salivanya. Atensi dia tentu tak bisa melewatkan pemandangan tak terduga itu. "Ngapain buka baju segala?!" timpalnya.

"Aku merasa gerah. Kenapa? Aku seksi ya?" balas Trista sambil mentertawakan.

Andra berdecak kesal. Dia tak mau kalah. Ia segera melepas dasi dan membuka dua kancing kemejanya.

Perlahan rasa mabuk yang mereka rasakan semakin kuat. Kesadaran mereka nyaris hilang. Terutama Trista.

Gilanya Andra dan Trista mulai melihat satu sama lain sebagai pacar mereka. Trista melihat Andra sebagai Regan, dan Andra melihat Trista sebagai Ajeng.

Andra mencoba berdiri, namun terjatuh ke lantai. Dia lalu berjalan merangkak ke arah Trista.

"Kau terlihat cantik dan seksi sekali hari ini, Ajeng..." racau Andra.

"Regan... Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau harus jadi bos mafia..." Trista ikut meracau. Pembicaraan mereka sudah tidak nyambung lagi.

Andra perlahan bangkit dan mendekatkan wajahnya ke wajah Trista. "Sepertinya aku nggak bisa menahan diri kali ini... Aku boleh menyentuhmu kan?" ujarnya sembari melirik nakal belahan dada Trista yang terlihat.

"Ya... Sentuh aku, Regan... Acak-acak aku sepuasmu... Aku sudah sepenuhnya jatuh padamu..." kata Trista.

Andra memegangi tengkuk Trista dan melumat bibirnya dengan intens. Trista yang merasa kalau lelaki yang menciumnya adalah Regan, berusaha mengimbangi ciuman liar itu.

Suara kecup-mengecup memecah keheningan. Di iringi suara nafas yang memburu dari Andra dan Trista.

Sambil terus berciuman, Andra melepaskan kemejanya. Ia juga melepas tank top Trista. Gadis itu tampak hanya mengenakan bra.

Bibir mereka masih menyatu. Tangan Andra dengan berani meremas payu dara Trista secara bergantian. Gairah Trista semakin naik saat Andra melakukan itu, sehingga dia pun melepas branya. Membiarkan tangan Andra meremas tanpa penghalang.

"Eumhh..." Trista bergumam nikmat, apalagi saat remasan Andra menguat dan membuat seluruh tubuhnya bergidik.

Ciuman dihentikan Andra. Kini dia merebahkan Trista ke sofa, kemudian mencumbu leher serta buah dada sang istri secara bergantian. Sementara tangan Trista mencengkeram erat kepala Andra. Kedua kaki gadis tersebut tampak menggeliat tak karuan. Merasakan sentuhan Andra, dia merasa seperti melayang.